Jaleswari Pramodhawardani remi mengundurkan diri dari Kantor Staf Presiden (KSP). Dia mengatakan salah satu alasan dirinya memilih mundur dari jabatannya sekarang karena pilihan politik yang ia yakini sekarang ini. Tak hanya itu dia juga menyinggung beban politik Presiden Joko Widodo. 

"Dalam hal ini, saya menyadari penuh bahwa saya perlu menghindari situasi di mana saya dapat dipersepsikan sebagai beban politik bagi Bapak Presiden maupun lembaga kepresidenan secara umum dikarenakan pilihan politik pribadi saya," ujar Jaleswari dalam keterangan tertulisnya, Rabu (31/1/2024). 

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Prabowo-Gibran Tembus 50 Persen, Ganjar-Mahfud Anjlok, Sisa 19,7 Persen Saja

"Saya juga memahami dan menangkap kebutuhan publik atas netralitas dan profesionalisme pemerintah terutama di tahun politik ini," tutur Jaleswari. 

Adapun Jaleswari mengumumkan pengunduran dirinya dari KSP pada Rabu malam. Pengumuman itu disampaikannya lewat keterangan tertulis kepada wartawan. 

"Melalui siaran pers ini, saya Jaleswari Pramodhawardani menginformasikan pengunduran diri saya dari jabatan Deputi V Kepala Staf Kepresidenan terhitung 1 Februari 2024," ujar Jaleswari dalam pengumumannya.

 Ia menyatakan, permohonan pengunduran diri secara formal administratif telah diajukan kepada Presiden Joko Widodo melalui Kepala Staf Presiden, Moeldoko. Jaleswari juga meminta maaf apabila selama mengemban jabatan sebagai Deputi V KSP kurang sempurna melaksanakan tugas. 

"Semoga Indonesia terus bergerak ke arah yang lebih baik dan senantiasa diterangi jalannya oleh Allah SWT," ujar Jaleswari.

Cuti Jaleswari Pramodhawardhani sebelumnya mengisi posisi Deputi Inklusi di Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD sejak 15 November 2023. 

Baca Juga: Mahfud MD Mau Sampaikan Langsung Pengunduran Diri ke Jokowi, Istana Singgung Tata Krama

Baca Juga: Sempat Persiapkan Jokowi Kampanyekan Ganjar-Mahfud, PDIP Kini Menyoal Etika Presiden

Jaleswari bergabung dengan KSP pada 2016 lalu dan tergabung dalam kedeputian yang membidangi politik, hukum, keamanan, pertahanan dan hak asasi manusia (HAM). Sebelumnya, perempuan kelahiran 1964 itu dikenal luas sebagai akademisi, birokrat, dan aktivis perempuan. Jaleswari juga sebelumnya merupakan peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).