Inovasi Pencegahan untuk Bayi Berisiko Tinggi

Sebagai perusahaan biofarmasi global, lanjut dr. Freddy, AstraZeneca tidak hanya menggalakkan edukasi, tetapi juga menyediakan solusi preventif.

Salah satu inovasi penting yang baru diperkenalkan di Indonesia adalah Palivizumab, sebuah imunoprofilaksis untuk mencegah infeksi RSV pada bayi berisiko tinggi. dr. Feddy pun lantas menjelaskan latar belakang kehadiran inovasi ini.

“Saat ini kita sudah tahu dan sadar betapa pentingnya testing RSV, maka AstraZeneca juga menawarkan satu solusi berupa obat baru yang disebut palivizumab,” ungkapnya.

dr. Feddy mengatakan, Palivizumab bekerja dengan menetralkan virus RSV sehingga tidak dapat memasuki sel paru-paru bayi.

Obat ini diberikan untuk bayi prematur, bayi dengan gangguan pernapasan kronis, serta bayi dengan penyakit jantung bawaan, semuanya kelompok yang sangat rentan mengalami infeksi berat.

Efektivitas palivizumab juga terbukti signifikan. dr. Feddy menjelaskan bahwa obat ini bisa menurunkan hingga 55% angka rawat inap bayi akibat RSV.

Selain itu, pada bayi yang sudah terinfeksi dan memerlukan perawatan, palivizumab dapat menurunkan sampai 56% durasi perawatan, serta terbukti menurunkan hingga 73% kebutuhan oksigen pada bayi yang dirawat akibat RSV.

Ia pun berharap besar agar perlindungan ini membantu bayi-bayi berisiko tinggi tumbuh dengan optimal.

“Mudah-mudahan kalau ini diberikan sejak dini pada bayi, mereka tidak terserang infeksi RSV dan bisa tumbuh kembang seperti anak-anak lainnya,” tutupnya.

Selain itu, kata dr. Freddy, upaya orang tua, edukasi berkelanjutan dari tenaga medis dan industri kesehatan sangat diperlukan.

Menurutnya, pemahaman mengenai pola penularan dan pencegahan RSV membantu mengurangi beban penyakit di masyarakat.

“Upaya mengurangi risiko infeksi RSV tidak hanya bertumpu pada tindakan klinis, tetapi juga pada kesadaran orang tua. AstraZeneca Indonesia berkomitmen mendukung edukasi yang berkelanjutan untuk meningkatkan pemahaman dan perlindungan bagi bayi berisiko tinggi,” pungkas dr. Feddy.

Baca Juga: RSV di Indonesia: Ancaman Tersembunyi bagi Bayi Prematur Menurut Prof. Rinawati Rohsiswatmo