Istana Garuda di Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi sorotan publik Tanah Air, bangunan yang menjadi tempat berkantornya kepala negara itu disebut-sebut terkesan mistis dan cenderung horor. Hal itu banyak dibicarakan orang dalam satu dua hari belakangan ini. 

Spekulasi yang mengaitkan hal-hal gaib dengan Istana Garuda mulai menggelinding liar setelah sebagian besar banggunan itu dirampung jelang apel bendera peringatan HUT RI pada 17 Agustus nanti.  Pendapat mengenai aura mistis itu tak terlepas dari warna gelap yang menyelimuti sebagian besar bangunan  yang berdiri di atas lahan seluas 55,7 hektare itu. 

Warna gelap itu dirasa tak lazim, sebab jamaknya bangunan-bangunan besar di indonesia mayoritas berwarna mencolok. Bagi sebagian orang, warna dasar pada Istana Garuda adalah sesuatu yang ganjil, itu diluar kebiasaan.

Anggapan aura mistis itu belakangan ditanggapi oleh Nyoman Nuarta selaku desainer bangunan ikonik itu.

Dia tak menyalahkan pendapat tersebut, baginya adalah hal wajar kalau sebagian orang beranggapan demikian, mereka mengaitkan warna gelap dengan hal-hal bernuansa mistis lantaran selama ini mereka hanya melihat bangunan dengan warna mencolok.  

Nyoman Nuarta tentu tidak sembarangan menaruh warna pada mahakarya itu, ada banyak alasan yang melatarbelakanginya, hanya saja dia tak menjelaskan secara terperinci mengenai alasan dirinya memilih warna gelap untuk bangunan itu. 

"Banyak orang terbiasa melihat warna-warna menyala, seperti emas, tetapi saya tidak ingin menggunakan warna seperti itu untuk Istana Garuda," kata Nyoman dilansir Senin (12/8/2024). 

Ruang Tunggu yang Terkesan Melayang

Istana Garuda memiliki luas site mencapai 3,5 hektar dengan ketinggian mencapai empat lantai. Adapun ketinggian istana garuda adalah  44 meter dari jalan dan 88 meter dari permukaan laut. Secara keseluruhan, ketinggiannya  mencapai 70 meter dari puncak bangunan Garuda.

Istana megah itu dibangun di atas bukit, muka bangunan menghadap ke arah tenggara tepatnya ke Taman Plaza Seremoni dan Bukit Bendera IKN. 

Istana itu dirancang satu kompleks dengan Istana Negara yang berada persis di bawah Istana Garuda dan Sekretariat Presiden serta 4 kompleks gedung Kemenko. 

Bangunan Istana Garuda diapit tebing di beberapa sudut, nantinya tebing-tebing itu bakal ditanami berbagai tanaman untuk menciptakan suasana asri dan sejuk.

Ruang tunggu di Istana Garuda juga dirancang dengan sangat unik, ruang tunggu tersebut akan terasa melayang karena posisinya berada di antara tebing setinggi 30 meter dan langit-langit setinggi 30 meter.

Terkait letak bangunan yang berada persis di atas bukit, Nyoman mengatakan dirinya memang secara khusus meminta supaya bukit itu tak diubah atau diratakan, dia bertekad membangun istana itu di atas lahan yang benar-benar masih alami. 

"Kan itu di bukit tuh. Tadinya memang di bukit. Itu saya enggak bongkar, saya nggak memperbolehkan untuk membongkar (bukitnya)," ujarnya.

Perubahan Warna Karena Kondisi Alam 

Istana Garuda dirancang dengan baja kualitas jempolan yang tahan dalam berbagai kondisi iklim, hanya saja baja-baja tersebut bakal berubah warna selama satu hingga dua tahun setelah terpapar berbagai kondisi cuaca, baja itu mulanya berwarna kemerahan yang bakal berubah menjadi lebih gelap.  

Menurutnya Nyoman perubahan warna pada material bangunan seperti itu  adalah sesuatu yang bisa saja dan tak perlu dianggap berlebihan, kondisi seperti ini banyak terjadi pada bangunan ikonik di luar negeri terutama  jembatan-jembatan besar di  Amerika Serikat. Perubahan warna itu juga terjadi pada patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali, yang juga dirancang Nyoman Nuarta. 

 "Struktur bilahnya pertama berwarna kemerahan, tetapi setelah terkena hujan dan cuaca, warnanya akan semakin gelap," katanya.

Perubahan warna tidak hanya terjadi pada baja, warna kuning di muka bangunan itu juga bakal berubah seiring berjalannya waktu. Warna kuning itu bakal berubah menjadi biru toska atau hijau karena kondisi alam dan perubahan iklim, proses ini dalam pengetahuan ilmiah disebut patina.

"Warna kuningan di bagian depan akan berubah menjadi hijau, tergantung kondisi alam. Proses oksidasi secara perlahan akan mengubahnya menjadi biru toska," ucapnya. 

Filosofi Garuda

Bangunanan Istana kepresidenan di IKN membentuk Burung Garuda yang tampak sedang menukik dengan kepala tertunduk dan dua sayapnya yang tampak sedang memeluk sesuatu. Karena berbentuk demikian bangunan itu dinamai Istana Garuda. Hanya saja bentuk Burung Garuda tersebut juga masih dikait-kaitkan dengan hal-hal berbau mistis. 

Nyoman jelas tak asal-asalan merancang bentuk tersebut, ada banyak filosofi di balik semua itu dimana bentuk bangunan itu jelas sudah dipikirkan secara matang dan butuh proses panjang. 

Menurut Nyoman, bentuk Garuda yang tampak memeluk sesuatu dengan sepasang sayap kokoh mengandung arti  perlindungan, jadi filosofinya adalah Burung Garuda sebagai lambang negara sedang memberi perlindungan kepada bangsa Indonesia. 

Lalu soal kepala Garuda yang tampak menunduk adalah lambang kerendahan hati, sebab kalau saja Garuda dengan kepala yang memandang ke atas maka akan terkesan sombong dan angkuh. 

"Kalau Garuda ngedongak, sombong dong. Terserahlah itu image orang. Saya buat sayapnya itu memeluk seperti melindungi," ujarnya.