The Ning King merupakan pengusaha di balik berdirinya Argo Manunggal Group, sekaligus pemilik saham mayoritas di perusahaan pengembang Alam Sutera. Dari keterangan keluarganya, laki-laki kelahiran Bandung pada 20 April 1931 ini meninggal dunia pada Minggu, 2 November 2025, di usia 94 tahun.

Sosok Pekerja Keras dan Pembelajar Sejati

Perjalanan Argo Manunggal Group disebut telah dimulai sejak tahun 1949 lewat perdagangan tekstil. Bisnis tersebut diawali usaha sang ayah, seorang perantau asal Fujian, Tiongkok. Baru di tahun 1961, The Ning King mulai merintis usaha tekstil di Salatiga dengan ilmu yang dipelajarinya dari sang ayah dan tercatat mendirikan PT Argo Pantes Tbk (ARGO), pabrik tekstil pertamanya, pada tahun 1977.

Baca Juga: Mengenang Sosok Kartini Muljadi, Perempuan Visioner di Balik Kerajaan Tempo Scan

Kesuksesan perusahaannya tidak terlepas dari badai yang menghantam. Ibarat peribahasa: tidak ada kesuksesan tanpa kegagalan, The Ning King harus memutar otak ketika bisnisnya terdampak krisis keuangan Asia 1997–1998. Dia terjerat utang dolar dan terpaksa menutup perusahaan bank yang dimilikinya saat itu, yakni Bank Danahutama.

Lewat ketekunannya, The Ning King berhasil menyelamatkan Argo Manunggal Group bahkan mengembangkan perusahaannya hingga berkembang seperti saat ini. Argo Manunggal Group kini dikenal sebagai konglomerasi bisnis dengan lebih dari 30 perusahaan di sektor tekstil, baja, konstruksi, real estate, kawasan industri, asuransi, hingga agribisnis.

Pelajaran terbesarnya dari krisis 1998 adalah kehatian-hatian. “Ke depan, kita harus lebih berhati-hati,” ujarnya, sebuah sikap reflektif yang menjadi ciri khasnya.

Pengusaha Sukses yang Rendah Hati

Lewat tangan dingin seorang The Ning King, Argo Manunggal Group setidaknya menaungi beberapa lini besar seperti Industrial by Argo Manunggal (IAM), yaitu sebuah holding yang membawahi Cakrasteel, Pralon, dan Fumira; serta Lifestyle by Argo Manunggal Group yang mencakup berbagai pabrik tekstil di Tangerang, Salatiga, Bandung, dan Semarang.

Di sektor properti, legacy The Ning King dapat dilihat dari portofolio PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI). Bersama menantunya, Haryanto Tirtohadiguno, mereka membangun ASRI di tahun 1993 dan sukses melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2007. Kini, Alam Sutera dikenal sebagai salah satu kawasan hunian dan komersial paling prestisius di barat Jakarta.

Dalam laporan tahunan 2022, The Ning King tercatat sebagai pemegang saham pengendali PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) melalui PT Tangerang Fajar Industrial Estate, PT Manunggal Prime Development, dan PT Argo Manunggal Land Development. Keluarganya juga menguasai PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST), pengembang kawasan industri MM2100 di Cikarang Barat, dengan kepemilikan sekitar 64 persen.

Berkat kesuksesan usahanya, dia sempat masuk dalam daftar 50 Orang Terkaya Indonesia pada 2017 dengan kekayaan sekitar US$450 juta versi Forbes. Meski begitu, The Ning King tetap menjadi sosok yang rendah hati hingga akhir usianya.

“Dia memang pribadi yang low profile. Tak banyak orang membicarakannya, tapi semua tahu pengaruhnya,” kata Soni Wibowo, Direktur PT Bahana TCW Investment Management, mengutip Katadata.co.id, Senin (3/11/2025).