Publik mengenal Sugianto Kusuma alias Aguan karena keberhasilan bisnisnya bersama dengan Agung Sedayu Group, salah satu perusahaan pengembang properti terkemuka di Indonesia. Namun, perjalanan suksesnya tidak serta-merta seperti mengembalikan telapak tangan. Ternyata, sang taipan itu dulunya merupakan penjaga gudang dan juru bersih sebuah kantor perusahaan impor.
Aguan memulai karirnya dari posisi terendah dan berhasil menjadi salah satu tokoh sukses di Tanah Air.
Lantas, bagaimana kisah hidup Sugianto Kusuma hingga kini berhasil meroket bersama Agung Sedayu Group? Simak penjelasannya berikut ini yang telah dirangkum redaksi Olenka dari berbagai sumber, Sabtu (29/6/2024):
Kehidupan Awal Aguan
Pria kelahiran 9 Januari 1951 ini memiliki nama asli Guo Zaiyuan. Ia lahir di Palembang dan menjalani pendidikan di sekolah menengah Tionghoa bernama Jugang Zhongxue, sebuah lembaga pendidikan Tionghoa terkemuka di Indonesia yang didirikan pada tahun 1951.
Baca Juga: Berkenalan dengan Sosok Djoko Susanto, Bos Alfamart yang Jadi Orang Terkaya Nomor 10 di Indonesia!
Semasa Aguan muda, ia bersama dengan keluarganya sering berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya. Pada tahun 1965, Aguan pindah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan sekolah menengahnya.
Sejak muda pula, Aguan dikenal sebagai sosok yang memiliki tekad kuat dalam bekerja dan berusaha.
Penjaga Gudang Menjelma Jadi Konglomerasi
Karier dan usaha pertamanya dimulai ketika ia bekerja sebagai penjaga gudang dan tukang bersih-bersih di kantor salah satu perusahaan importir terbesar di Indonesia. Berkat kinerjanya yang baik, Aguan naik jabatan menjadi manajer administrasi perusahaan.
Kecakapan dan kemampuan dirinya dalam mempelajari seluk-beluk industri importasi mendorong dirinya untuk keluar dari perusahaannya bekerja. Ia pun mulai melakukan bisnis importasi secara mandiri.
Jauh sebelum dia menjadi bos properti seperti saat ini, titik balik Aguan bermula dari perkenalannya dengan seorang teman yang bekerja di bidang bangunan. Saat itu, temannya tersebut tengah mengalami persoalan finansial karena baru saja kalah judi sehingga tidak memiliki uang.
Akhirnya, Aguan membantu teman tersebut dengan cara memberikan modal untuk membangun proyek ruko dengan sistem bagi hasil. Dari situ, Aguan belajar mengenai bisnis di bidang bangunan sampai akhirnya dia memulai bisnis sendiri di bidang tersebut.
Baca Juga: Menilik Kisah Sukses Prajogo Pangestu, Orang Terkaya Nomor Satu di Indonesia
Beruntungnya, tahun 1971 saat dia sedang mengembangkan bisnisnya, perekonomian dan dunia bisnis di Indonesia mulai bangkit. Dia memulai proyek yang tidak begitu besar, namun permulaannya dengan Agung Sedayu Group memberikan awal yang baik bagi bisnisnya.
Aguan juga diketahui memiliki jabatan sebagai wakil komisaris utama di PT Bank Artha Graha sejak tahun 1990 hingga 1999. Pada tahun 2004, ia bergabung dengan PT Bank Inter-Pacific Tbk. Diketahui, Agung Sedayu Group (ASG) juga terlibat dalam proses pengembangan kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, bersama perusahaan Salim Group milik Anthony Salim.
Berdirinya Agung Sedayu Group
PT Agung Sedayu Group adalah sebuah perusahaan pengembang properti di Indonesia. AGS berawal dari sebuah perusahaan kontraktor rumah pertokoan sederhana yang didirikan pada tahun 1970. Karier Aguan bersama Agung Sedayu Group terus meroket tajam setelah sukses menggarap proyek pertamanya pada tahun 1991, yakni Harco Mangga Dua yang merupakan mal elektronik terintegrasi pertama di Indonesia.
Agung Sedayu Group berhasil meraih berbagai proyek konstruksi dalam kurun waktu 10 tahun. Bisnisnya terus berkembang dan tersebar di beberapa daerah seperti di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Selain itu, AGS turut membangun perumahan-hunian dan kompleks komersial seperti Taman Palem yang dibangun di atas tanah seluas 1.500 ha dan Apartement Seaview.
Baca Juga: Filosofi Kehidupan Dato Sri Tahir, Orang Terkaya di Indonesia: Hidup Seperti Kontainer
Rekan baik Aguan, Tomy Winata, juga berperan penting dalam kepemimpinan Agung Sedayu Group. Bersama-sama, mereka membangun proyek-proyek real estate yang besar seperti di Kelapa Gading, Pantai Indah Kapuk, Senayan, Taman Anggrek, dan lainnya. Kemitraan yang kuat antara Aguan dan Tomy Winata telah memberi nama Agung Sedayu Group sebagai salah satu pemain besar dalam industri real estate di Indonesia.
Sebagai salah satu perusahaan terkemuka di bidang properti, Agung Sedayu Group telah berhasil membangun dan mengelola 57 properti yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Perjalanan panjang tersebut telah membentuk Agung Sedayu menjadi sebuah perusahaan yang kuat dan menjadikan Agung Sedayu salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia.
Tak hanya di bisnis properti, Aguan melebarkan sayapnya ke sektor lain. Melalui perusahaan miliknya, PT Multi Artha Pratama (MAP), Aguan masuk ke industri kaleng dan pengemasan dengan mengakuisisi PT Pratama Abadi Nusa Tbk. (PANI).
Keterbukaan PANI menunjukkan PT Agung Sedayu terdiri dari dua entitas yakni 50% dimiliki oleh Susanto Kusumo dan Steven Kusumo melalui PT Cahaya Bintang Sejahtera (CBS). Susanto memiliki 99,61% CBS.
Sementara itu, Aguan bersama keluarganya melalui PT Cahaya Kusuma Abadi Sejahtera (CKAS) menguasai kepemilikan 50%. Di mana dia dan masing-masing anaknya, putri Luvena Katherine Halim, putra Richard Halim Kusuma, dan Alexander Halim Kusuma memiliki 25% dari CKAS.
Baca Juga: Daftar 5 Orang Terkaya Pemilik Usaha Sawit di Indonesia
Kekayaan Miliknya
Harta kekayaan Aguan memang tak diketahui secara pasti, namun dengan melihat jumlah properti yang dimiliki dan dikenal dengan harga fantastis di Jabodetabek, dapat dipastikan bahwa kekayaan itu begitu melimpah. Menurut Globe Asia, pada 2018 lalu, total harta kekayaan Aguan Sugianto diperkirakan mencapai US$970 juga atau sekitar Rp14 triliun.
Aktif Berkegiatan Sosial
Tak hanya berbisnis, nama Aguan juga identik dengan Yayasan Buddha Tzu Chi bersama dengan bos Grup Sinar Mas, Franky Oesman Widjaja. Yayasan Buddha Tzu Chi merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan. Di sana Aguan menjabat sebagai wakil ketua lembaga tersebut bersama Franky Oesman Widjaja.
Keterlibatan Aguan di kegiatan sosial berawal dari pertemuan dirinya dengan Master Cheng Yen pada tahun 2001. Perlu diketahui, Master Cheng Yen ialah pendiri Tzu Chi yang merupakan salah satu yayasan Buddha terbesar di Taiwan.
Di awal perkenalan dengan Tzu Chi, Aguan terkesima dengan organisasi Buddha tersebut yang sangat aktif dalam kerja kemanusiaan seperti membangun sekolah hingga rumah sakit. Ia pun jadi tertarik untuk melihat permasalahan sosial dan lingkungan di Indonesia, salah satunya banjir.
Pada periode tersebut Kota Jakarta tengah dilanda musibah banjir yang sangat parah. Ada banyak masyarakat korban banjir di Jakarta yang membutuhkan bantuan. Aguan pun tergugah untuk membantu para korban serta mengatasi persoalan banjir hingga ke akarnya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah membangun rumah susun bagi masyarakat Jakarta yang tinggal di bantaran kali.
Sekarang dia dan istrinya Lin Liping, aktif berkegiatan sosial. Mereka telah berkontribusi besar dalam membantu masyarakat miskin di Jakarta.
Baca Juga: Basuki Hadimuljono: Sebagai Plt OIKN, Saya Akan Mempercepat Program yang Sudah Dibuat
Investor di Ibu Kota Nusantara
Saat ini sudah ada beberapa investor dalam negeri yang masuk ke dalam proyek IKN. Salah satunya investasi Rp20 triliun oleh konsorsium konglomerat Indonesia yang dipimpin Sugianto Kusuma.
Sebagai informasi, konsorsium ini pertama kali diperkenalkan Presiden Jokowi di acara peletakan batu pertama Hotel Nusantara, September tahun lalu. Di acara tersebut banyak pengusaha besar RI yang hadir, seperti Aguan Sugianto, Franky Oesman Widjaja, Prajogo Pangestu, Garibaldi 'Boy' Thohir, Kuncoro Wibowo, Eka Tjandranegara, dan lainnya.
"Ada 12 perwakilan, dari Astra tadi sudah lihat, dari Sinar Mas Pak Franky [Oesman Widjaja], dari Mulia Pak Eka Tjandra, dari Ace Hardware (Kawan Lama) Pak Kuncoro Wibowo, dari Alfamart Pak Djoko [Susanto], dari Adaro Boy Thohir, dari Pulau Intan Pak Ara (Maruar Sirait), ini untuk konsorsium pembangunan," ungkap Aguan saat groundbreaking Astra Biz Center dan Nusantara Botanical Garden di IKN, Kalimantan Timur, beberapa waktu lalu, dikutip Sabtu (29/6/2024).
Dengan dialokasikan dananya untuk berinvestasi melalui pembangunan IKN, ia dapat menciptakan pusat ekonomi baru di wilayah Kalimantan. Dampaknya akan memberikan manfaat yang semakin baik bagi masyarakat luas.