Menurut Marcel, langkah ini mencerminkan keterbukaan pemikiran pendiri sekaligus keinginan kuat untuk membawa perusahaan ke level yang lebih tinggi.
“Hal ini mengindikasikan keterbukaan pikiran dan keinginan dari pendiri untuk membawa perusahaan yang dikelola secara lebih sederhana menjadi sebuah institusi yang cukup besar dan dipimpin oleh orang-orang yang capable, baik itu anggota keluarga maupun profesional dan pihak ketiga yang saling membantu,” tegasnya.
Menariknya, Marcel juga menyoroti fenomena banyaknya perusahaan private atau non-TBK yang telah menerapkan standar pengelolaan setara perusahaan publik. Ia menyebut pendekatan ini sebagai IPO ready mentality.
“Sebenarnya banyak juga perusahaan private atau yang belum TBK sudah mengadopsi dalam tanda kutip IPO ready mentality, meskipun mereka bukan listed,” ungkap Marcel.
Marcel bilang, mentalitas tersebut tercermin dari cara perusahaan dijalankan, yakni transparan, tertib, dan berbasis sistem.
“The way mereka run, bagaimana mereka beroperasi itu seakan-akan sama seperti perusahaan publik. Mereka melakukannya dengan transparan, terjadi pemisahan antara kekayaan pribadi maupun perusahaan,” katanya.
Tak hanya itu, perusahaan-perusahaan ini juga mulai mengadopsi sistem modern, mulai dari digitalisasi hingga kebijakan sumber daya manusia yang terstruktur.
“Mereka menempatkan sistem, proses digital, HR policy, dan lain-lain yang sama majunya, seakan-akan sama seperti perusahaan publik,” tambahnya.
Dan pada akhirnya, lanjut Marcel, profesionalisme bukan hanya soal tata kelola, tetapi juga menjadi fondasi keberlanjutan bisnis jangka panjang.
Marcel pun menekankan bahwa pendekatan ini akan berdampak langsung pada kesinambungan profit dan kepemimpinan.
“Hal itu akan menimbulkan yang paling utama adalah kesinambungan profit dan juga kesinambungan leadership yang bertahan,” pungkasnya.
Baca Juga: Marcel Irawan Ungkap Peluang dan Tantangan Perusahaan Keluarga