Pengelolaan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) menjadi salah satu solusi potensial dalam meningkatkan efisiensi ekonomi dan menjaga keseimbangan lingkungan. Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Yanto Santosa, menekankan bahwa dengan pendekatan yang profesional, LCPKS dapat menjadi sumber daya bernilai tinggi.

Dalam keterangan resminya, yang diterima Olenka pada Selasa (11/02/2025), Yanto menyoroti pentingnya perubahan persepsi terhadap LCPKS. “Agar tidak dianggap berbahaya, meskipun tidak mengandung unsur Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), lebih tepat jika istilah limbah cair diubah menjadi air limbah,” ujarnya.

Salah satu pemanfaatan utama LCPKS adalah sebagai pupuk organik melalui metode land application (LA), di mana limbah dialirkan ke kebun melalui sistem parit. Berdasarkan studi terhadap 15 pabrik kelapa sawit (PKS), 80 persen menunjukkan peningkatan produksi tandan buah segar (TBS) setelah aplikasi LA.

Baca Juga: Dorong Kesejahteraan Petani, PTPN IV PalmCo Berikan Bantuan Alat ke Petani Sawit di Muaro Jambi

Selain itu, LCPKS berpotensi menjadi sumber energi terbarukan. Dengan kandungan karbon yang dimilikinya, LCPKS dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan dan pembangkit listrik melalui sistem methane capture atau biodigester, yang juga berkontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).

“Meskipun investasi awal untuk teknologi methane capture dan biodigester cukup tinggi, manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka panjang melalui penghematan bahan bakar dan peluang ekonomi dari penjualan cangkang kelapa sawit,” jelas Yanto.

Implementasi land application juga dapat menghasilkan efisiensi biaya produksi dengan penghematan biaya pupuk hingga Rp57 miliar per tahun per PKS, memberikan keuntungan besar bagi industri kelapa sawit.

Baca Juga: Dorong Inovasi Riset Kelapa Sawit, DRPM ITS Gelar Sosialisasi Open Innovation BGA 2025

Selain metode LA dan methane capture, alternatif lain dalam pengolahan LCPKS melibatkan kombinasi dengan lalat Black Soldier Fly (BSF) untuk menghasilkan bioplastik. Kajian lebih lanjut juga diperlukan terkait Palm Acid Oil (PAO), salah satu produk turunan LCPKS yang memiliki potensi ekonomi tinggi.

Namun, tantangan utama dalam pengelolaan LCPKS adalah biaya investasi teknologi yang cukup tinggi. “Diperlukan dukungan insentif yang berkelanjutan agar sistem pengelolaan LCPKS dapat berjalan optimal dan memberikan dampak positif bagi ekonomi dan lingkungan,” pungkas Yanto.