Bisnis keluarga masih menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Namun, tidak semua mampu bertahan lintas generasi. Menurut Private Leader PwC Indonesia, Marcel Irawan, kunci utama agar bisnis keluarga dapat tumbuh besar dan berkelanjutan terletak pada keberanian menerapkan prinsip profesionalisme sejak dini.
Marcel menilai, keberhasilan transisi kepemimpinan dari generasi ke generasi di Indonesia memang belum banyak terlihat secara kasat mata. Hal ini tidak lepas dari konteks sejarah dan tingkat perkembangan ekonomi nasional.
“Mungkin belum banyak hal yang secara kasat mata kita bisa melihat suksesnya terjadi transisi antara generasi ke-1, ke-2, dan ke-3. Mengapa? Karena Indonesia rata-rata masih negara yang berkembang setelah Perang Dunia, dan belum banyak pengusaha yang sudah menelurkan suksesi itu, tidak seperti negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, maupun Amerika,” tutur Marcel saat ditemui Olenka, di Jakarta, belum lama ini.
Meski demikian, Marcel menegaskan bahwa jika tolok ukurnya adalah kemampuan bisnis keluarga dalam memprofesionalkan perusahaan, maka contoh keberhasilannya justru cukup banyak ditemukan di Indonesia.
“Kalau saya melihat apakah ada perusahaan keluarga yang berhasil memprofesionalkan perusahaan itu, saya lihat banyak sekali,” kata Marcel.
Marcel lantas menjelaskan, bisnis keluarga yang berhasil naik kelas umumnya mampu keluar dari pola one man show dan berkembang menjadi institusi yang sehat.
Menurutnya, perusahaan tidak lagi bergantung pada satu figur pendiri, melainkan ditopang oleh sistem, tata kelola, dan sumber daya manusia yang kuat.
“Bukan hanya perusahaan tersebut perusahaan one man show, tapi sudah berkembang menjadi sebuah institusi yang menawarkan lapangan pekerjaan yang banyak. Manajemen-manajemen banyak yang masuk, bahkan di leadership-nya mereka bukan hanya notabene keluarga,” jelasnya.
Dalam perusahaan seperti ini, kata Marcel, prinsip the right man in the right place menjadi pedoman utama. Kata dia, posisi strategis tidak semata-mata diisi oleh anggota keluarga, tetapi oleh individu yang benar-benar kompeten.
Bahkan, tidak sedikit bisnis keluarga yang mulai merekrut profesional dari perusahaan multinasional untuk memperkuat jajaran manajemen.
“Mereka sudah mulai melibatkan manajemen-manajemen yang bekas atau ex perusahaan multinasional untuk masuk ke dalam jajaran perusahaan keluarga tersebut,” lanjut Marcel.
Baca Juga: Mengenal Gaya Kepemimpinan yang Cocok untuk Perusahaan Keluarga
Menurut Marcel, langkah ini mencerminkan keterbukaan pemikiran pendiri sekaligus keinginan kuat untuk membawa perusahaan ke level yang lebih tinggi.
“Hal ini mengindikasikan keterbukaan pikiran dan keinginan dari pendiri untuk membawa perusahaan yang dikelola secara lebih sederhana menjadi sebuah institusi yang cukup besar dan dipimpin oleh orang-orang yang capable, baik itu anggota keluarga maupun profesional dan pihak ketiga yang saling membantu,” tegasnya.
Menariknya, Marcel juga menyoroti fenomena banyaknya perusahaan private atau non-TBK yang telah menerapkan standar pengelolaan setara perusahaan publik. Ia menyebut pendekatan ini sebagai IPO ready mentality.
“Sebenarnya banyak juga perusahaan private atau yang belum TBK sudah mengadopsi dalam tanda kutip IPO ready mentality, meskipun mereka bukan listed,” ungkap Marcel.
Marcel bilang, mentalitas tersebut tercermin dari cara perusahaan dijalankan, yakni transparan, tertib, dan berbasis sistem.
“The way mereka run, bagaimana mereka beroperasi itu seakan-akan sama seperti perusahaan publik. Mereka melakukannya dengan transparan, terjadi pemisahan antara kekayaan pribadi maupun perusahaan,” katanya.
Tak hanya itu, perusahaan-perusahaan ini juga mulai mengadopsi sistem modern, mulai dari digitalisasi hingga kebijakan sumber daya manusia yang terstruktur.
“Mereka menempatkan sistem, proses digital, HR policy, dan lain-lain yang sama majunya, seakan-akan sama seperti perusahaan publik,” tambahnya.
Dan pada akhirnya, lanjut Marcel, profesionalisme bukan hanya soal tata kelola, tetapi juga menjadi fondasi keberlanjutan bisnis jangka panjang.
Marcel pun menekankan bahwa pendekatan ini akan berdampak langsung pada kesinambungan profit dan kepemimpinan.
“Hal itu akan menimbulkan yang paling utama adalah kesinambungan profit dan juga kesinambungan leadership yang bertahan,” pungkasnya.
Baca Juga: Marcel Irawan Ungkap Peluang dan Tantangan Perusahaan Keluarga