Growthmates, menjadi CEO saat ini berarti menavigasi kemajuan teknologi yang pesat seperti AI, beradaptasi dengan metode komunikasi yang terus berkembang, dan memimpin tenaga kerja yang mengubah ekspektasi dan kebutuhannya.

Ini adalah peran yang sangat bermanfaat tetapi juga sangat menantang, menuntut tingkat ketahanan mental dan emosional yang hanya sedikit orang di luar jajaran eksekutif yang dapat memahaminya sepenuhnya.

Seiring dengan perubahan lingkungan bisnis, strategi kepemimpinan pun harus berubah. Untuk tetap menjadi yang terdepan, diperlukan pengakuan tentang bagaimana budaya dan hubungan antarmanusia semakin mendorong keberhasilan organisasi.

CEO harus sama inovatifnya dengan orang-orang seperti halnya dengan model bisnis. Ambil contoh Mike Wirth, CEO Chevron, perusahaan minyak terbesar kedua di AS.

Dalam percakapannya dengan David Novak, salah satu pendiri dan mantan CEO Yum! Brands, di podcast How Leaders Lead beberapa waktu lalu, Wirth menekankan praktik kepemimpinan yang sangat sederhana yang dapat diterapkan pada perusahaan. Kira-kira apa saja?

Kekuatan Surat Tulis Tangan

Di era yang didominasi oleh email dan teks, surat tulisan tangan mungkin tampak kuno dan tidak efisien, terutama bagi para eksekutif yang sibuk. Namun, bagi Wirth, sentuhan pribadi ini merupakan landasan kepemimpinannya.

Saat ia bepergian ke kantor-kantor Chevron di seluruh dunia, ia mencatat interaksinya dengan para karyawan dan kemudian mengirimkan surat yang merujuk pada percakapan dan kontribusi mereka.

Saat merenungkan praktik tersebut, Wirth berbagi, "Saya teringat kembali saat saya masih di awal karier, dan jika seorang CEO mengirimi saya surat dan benar-benar tahu apa yang saya lakukan, itu akan menjadi hal yang sangat penting bagi saya. Jadi, saya mencoba mengingat seperti apa rasanya berada di pekerjaan yang saya kunjungi dan bahwa saya sendiri pernah memiliki pekerjaan itu. Dan saya ingin memastikan bahwa orang-orang tahu bahwa saya menghargai mereka."

Jenis hubungan pribadi ini membuat perbedaan yang signifikan dalam budaya perusahaan saat ini. Wirth tidak sendirian dalam kebiasaan yang sangat personal ini. CEO Neiman, Marcus Geoffroy van Raemdonck, juga dikenal karena mengirimkan ucapan terima kasih tulisan tangan setiap hari.

Baca Juga: 3 Strategi CEO Airbnb Brian Chesky Membangun Tim Kerja yang Efektif dan Kuat

Personalisasi: Unsur Utama untuk Budaya yang Lebih Kuat

Praktik Wirth dan van Raemdonck menyoroti elemen penting dalam kepemimpinan: mengenali dan menghargai orang secara individual.

Wirth menjelaskan, "Budaya adalah aset paling berharga bagi organisasi mana pun." Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa ada banyak hal yang dapat dilakukan perusahaan jika mereka kekurangannya, tetapi Anda tidak dapat mengalihdayakan budaya dan kesejahteraan orang-orang Anda.

"Budaya, Anda harus membangun dengan cara kuno. Ini satu hari pada satu waktu, satu orang pada satu waktu, satu interaksi pada satu waktu," jelas Wirth.

Mempersonalisasi kepemimpinan dengan cara ini—melalui gerakan yang bijaksana seperti catatan tulisan tangan—dapat membantu menciptakan keterlibatan dan loyalitas yang lebih dalam dari orang-orang Anda.

Yang terpenting, ini adalah tindakan yang tidak dapat diskalakan, yang berarti tindakan tersebut memerlukan upaya, kesengajaan, dan perhatian yang nyata. Itu sendiri membuat tindakan tersebut bermakna.

Namun, di luar surat, yang sebenarnya berperan di sini adalah pelajaran yang lebih luas bagi para CEO: perlunya memanusiakan kepemimpinan di dunia yang semakin didominasi teknologi dan otomatisasi.

Pengakuan Mendorong Kinerja dan Loyalitas

Seiring pertumbuhan perusahaan, kepemimpinan menjadi semakin mudah merasa jauh dari kehidupan sehari-hari karyawan. Namun, penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa pengakuan secara langsung terkait dengan kepuasan kerja, keterlibatan, dan kinerja.

Survei Canva baru-baru ini terhadap 1.500 profesional di AS dan Australia menemukan bahwa 81% karyawan yang merasa sangat dihargai melaporkan kepuasan kerja yang meningkat, dibandingkan dengan hanya 7% dari mereka yang merasa tidak dihargai. Lebih jauh, 94% dari mereka yang merasa dihargai mencintai tempat kerja mereka, dibandingkan hanya 18% di antara mereka yang tidak dihargai.

Pengakuan meningkatkan moral dan berkontribusi pada produktivitas yang lebih tinggi. Dalam studi yang sama, 87% responden mengatakan perasaan dihargai berdampak positif pada motivasi mereka, sementara 84% melaporkan hal itu meningkatkan produktivitas mereka.

Bagi para CEO, menanamkan budaya pengakuan dan personalisasi dapat menghasilkan manfaat nyata secara menyeluruh, mulai dari kinerja yang lebih tinggi hingga retensi bakat yang lebih baik (dan perekrutan).

Seiring dengan meningkatnya persaingan untuk mendapatkan bakat terbaik, gerakan kecil ini dapat membantu membedakan perusahaan dan membuatnya lebih menarik bagi para pekerja terbaik.

Koneksi Tidak Tergantikan

Dalam kepemimpinan, tindakan yang tampaknya sederhana sering kali memiliki efek yang paling mendalam. Personalisasi pengalaman di tempat kerja, mengakui kontributor individu (dan unik), dan menunjukkan penghargaan yang tulus sangat penting dalam tenaga kerja saat ini, di mana gaji dan tunjangan saja tidak cukup untuk mendorong keterlibatan dan loyalitas jangka panjang.

Para pemimpin dapat mengembangkan rasa memiliki dan tujuan yang jauh melampaui gaji dengan mendengarkan dan memperhatikan.

Dikatakan Wirth, mendengarkan dan memperhatikan adalah alat yang sederhana namun ampuh untuk membangun budaya perusahaan yang berkembang—dan itu dapat dimulai dengan sesuatu yang mendasar seperti catatan tulisan tangan.

Baca Juga: Kata CEO Google soal Mengapa Kendala Merupakan Sahabat Terbaik Seorang Pemimpin Bisnis