Dato Sri Tahir merupakan sosok pengusaha sukses yang mendirikan Mayapada Group. Perjalanan Tahir sebagai konglomerat di Indonesia begitu panjang dan kerap dihiasi kerikil tajam.
Pria yang memiliki nama asli Ang Tjoen Ming lahir di Surabaya, 26 Maret 1952 ini pun makin disegani setelah dirinya menikah dengan putri pendiri Lippo Group, Mochtar Riady, yakni Rosy Riady.
Mungkin beberapa orang melihat bahwa menikah dengan anak konglomerat, bakal mempermudah laju menapaki karier dalam dunia bisnis. Namun nyatanya, hal itu tidak berlaku bagi Tahir.
Contohnya saja, di minggu pertama pernikahannya, Tahir harus menelan kenyataan cukup pahit terkait prinsip sang mertua. Saat itu, Mochtar Riady mengatakan bahwa menantunya tidak boleh masuk ke dalam lingkungan bisnis milik keluarga Riady alias Lippo Group.
Perjalanan Tahir untuk masuk ke keluarga sang taipan ini pun tertuang dalam buku karya Alberthiene Endah yang bertajuk Living Sacrifice. Dalam buku biografinya itu, Tahir pun tak segan menceritakan bahwa ia sangat sulit untuk berbaur dengan keluarga besar sang istri.
Tahir juga menceritakan soal dirinya yang sering ‘tak dianggap’ oleh saudara iparnya sendiri, tak terkecuali dalam konteks bisnis. Tak pelak, hal itu kadang memicu sisi emosional Tahir sendiri.
Namun, proses kehidupannya tersebut akhirnya berbuah manis. Setelah banyak menelan asam garam kehidupan, Tahir berhasil sejajar bahkan melampaui kekayaan sang mertua Mochtar Riady.
Dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes per Desember 2021, Tahir menduduki peringkat ke-16 dengan kekayaan mencapai 2,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp40,04 triliun. Sementara, Mochtar Riady ada di tempat ke-23 dengan catatan kekayaan 1,85 miliar dolar AS atau sekitar Rp26,45 triliun.
Lantas, seperti apa relasi Dato Sri Tahir dengan putra Mochtar Riady? Berikut Olenka ulas selengkapnya.
Baca Juga: Komitmen Dato Sri Tahir: Setiap Manusia Berhak Hidup Layak
“Ada Pagar Besar yang Memisahkan Saya dengan Keluarga Riady”
Meski bertitel menantu sang taipan, Tahir menegaskan bahwa ia sama sekali tak memikirkan uang dan kekayaan. Karena meski sedari kecil ia menjalani hidup susah, tapi ia dan keluarganya tetap memegang teguh harga diri yang tak tergoyahkan.
Tahir sendiri memaknai, pernikahannya dengan Rosy Riady adalah suatu kehormatan baru berupa kepercayaan karena ia terpilih menjadi menantu orang kaya yang dihormati.
Namun, sejak masuk menjadi bagian keluarga besar Riady, Tahir mengaku dirinya sama sekali tidak bisa memprediksi apa yang bakal terjadi terhadapnya nanti.
Yang jelas, kata dia, selama dirinya menjadi bagian keluarga sang taipan, terasa ada pagar yang besar yang memisahkan, karena ada budaya keluarga dan kasta yang berbeda. Kata Tahir, perbedaan dirinya dengan keluarga Riady ibaratnya seperti surga dan bumi.
“Saya cuma menantu yang ditempatkan di kotak tersendiri. Bukan hanya Pak Mochtar yang menetapkan batasan itu, tapi anak-anaknya juga demikian. Mau gak mau saya harus sadar diri. Ibaratnya, saya berada di tengah-tengah keluarga sangat kaya dalam hal materi, tetapi ‘miskin’ kehangatan kekeluargaan,” ujar Tahir.
Tahir menuturkan, meski keberadaan dirinya ‘tak dianggap’ oleh keluarga Mochtar Riady, namun ia sama sekali tak pernah membenci ipar-iparnya dan mertuanya. Justru ia sangat-sangat menghormatinya. Bagi Tahir sendiri, mertuanya tersebut adalah seorang ahli, superstar, dan seorang maestro yang layak untuk dikagumi dan dihormati.
“Keluarga Mochtar Riady adalah keluarga yang sukses dan luar biasa. Jadi, saya dengan mentalitas anak desa yang kuat, saya akan berjuang untuk menyesuaikan diri dengan mereka. Jujur, masuk di tengah-tengah keluarga ini membuat saya merasa tersandung dalam ujian mental yang berat,” tukas Tahir.
Seiring waktu, dalam kegiatan bisnisnya, Tahir pun akhirnya lebih mengenal karakter anak-anak Mochtar Riady. Tahir masih merasakan ada garis batas yang jelas, yang memisahkan dirinya dengan ipar-iparnya itu.
Baca Juga: Kisah Dato Sri Tahir di Tengah Keluarga Riady: Saya Sering Merasa Tak Dianggap