Dalam upaya meningkatkan kesadaran akan hak asasi manusia, setiap individu berhak menyuarakan dan membantu kondisi kemanusiaan di daerah yang krisis akan kemanusiaan. Seperti halnya yang diyakini oleh pemilik Mayapada Group, Dato Sri Tahir.

Dalam sebuah kesempatan, ia membagikan pengalaman penting dalam kunjungannya ke perbatasan Irak untuk kedua kalinya. Ia mengunjungi perbatasan Irak untuk melihat langsung dampak krisis yang melanda wilayah itu.

Baca Juga: Mengulik Peran Keluarga Tahir di Pohon Bisnis Mayapada Group

Dato Sri Tahir menjelaskan, perbatasan Irak yang sedang ia tapaki tersebut baru saja di bom beberapa minggu yang lalu. Tahir mengatakan bahwa tidak ada rasa takut dalam kunjungannya, melainkan justru ia melihat pengalaman tersebut sebagai suatu karunia.

“Bila mana saya mati di dalam perjalanan kerja baik itu adalah ibadah yang baik. Daripada saya harus mati di Alexis, atau saya mati di mandi uap ataupun saya mati di dalam kelimpahan adalah suatu hal yang memalukan,” katanya dilansir Olenka pada Sabtu, 28 September 2024.

Ia juga menekankan, “Seorang manusia yang meninggal di dalam kekayaan ‘it’s a shameful’.”

Menyaksikan langsung penderitaan para pengungsi dan kondisi kemanusiaan yang memprihatinkan, ia merasa terus terinspirasi untuk memperjuangkan hak mereka. Selama kunjungan Dato Sri Tahir juga menjalin kerja sama dengan berbagai organisasi kemanusiaan untuk memperluas upaya bantuan. Dengan misi yang jelas, Dato Sri Tahir berusaha membuka mata dunia terhadap kebutuhan mendesak di perbatasan Irak ini.

Dalam hal ini Dato Sri Tahir juga mengangkat satu keluarga sebagai cucu angkat. Cucu yang terbesar sudah menggunakan kerudung, namun yang kecil belum.

Perjalanan ini tidak hanya mengangkat kesadaran akan kondisi kemanusiaan di Irak, tetapi juga memperkuat komitmen Dato' Sri Tahir untuk terus berkontribusi pada upaya kemanusiaan di seluruh dunia. Dengan penuh semangat, ia menutup kunjungannya dengan seruan kepada masyarakat global untuk tidak melupakan mereka yang sedang berjuang demi hidup mereka.

“Saya merasa bahwa setiap manusia apapun agama dia, dia berhak memiliki hidup yang layak,” tutupnya.