Dalam upaya mendukung target nasional penurunan angka stunting dan mendorong pemanfaatan pangan lokal sebagai sumber gizi seimbang, Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Dompet Dhuafa menyelenggarakan Seminar Budaya Sehat Nusantara bertema “Optimalisasi Bahan Pangan Lokal, MPASI Bergizi untuk Tumbuh Kembang Anak”, pada Rabu (12/11/2025) di Sasana Budaya Rumah Kita, Gedung Philanthropy, Jakarta Selatan.
Kegiatan yang digelar secara luring dan daring melalui kanal YouTube Dompet Dhuafa TV ini dihadiri para ibu, kader Posyandu, serta tenaga kesehatan yang aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya makanan pendamping ASI (MPASI) bergizi. Sebab, upaya menurunkan angka stunting di Indonesia tak cukup hanya melalui penyuluhan gizi atau bantuan pangan semata, tetapi juga perlu perubahan cara pandang terhadap sumber pangan bergizi yang tersedia di sekitar.
Baca Juga: Penurunan Stunting di Indonesia Hanya 0,1%, Kerja Sama Multisektor Perlu Diperkuat Kembali
Ketua Pengurus Yayasan Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa, Ismail A. Said, menyampaikan harapannya agar para ibu, terutama yang sedang menyusui, dapat lebih memahami cara memanfaatkan bahan pangan lokal yang berlimpah di Indonesia.
“Bahan seperti ikan, telur, sayuran, dan kacang-kacangan sebenarnya mudah dijumpai setiap hari dan bisa menjadi solusi nyata pemenuhan gizi anak. Ini juga bisa mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap produk instan yang sering kali rendah zat gizi mikro,” ujarnya.
Baca Juga: Ahli Gizi Bagikan Kunci Turunkan Angka Stunting, Intip Yuk!
Ia menambahkan, hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 menunjukkan prevalensi stunting nasional masih berada di angka 19,8%, dengan kasus tertinggi pada kelompok usia 24–35 bulan—masa ketika anak sepenuhnya bergantung pada MPASI. Kondisi ini menegaskan pentingnya kualitas dan keberlanjutan pemberian MPASI sebagai faktor krusial pencegahan stunting.
Dalam sesi paparan, dr. Ika Nurillah Satriana, IBCLC, Dokter Umum sekaligus Konsultan Laktasi Internasional, menekankan pentingnya mengubah persepsi bahwa MPASI harus mahal atau berbahan impor.
“Pangan lokal sangat kaya gizi. Ikan kembung, tempe, dan daun kelor, misalnya, bisa menjadi sumber protein dan zat besi yang baik untuk bayi,” jelasnya.
Sementara itu, dr. Hani Purnamasari, MSiMed, SpA, IBCLC, Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Laktasi Internasional, menyoroti pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak selama masa pemberian MPASI. Ia menegaskan,
Baca Juga: Resep Omurice dan Krim Keju ala Anchor, Opsi Menu MPASI Kaya Gizi
“Monitoring pertumbuhan anak harus rutin dilakukan di Posyandu. Kadang anak tampak aktif, tapi berat badan stagnan—ini bisa menjadi tanda bahwa asupan energi dan mikronutrien belum tercukupi.”
Sebagai penutup, peserta diajak untuk mengikuti praktik langsung pembuatan MPASI berbahan lokal bersama Meyta Winduka Alexandriana, A.Md.Gz, Ahli Gizi LKC Dompet Dhuafa. Dalam sesi demo memasak, ia memperagakan cara mengolah bahan sederhana seperti labu, bayam, dan ikan lele menjadi bubur padat nutrisi yang tetap disukai bayi.
Melalui kegiatan ini, LKC Dompet Dhuafa mempertegas komitmennya untuk mengedukasi masyarakat agar lebih mengenali potensi pangan daerah sekaligus mendorong kemandirian gizi keluarga. Upaya ini sejalan dengan target pemerintah menurunkan prevalensi stunting menjadi 14% dan mewujudkan generasi Indonesia Emas 2045 yang sehat, tangguh, dan berdaya.
Setelah semiinar berlangsung, banyak peserta mengaku baru menyadari bahwa bahan pangan sederhana yang tersedia sehari-hari ternyata mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi tanpa biaya besar. Edukasi berbasis praktik seperti ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan keluarga serta mempercepat penurunan angka stunting dari akar masalahnya: ketimpangan akses dan pengetahuan tentang gizi seimbang.