Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mengupayakan berbagai cara demi menggenjot minat baca masyarakat pedesaan dan daerah tertinggal. 

Harus diakui tingkat literasi masyarakat daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) masih sangat minim. Bahkan secara nasional, UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. 

Baca Juga: The Warriors of The Light, Novel Favorit Prabowo yang Wajib Dibaca Anak Muda

Pelaksana tugas kepala Perpusnas E Aminudin Aziz mengatakan, tantangan menggenjot minat baca masyarakat di daerah 3T jauh lebih mudah ketimbang masyarakat perkotaaan.

Masyarakat diyakini tidak terlalu peduli dengan penggunaan teknologi seperti smartphone, jadi menurut dia minat baca mereka masih bisa diperbaiki. Caranya adalah memfasilitasi mereka dengan buku-buku berkualitas.  

"Mudah-mudahan ada ketertarikan baru. Saya sih sangat yakin kalau daerah-daerah yang pinggiran, daerah 3T segala macam itu, nggak akan terlalu peduli dengan gawai," ucap Plt Perpusnas E Aminudin Aziz dalam diskusi soal literasi di Perpusnas, Jakarta, Jumat (19/1/2024).

Amin menyebut, sebenarnya masyarakat Indonesia tidak malas membaca buku, indeks literasi yang anjlok kata dia disebabkan oleh minimnya fasilitas seperti perpustakaan, taman baca masyarakat (TBM) dan jumlah buku berkualitas. Dia yakin apabila fasilitasnya memadai, maka grafik minat baca masyarakat bakal bergerak naik. 

“Karena persoalan yang ada adalah kurangnya buku, maka di masa depan kami menargetkan untuk menyediakan 1.000 judul buku di masing-masing 10 ribu lokus,” kata dia.

Tak hanya itu, Amin mengatakan pihaknya juga bakal secara rutin memberi pelatihan kepada pengelola perpustakaan dan TBM. Langkah itu diambil untuk menyentuh masyarakat secara langsung karena merekalah yang akan menerima manfaat secara langsung.

"Malah justru ketika perpustakan itu hadir di desanya, itu akan ada gerakan baru mereka datang ke perpustakaan desa. Itu kepercayaan saya, keyakinan saya," terang dia.

Langkah itu dia ambil di tengah maraknya penggunaan gawai dan internet di tengah masyarakat. Di mana lebih banyak digunakan sebagai sarana komunikasi dan mencari hiburan lewat media sosial. Situasi itu kian memprihatinkan karena aplikasi terkait bahan bacaan atau buku tidak termasuk aplikasi yang banyak diunduh.

Baca Juga: Mengenal Karya Ibnu Taimiyah, Ini Dia Deretan Buku Karangan Sang Syaikh al-Islam Asal Turki!

Baca Juga: 5 Cara Cepat Memahami Isi Buku Bacaan, Coba Terapkan Yuk!

"Karena dia akan bisa dipinjam ke mana-mana dalam keadaan yang lebih santai gitu daripada harus menghubungkan itu kepada gawainya. Ada listrik, ada pulsa, ada segala macam. Nah kampanye ini yang akan harus dilakukan," kata dia.