Kontroversi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia masih terus bergulir usai menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang memutuskan Anindya Bakrie menggeser posisi Ketua Umum Arsjad Rasjid.

Hasil Munaslub yang dihadiri 28 dari 34 Kadin provinsi dan 25 asosiasi yang digelar pada Sabtu (14/09/2024) lalu memutuskan bahwa Anindya Bakrie terpilih secara aklamasi menduduki posisi Ketum Kadin untuk periode 2024-2029. Namun, tersiar kabar bahwa Munaslub yang sudah digelar tersebut bersifat ilegal dan dianggap tidak sah karena menyalahi AD/ART organisasi.

Anggapan tersebut langsung dibantah oleh Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan, dan Keamanan Kadin Bambang Soesatyo alias Bamsoet. Ia meyakini bahwa terpilihnya Anin sebagai Ketum Kadin sah dan tidak menyalahi AD/ART organisasi.

Di sisi lain, Arsjad pun akan menginvestigasi dugaan pelanggaran AD/ART dalam pelaksanaan Munaslub yang menetapkan Anindya Bakrie sebagai ketua umum baru organisasi pengusaha itu. Ia yakin akan menemukan bukti keterlibatan individu atau kelompok di internal Kadin yang terlibat dalam persiapan Munaslub.

Baca Juga: Menelusuri Dualisme di Tubuh Kadin, Seperti Apa?

"Dari hasil penyelidikan, kami yakin akan terungkap bukti sah dalam bentuk dokumen dan surat terkait persiapan Munaslub yang menunjukkan keterlibatan individu dan atau kelompok dalam lingkup Kadin Indonesia," katanya dalam konferensi pers di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Minggu (15/09/2024).

Di tengah gonjang-ganjing tersebut, publik justru mencari tahu tentang rekam jejak dari Arsjad Rasjid dan Anindya Bakrie. Pasalnya, nama keduanya dikenal sebagai pengusaha ternama di Indonesia.

Lantas, seperti apa rekam jejak keduanya? Siapa yang kira-kira lebih pantas menjabat sebagai ketua umum Kadin Indonesia?

Arsjad Rasjid

Pemilik nama lengkap Mohammad Arsjad Rasjid Prabu Mangkuningrat, B.S., B.Sc dikenal sebagai pengusaha ulung Tanah Air. Ia memiliki background pendidikan teknik komputer, lulusa dari University of Southem California tahun 1990. Kemudian, tahun 1993, ia mendapat gelar Bachelor of Science di bidang administrasi bisnis dari Pepperdine University, California, Amerika Serikat (AS).

Tak hanya itu, pria kelahiran 16 Maret 1970 tersebut juga menyelesaikan program Executive Education on Leadership and Decision Making in the 21st Century di Jackson Institute for Global Affairs, Yale University, AS.

Selanjutnya, Arsjad menyelesaikan program Executive Education Global Leadership and Public Policy for the 21st Century di Harvard Kennedy School, AS. Lalu, ia juga menyelesaikan program Insights Into Politics and Public Policy in Asia untuk para pemimpin global di Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura.

Baca Juga: Penyelenggaraan Munaslub Kadin Diklaim Ilegal, Arsjad Rasjid: Kami Akan Ambil Tindakan Disipliner

Setahun setelahnya, Arsjad pun menuntaskan Executive Education on Impacting Investing di Said Business School, University of Oxford, Inggris.

Memiliki prestasi di bidang pendidikan yang gemilang membuat Arsjad layak menduduki banyak jabatan tinggi di perusahaan Indonesia, seperti Presiden Direktur di PT Indika Energy Tbk. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Tripatra Engineers & Constructor, dan PT Tripatra Engineering sejak April 2021.

Mengutip dari laman Indika Energy, sebelum menjadi orang nomor satu di perusahaan tersebut, Arsjad sebelumnya menjabat sebagai Group CEO dari 2005 hingga 2013, dan Wakil Presiden Direktur/Group CFO dari 2013 hingga 2016.

Selain itu, ia juga merupakan komisaris PT Indika Infrastruktur Investindo sejak Juni 2020 dan PT Indika Multi Properti sejak Oktober 2019.

Tak berhenti sampai di situ, ia juga menjabat komisaris di berbagai perusahaan terkemuka, sebut saja PT Indika Inti Corpindo (sejak Juni 2020), PT Grab Teknologi Indonesia (sejak 2020), dan Kideco (sejak Februari 2017).

Lalu, PT Indika Energy Infrastructure (sejak Desember 2016) dan PT Rukun Raharja Tbk. (sejak Juni 2014). Arsjad juga menjabat sebagai Chairman Indika Foundation (sejak Februari 2017).

Ia memimpin Indika Energy Group dengan lebih dari 10 ribu karyawan. Ia bersama anak buahnya melakukan turnaround dari kinerja perusahaan yang menurun karena terkena dampak dari penurunan harga batu bara antara 2013 hingga 2016. Hingga akhirnya, perusahaan berhasil berbalik positif.

Baca Juga: Terusir dari Menara Kadin, Arsjad Rasjid Akan Tetap Kerja dan Cari Kantor Baru Secepatnya

Keterlibatan Arsjad Rasjid dalam dunia bisnis dan pembangunan ekonomi Indonesia tidak berhenti pada perannya dalam industri energi dan Kadin, melainkan juga di level regional. Saat ini ia menjabat sebagai Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC). Sebagai Ketua ASEAN-BAC, Arsjad Rasjid memimpin dan mengkoordinasikan berbagai inisiatif untuk mempromosikan kerjasama antar-negara anggota ASEAN.

Kemudian, pada  periode 2023-2027, ia menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Panahan Indonesia (PB Perpani), organisasi yang mengelola dan mengembangkan olahraga panahan di Indonesia.

Di balik moncernya karier Arsjad, ketertarikannya terhadap ranah social entrepreneurship pendidikan toleransi dan keberagaman, serta kebangasaan membuatnya terpilih sebagai Young Global Leader 2011 dari World Economic Forum (WEF). Ia juga menerima penghargaan sebagai Best Executive di Indonesia pada tahun 2010 dari Asiamoney.

Anindya Bakrie

Anindya Novyan Bakrie adalah sosok pengusaha, investor global, dan filantropis terkemuka yang berasal dari Indonesia. Ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Aburizal Bakrie dan Tatty Bakrie.

Sebelum terjun ke dunia bisnis, pria kelahiran 10 November 1974 itu mengenyam pendidikan dasar di SD Triguna dan lulus pada 1986. Ia kemudian melanjutkan pendidikan menengah di Pangudi Luhur dan selanjutnya belajar di Phillips Academy di Andover, Massachusetts, sebuah sekolah menengah atas di Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Pertamina dan Bakrie Group Akan Kembangkan Infrastruktur Riset Berkelanjutan di IKN

Atas ketertarikannya di bidang keuangan dan teknologi, juga keinginan mengikuti jejak bisnis sang ayah dan kakeknya, Anin meraih gelar sarjana di bidang teknik industri dari Northwestern University, Illinois pada 1996.

Kemudian, ia mendapatkan gelar master dari program Global Management Immersion Experience (GMIX) di Stanford Graduate School of Business pada 2001. Ia kemudian berusaha menjembatani mahasiswa untuk dapat mengenyam pendidikan di Stanford Business School melalui Bakrie Center Foundation.

Anindya memulai kariernya sebagai banker investasi di Salomon Brothers, Wallstreet, di Amerika Serikat pada tahun 1996. Selepas itu, ia kembali ke Indonesia pad a1997 dan menjabat sebagai Deputi to Chief Operating Officer dan Managing Director of Bakrie & Brothers (BNBR). Mengulik dari profil LinkedIn miliknya, saat ini Anindya menjabat sebagai CEO di sana.

Bakrie & Brothers, sebagai penerus grup Bakrie yang telah berdiri selama 80 tahun, beroperasi dalam sektor infrastruktur, kendaraan listrik, pertambangan, minyak dan gas, energi terbarukan, properti, serta perkebunan. 

Tak hanya itu, Anindya juga aktif dalam peran global sebagai ketua APEC Business Advisory Council (ABAC) Indonesia. ABAC, yang didirikan pada 1995 oleh APEC, bertujuan untuk mendorong kerjasama ekonomi regional. Anindya memimpin peluncuran Dana Dampak Indonesia (IIF) di bawah ABAC, yang bertujuan untuk memajukan proyek-proyek berdampak positif di kawasan.

Di dunia olahraga, ia saat ini merupakan pemilik klub sepakbola Inggris Oxford United bersama Erick Thohir. Ia menjabat sebagai Direktur Utama Bakrie Group yang mengendalikan sejumlah perusahaan publik dengan kapitalisasi pasar gabungan sekitar US$15 miliar.

Baca Juga: Kadin: Komitmen Bebas Emisi Jangan Korbankan Potensi Pertumbuhan Asia Tenggara!

Di bisnisnya yang lain, Anindya mulai berkecimpung di bidang media, tepatnya di perusahaan Cakrawala Andalas Televisi (ANTV). Selama keberadaannya di sana, Anindya membuat penyesuaian konten, mengubah campuran dari pemrograman umum yang individual menjadi berfokus pada acara ramah keluarga seperti acara kuis, pertunjukan anak-anak dan pertandingan sepak bola.

Pada 2007, ia membeli stasiun TV kedua, Lativi Media Karya, dari pebisnis dan mantan menteri Ketenagakerjaan, Abdul Latief. Stasiun ini berganti nama menjadi TV One dan direkonstruksi untuk fokus pada berita untuk pemirsa kelas menengah. Kemduian, pada 2011, Anindya bekerja sama dengan pengusaha Erick Thohir, untuk mengambil kedua stasiun TV tersebut, ditambah portal berita online Vivanews, dan saat ini ia menjabat sebagai Presiden Direktur di Visi Media Asia atau Viva Group.

Tak berhenti sampai di situ, Anindya juga dipercaya mengenyam jabatan Presiden Direktur & CEO PT Bakrie Telecom atau penyedia telekomunikasi nirkabel CDMA publik terbesar di Indonesia pada saat itu.

Setelah menelisik kedua pengusaha tersohor tersebut, menurut Growthmates siapa yang lebih cocok menggendong jabatan Ketua Umum Kadin selanjutnya?