Komisaris Indika Energy, Arsjad Rasjid, menyoroti fenomena yang disebut sebagai “senjakala startup” di Indonesia. Menurutnya, situasi ini memaksa perusahaan rintisan untuk kembali ke prinsip dasar bisnis, yakni fokus pada profitabilitas dan kualitas kepemimpinan.

“Banyak startup selama ini lebih mengejar valuasi dan skalabilitas, tanpa memikirkan jalur menuju profitabilitas. Padahal, dalam berbisnis, bottom line harus sehat. Kalau profit tidak ada, perusahaan tidak bisa berjalan,” ujar Arsjad dalam sebuah forum diskusi.

Baca Juga: 6 Teknologi Baru untuk Membangun Startup di Tahun 2025

Arsjad mengaku sejak awal ragu dengan euforia bisnis startup yang terlalu mengandalkan “easy money” dari investor. Ia menilai tren tersebut mendorong banyak perusahaan rintisan tumbuh pesat secara valuasi, namun mengabaikan fundamental keuangan.

“Saya sering takut melihat perusahaan yang terus berkembang tapi bawahnya minus. Itu tidak sehat. Karena itu saya memilih hanya melihat yang punya fundamental kuat,” ungkapnya.

Bagi Arsjad, ada dua hal utama yang menjadi pertimbangan sebelum berinvestasi di sebuah startup. Pertama, fundamental bisnis yang jelas, terutama keuangan dan prospek profitabilitas. Kedua, sosok pemimpin perusahaan.

Baca Juga: Kala Startup Bakar Duit, Ini Cara Jitu Bluebird Hadapi Disrupsi

“Investor bukan hanya melihat perusahaan, tapi juga manusia di baliknya. Nilai, karakter, fighting spirit, dan visi founder itu sangat menentukan,” tegasnya.

Ia menegaskan, fenomena yang sering disebut “winter tech” sebenarnya bukan musim dingin teknologi, melainkan koreksi alami agar ekosistem startup kembali ke jalur dasar bisnis.

At the end of the day, back to basic. Bottom line itu yang utama. Tapi manusianya juga penting,” kata Arsjad menutup pernyataannya.