Horizon Baru di Dunia Neuroscience
Sementara itu, Prof. Dr. dr. Yusak M.T Siahaan, Sp.N (K), FIPP, CIPS, Chairman Siloam Neuroscience Summit, memaparkan bagaimana perkembangan ilmu neuroscience telah membuka horizon baru dalam penanganan penyakit saraf.
“Neuroimaging, terapi gen, hingga neuromodulasi kini membawa cakrawala baru. Pasien stroke yang dulunya hanya bisa menerima kondisi kelemahan atau gangguan bicara, sekarang mulai bisa ditangani lebih baik dengan neuromodulasi. Bahkan gangguan memori pun bisa mendapat harapan baru,” ujar Prof. Yusak.
Ia menambahkan, inovasi seperti stem cell dan kecerdasan buatan (AI) semakin memperluas standar tata laksana neurologi modern. Namun yang tak kalah penting adalah peluang bagi dokter untuk terus meningkatkan kompetensi.
“Kita tidak boleh berhenti pada pengobatan tradisional. Horizon baru ini membuka kesempatan agar pasien tidak berhenti pada kecacatannya, melainkan bisa mendapatkan diagnosis dan terapi yang lebih dalam,” tegasnya.
Sebagai wujud nyata, summit ini juga menghadirkan workshop inovatif, mulai dari neurorestoration hingga brain-computer interface, teknologi yang memungkinkan pasien lumpuh menggerakkan tangannya kembali dengan bantuan komputer. “Teknologi ini sudah berkembang di luar negeri, dan kami ingin masyarakat Indonesia juga bisa menikmatinya,” kata Prof. Yusak.
Kemudian, salah satu puncak perhatian dalam summit ini adalah hadirnya sistem robotik untuk bedah saraf.
Prof. Dr. dr. Julius July, Sp.BS(K), M.Kes, IFAANS, yang juga Chairman Siloam Neuroscience Summit sekaligus konsultan neurosurgeon di bidang Viro Oncology, menegaskan bahwa esensi dari teknologi robotik bukan untuk kebanggaan, melainkan untuk keselamatan pasien.
“Bukan soal membeli robot, karena siapa saja yang punya uang bisa melakukannya. Bukan juga soal menjadi dokter hebat. Yang penting adalah menjadi dokter yang baik, yang mampu menggunakan fasilitas apapun untuk menolong pasien. Kesembuhan pasien adalah inti dari segalanya,” tegas Prof. Julius.
Menurut Prof. Julius, peran robot ini ibarat sistem navigasi dalam penerbangan pesawat.
“Bedah saraf adalah urusan milimeter, bahkan kurang. Dengan bantuan robot dan navigasi, kami bisa lebih presisi sehingga operasi berjalan aman dan hasilnya optimal. Pasien dan keluarga hanya ingin hasil yang beres, aman, dan itu yang menjadi tanggung jawab kami,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa teknologi ini harus disebarkan ke seluruh Indonesia.
“Kita beruntung Siloam mau berinvestasi. Tapi tujuan kami bukan menonjolkan diri, melainkan berharap teknologi ini menular. Kalau tidak ada yang pertama, tidak akan ada yang kedua atau ketiga. Jadi mari kita mulai, supaya masyarakat tidak perlu jauh-jauh berobat ke luar negeri dengan biaya berlipat,” pungkasnya.
Standar Baru Neuroscience di Indonesia
Nah Growthmates, untuk diketahui, bedah otak adalah salah satu bidang medis paling kompleks, di mana tingkat presisi menjadi penentu utama keberhasilan. Brainlab Cirq Robotic Suite ini menghadirkan navigasi robotik dengan akurasi lebih tinggi, risiko komplikasi lebih rendah, serta mempercepat pemulihan pasien.
Teknologi ini tidak berdiri sendiri, melainkan semakin kuat ketika berpadu dengan intuisi klinis dan pengalaman para dokter Indonesia. Kombinasi antara kecerdasan robotik dan keahlian manusia menciptakan standar baru dalam keamanan dan efektivitas prosedur medis.
Kehadiran Brainlab Cirq juga melengkapi portofolio teknologi robotik di jaringan Siloam Hospitals, yang sebelumnya telah menghadirkan Da Vinci Xi untuk bedah digestif, urologi, dan obsgyn, serta CUVIS Joint untuk bedah ortopedi.
Peluncuran Brainlab Cirq Robotic Suite ini pun bukan hanya langkah maju bagi Siloam Hospitals, tetapi juga menjadi simbol transformasi layanan kesehatan nasional. Dengan dukungan para ahli, rumah sakit, dan dunia akademik, Indonesia kini siap menyongsong masa depan neurosains dengan optimisme tinggi.
“Hari ini kita tidak hanya menyaksikan hadirnya teknologi, tetapi juga meneguhkan keyakinan bahwa Indonesia mampu sejajar dengan dunia dalam menghadirkan layanan kesehatan terbaik,” pungkas Caroline Riady.
Baca Juga: Mengulik Sosok Caroline Riady: Generasi Ketiga Konglomerasi Lippo Group yang Pimpin Siloam Hospitals