Perjalanan Karier Slamet Rahardjo
Slamet Rahardjo mengawali perjalanan kariernya di dunia teater. Ia sempat tergabung dalam kelompok Teater Populer pimpinan Teguh Karya. Melalui panggung teater, ia pun mulai melebarkan kariernya di layar lebar.
Wajah Seorang Laki-laki (Ballad Of A Man) menjadi film debut yang diperankan oleh Slamet pada 1971 sebagai Amallo. Kariernya terus berlanjut hingga mendapat tawaran bermain dalam film Cinta Pertama pada 1973. Menariknya, melalui film ini, ia terpilih sebagai runner-up keempat untuk kategori Aktor Terbaik dalam ajang Aktor-Aktris Terbaik PWI pada 1974.
Sejak itu, nama Slamet semakin santer dikenal, bahkan penampilannya kerap dipuji begitu mengesankan seperti dalam drama romantis seperti Ranjang Pengantin (1974) dan Di Balik Kelambu (1983).
Di tahun 1970 hingga 1980-an, Slamet mendapat banyak project judul film. Ia pun kembali aktif di layar lebar pada awal 2000-an, lewat perannya sebagai Agus dalam film Pasir Berbisik. Kemudian, Kutunggu di Sudut Semanggi (2004); Banyu Biru (2005); Ruang (2006); Badai Pasti Berlalu (2007); Laskar Pelangi (2008); Ketika Cinta Bertasbih (2009); Alangkah Lucunya (Negeri Ini) (2010); Sang Penari (2011).
Baca Juga: Profil Fedi Nuril dan Perjalanan Karier Sang Aktor di Industri Hiburan
Tak hanya itu, ia juga bermain dalam film Filosofi Kopi the Movie (2015); The Perfect Husband (2018); Ghost Writer (2019); Wedding Proposal (2021); Siksa Neraka (2023); Bila Esok Ibu Tiada (2024); hingga memerankan sejumlah film di tahun 2025 seperti A Business Proposal; Cinta Tak Pernah Tepat Waktu; Rahasia Rasa; Gowok: Kamasutra Jawa; dan Hanya Namamu dalam Doaku.
Selain film dan teater, Slamet Rahardjo juga membintangi beberapa serial televisi, di antaranya adalah Sastro (1997) dan Tetangga Masa Gitu? (2014-2017).
Tak hanya menjadi aktor, Slamet juga menyelami profesi lain yakni menjadi sutradara film. Film pertamanya yang disutradarai adalah Rembulan Matahari pada tahun 1980. Kemudian, ada juga Langitku Rumahku (1990); Telegram (2000); Marsinah, Cry Justice (2002); Kantata Takwa (2008); hingga Batas (2011).