Stunting merupakan salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh anak-anak Indonesia, dengan sekitar 21,6% atau lebih dari satu dari lima anak di Indonesia mengalami masalah pertumbuhan yang terhambat ini. Stunting tidak hanya mempengaruhi perkembangan fisik anak, tetapi juga berdampak jangka panjang terhadap perkembangan kognitif, kemampuan belajar, dan produktivitas di masa depan.
Oleh karena itu, penanganan masalah stunting harus dilakukan secara serius dan melibatkan berbagai pihak. Salah satu upaya penting yang kini tengah digalakkan adalah kampanye Gerakan Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS) yang mengusung inisiatif 3 Langkah Maju (3LM) dalam rangka menyambut Hari Gizi Nasional 2025.
Stunting menjadi salah satu masalah gizi kronis yang berdampak signifikan pada pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak, sehingga bisa mempengaruhi kemampuan mental dan belajar anak di sekolah.
Baca Juga: Penurunan Stunting di Indonesia Hanya 0,1%, Kerja Sama Multisektor Perlu Diperkuat Kembali
dr. Novitria Dwinanda, SpA(K), Dokter Spesialis Anak menyampaikan, terdapat berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan stunting antara lain, rendahnya pemahaman orangtua tentang stunting sehingga kurang memperhatikan asupan Bunda selama kehamilan dan asupan anak seperti kecukupan ASi dan praktik pemberian makan pendamping (MPASI) yang tidak tepat.
Selain itu, rendahnya pemantauan tumbuh kembang anak secara rutin karena kesadaran masyarakat dan terbatasnya akses ke fasilitas kesehatan. Terdapat banyak orang tua di Indonesia sulit menerima kenyataan atau malu jika anaknya terdiagnosa stunting dan cenderung menyangkal diagnosis dan menolak untuk dirujuk ke Rumah Sakit agar mendapat penanganan komprehensif.
“Penangan anak dengan risiko stunting menjadi hal penting, karena dengan intervensi keluarga dan lingkungan terdekat anak, serta dibarengi dengan peningkatan pemahaman tentang pemantauan pertumbuhan, pemberian nutrisi tepat, dan pemahaman diagnosis stunting sendiri. Hal ini merupakan salah satu upaya penurunan angka stunting di Indonesia,” ungkap dr. Novitria pada acara konferensi pers Kampanye 3 Langkah Maju GMBS 2025 di Oakwood Suites, pada Kamis (23/01/2025).
Baca Juga: Kata Ketua Umum Maksi soal Hilirisasi Sawit dan Solusi untuk Atasi Stunting
Menurut dr. Novitria, untuk melakukan skrining yang efektif terdapat beberapa cara, yaitu dengan mencakup pengukuran tinggi, berat badan, dan penilaian status gizi untuk memastikan anak tumbuh sesuai standar.
Dalam penanganan stunting, Sarihusada bersama Danone dan Alodokter memiliki gerakan bernama ‘Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS)’ yang dikembangkan bersama Alodokter sejak tahun 2023 dan telah menjangkau lebih dari 8.000 penerima manfaat dengan melakukan skrining status gizi anak di 50 titik lokasi di Indonesia.
Sebagai keberlanjutan dari Gerakan Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS) yang telah diinisiasi sejak 2023, kampanye aksi “3 Langkah MAJU (3LM)” ini dilakukan untuk memperluas jangkauan skrining status gizi anak dengan target 1 juta anak di tahun 2025 yang akan digelar di seluruh wilayah di Indonesia.
Baca Juga: Ahli Gizi Bagikan Kunci Turunkan Angka Stunting, Intip Yuk!
“Jadi nanti, kita akan melakukannya, tentunya ada acara-acara online, jadi kita juga akan ada, online screening dengan Alodokter. Lalu selanjutnya, untuk mengisi porsi makanan bergizi itu bukan hanya dilihat dari banyaknya, tapi dilihat juga nutrisinya seperti apa. Dan yang kedua sesuai dengan program ini. Bahwa kita ingin setidaknya menurunkan masalah antistatik di Indonesia,” ucap Angelia Susanto, Healthcare Nutrition Marketing & Strategy Director, Danone SN Indonesia.
Kampanye 3 Langkah Maju merupakan langkah nyata dalam mempercepat upaya Indonesia untuk bebas stunting pada tahun 2025. Dengan adanya edukasi yang lebih luas, skrining yang lebih merata, dan intervensi gizi yang tepat, diharapkan anak-anak Indonesia bisa tumbuh menjadi generasi yang lebih siap menghadapi masa depan menuju Indonesia emas 2045.