Sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta mengalami kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) sejak akhir Agustus lalu. Hal itu diduga terjadi akibat kebijakan impor yang ditetapkan Pemerintah Indonesia, yakni perubahan periode importasi dari satu tahun menjadi enam bulan dengan evaluasi tiap tiga bulan.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dipimpin Bahlil Lahadalia memutuskan bahwa impor BBM dilakukan melalui satu pintu: PT Pertamina (Persero). Dia pun menyebutkan, pemerintah telah memberikan tambahan kuota impor BBM bagi SPBU swasta pada 2025 sebesar 110% dibandingkan tahun 2024 sehingga tudingan bahwa SPBU swasta kekurangan kuota impor tidak tepat.
Baca Juga: BBM Langka, Shell Indonesia Terpaksa Rumahkan Petugas SPBU
“SPBU swasta itu sudah diberikan kuota impor 110% dibandingkan dengan 2024. Jadi, sangatlah tidak tepat kalau dikatakan kuota impornya tidak diberikan,” kata Bahlil usai rapat terbatas terkait Stimulus Ekonomi di Kantor Presiden, Senin (15/9/2025).
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menjelaskan bahwa kebijakan importasi satu pintu sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran BBM. Saat ini, pihaknya telah menerima sebagian besar data kebutuhan impor dari pengelola SPBU swasta, baik terkait volume maupun spesifikasi BBM.
“Sebagian besar sudah diterima, tapi kami masih menunggu finalisasi semuanya sebelum disampaikan ke Pertamina,” ujarnya di Jakarta, Senin (15/9/2025).
Merespons hal tersebut, sejumlah pengelola SPBU swasta di Indonesia mengambil langkah agar bisnisnya tetap berjalan. Berikut strategi yang diambil para pengelola SPBU swasta dalam menghadapi kebijakan impor yang diberlakukan oleh Pemerintah Indonesia.
1. BP-AKR
British Petroleum (BP)-PT Aneka Kimia Raya (AKR) mengaku masih mempelajari kebijakan impor melalui Pertamina. Presiden Direktur BP-AKR, Vanda Laura, mengatakan bahwa masih ada pembahasan lebih lanjut terkait spesifikasi BBM karena setiap perusahaan memiliki standar aditif berbeda.
“Kami akan serahkan spesifikasi BBM yang dijual BP-AKR untuk dipelajari Pertamina, nanti dibicarakan lebih lanjut,” kata Vanda saat usai rapat bersama Ditjen Migas di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Rabu (10/9/2025) lalu.
2. Shell
President Director & Managing Director Mobility, Shell Indonesia, Ingrid Siburian, mengakui kosongnya bensin Shell Super, Shell V-Power, dan Shell V-Power Nitro+ di beberapa jaringan SPBU Shell. Ia juga belum bisa memastikan kapan produk tersebut akan kembali tersedia di SPBU Shell.
Hal itu berimplikasi pada penyesuaian jam operasional dan karyawan yang bertugas di SPBU. "Kami melakukan penyesuaian kegiatan operasional di jaringan SPBU Shell, termasuk penyesuaian jam operasional dan tim yang bertugas melayani para pelanggan. SPBU Shell tetap melayani para pelanggan dengan produk BBM yang masih tersedia dan layanan lainnya: termasuk Shell Select, Shell Recharge, bengkel, dan pelumas Shell," katanya, mengutip detikcom, Selasa (16/9/2025).
Dia menegaskan, "Shell Indonesia senantiasa berupaya untuk memastikan kelancaran pendistribusian dan penyediaan produk BBM di jaringan SPBU Shell. Kami terus berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan terkait untuk memastikan produk BBM jenis bensin dapat tersedia kembali."
3. Vivo
Sementara itu, kebijakan terbaru yang dilakukan manajemen SPBU Vivo adalah melakukan penyesuaian harga BBM per 1 September 2025. Vivo resmi menaikkan harga BBM jenis Revvo 90, Revvo 92, dan Revvo 95. Sementara itu, terjadi penurunan harga pada Diesel Primus Plus.
- Revvo 90 harganya naik menjadi Rp12.530 per liter dari Rp12.490 per liter (+Rp40);
- Revvo 92 naik menjadi Rp 12.610 per liter dari Rp 12.580 per liter (+Rp30);
- Revvo 95 naik menjadi Rp13.140 per liter dari Rp 13.050 per liter (+Rp90);
- Diesel Primus Plus turun menjadi Rp14.140 per liter dari Rp14.380 per liter (-Rp240).
4. ExxonMobil
SPBU swasta lainnya yang juga beroperasi di Indonesia adalah SPBU Microsite dari PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (EMLI). Berbeda dengan kompetitor lainnya, SPBU Microsite ukurannya lebih kecil dan lebih menyasar kendaraan roda dua meski roda empat masih bisa melakukan pengisian di sini.
Sampai berita ini ditulis, belum ada keterangan apakah kelangkaan BBM yang dialami SPBU swasta lainnya juga dialami oleh SPBU Microsite yang dikelola ExxonMobil ini.