Universitas Satya Negara Indonesia (USNI) meluncurkan transformasi pendidikan sebagai respons terhadap perubahan zaman dan kebutuhan industri yang semakin kompleks.
Mengusung tagline #JadiVersiTerbaikDiri, transformasi ini tidak hanya menyentuh pembaruan kurikulum, tetapi juga mencakup peningkatan sistem pengajaran, penguatan karakter, serta penguasaan keterampilan digital yang relevan dengan era Industri 5.0.
Baca Juga: Mengenal Sosok Mona Surya dan Perjalanan Kariernya di Industri Sawit
Era Industri 5.0 sendiri menggabungkan teknologi canggih seperti AI, IoT, dan robotik dengan inovasi manusia. Melihat tantangan tersebut, USNI melakukan riset pada tahun 2022 bersama Kadence International untuk memastikan arah transformasi sejalan dengan kebutuhan zaman.
Riset ini memetakan kesenjangan keterampilan lulusan dengan tuntutan industri melalui diskusi dengan praktisi BUMN, platform rekrutmen, dan pelaku industri.
Hasilnya menunjukkan adanya kesenjangan nyata antara keterampilan lulusan dan kebutuhan industri, terutama kemampuan berpikir kritis, leadership, literasi digital, komunikasi efektif, dan penguasaan bahasa Inggris.
Temuan ini kemudian diperkuat oleh literature review dari riset global McKinsey dan The World Economic Forum, yang menunjukkan kecocokan antara hasil riset lokal USNI dengan tren internasional.
Temuan inilah yang menjadi pijakan utama USNI dalam merancang arah transformasi pendidikan, memastikan setiap langkah yang diambil benar-benar relevan dengan kebutuhan dunia kerja.
“Kami percaya bahwa pendidikan hari ini harus membekali mahasiswa tidak hanya dengan ilmu, tetapi juga dengan kemampuan untuk beradaptasi, berpikir kritis, dan terus belajar secara mandiri. Transformasi ini dirancang agar lulusan USNI siap bersaing secara global, namun tetap mengenali dan mengembangkan keunikan dirinya,” kata Rektor Universitas Satya Negara Indonesia Sihar P.H. Sitorus disela-sela acara peluncuran Senin (4/8/2025).
Keberhasilan transformasi juga tidak lepas dari pemahaman terhadap mahasiswa yang menjadi subjek utama, yaitu Gen Z yang dikenal penuh semangat dan punya impian besar. Namun, mereka juga menjadi generasi yang paling cemas, rentan merasa tertekan karena peer-pressure dan FOMO (fear of missing out), serta masih minim pemahaman terhadap dunia kerja dan potensi dirinya.
Menyadari karakter dan tantangan yang dihadapi Gen Z inilah, USNI merancang pendekatan pendidikan yang relevan. Berkuliah di USNI bukan sekadar proses belajar, tetapi perjalanan menemukan versi terbaik diri melalui kurikulum berbasis kewirausahaan yang kreatif dan kolaboratif, serta dukungan sistemik selama empat tahun penuh.
“Program kuliah di USNI dirancang untuk mendampingi mahasiswa bertumbuh dari awal masa kuliah hingga siap memasuki dunia kerja. Kami tidak ingin mahasiswa hanya selesai studi, tapi juga selesai mengenali dan membentuk dirinya. Karena itu, pendampingan ini kami susun secara bertahap dan berkelanjutan selama empat tahun,” ujarnya.
Adapun program tersebut meliputi Tahun Pertama: Self-Discovery & Time Management; Tahun Kedua: Mental Health Management & Confidence Building; Tahun Ketiga: Growth Mindset & Global Mindset; dan Tahun Keempat: Career Options & Professional Networking.
Selain berfokus pada penguatan kurikulum dan pengembangan diri mahasiswa, USNI juga memperluas transformasinya hingga ke pembaruan identitas kelembagaan. Hal ini tercermin dalam peluncuran logo sebagai penegasan arah strategis kampus ke depan.
Logo Baru
Logo yang baru tidak sekadar menjadi pembaruan visual, tetapi juga cerminan dari semangat perubahan dan nilai-nilai inti institusi. Kompas yang menjadi simbol utama merepresentasikan peran USNI dalam membimbing mahasiswa menjelajahi potensi diri, menavigasi tantangan zaman, dan menapaki perjalanan intelektual dengan arah yang jelas.
Baca Juga: Prabowo Bakal Hukum Perusahaan Nakal yang Bakar Hutan
“Logo baru ini tidak hanya identitas visual, tetapi juga penanda arah dan semangat baru USNI dalam menyiapkan mahasiswa yang mampu membaca zaman, menyelaraskan diri, dan menjadi agen perubahan di tengah kompleksitas global,” ujar Wakil Rektor II Universitas Satya Negara Indonesia Yosi Stefani.