Danantara terus mencari cara untuk menegosiasikan utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh. Terbaru Danantara bersama pemerintah dipastikan bakal terbang ke China dalam waktu dekat ini demi negosiasi utang jumbo tersebut.
Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria mengatakan saat ini negosiasi itu memang sudah berjalan dengan baik, namun kedua belah pihak belum sampai pada kesepakatan bersama.
Negosiasi di China mencakup beberapa aspek, kedua belah pihak bakal merundingkan beberapa hal seperti jangka waktu pinjaman, suku bunga, hingga pembahasan mengenai mata uang yang dipakai untuk melunasi utang tersebut.
"Kami akan berangkat lagi juga (ke China) untuk bernegosiasi," kata Dony dilansir Jumat (24/10/2025).
Sejauh ini Danantara masih mendiskusikan negosiasi tersebut bersama pemerintah, beberapa kementerian bakal ikut dalam proses negosiasi tersebut. Di sisi lain Dony memasitikan komunikasi pihaknya dengan China juga terjalin cukup baik, untuk itu ia yakin negosiasi itu bakal berjalan lancar dan menghasilkan keputusan yang menguntungkan kedua belah pihak.
"Kita sedang diskusikan juga dengan Menko Infrastruktur (Menko Agus Harimurti Yudhoyono) untuk segera kita akan menegosiasikan. Hubungan kita (dengan China) juga bagus, komunikasi bagus, dan lain sebagainya," ujarnya.
Dari Mana Sumber Dana Pelunasan Utang?
Dalam proses negosiasi nanti, Danantara berupaya menulanasi utang Whoosh dalam waktu dekat ini. hal itu tentu bertolak belakang dengan ide Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan untuk merestrukturisasi utang selama 60 tahun.
Namun ketika dipertegas mengenai sumber dana yang dipakai membayar utang tersebut, Dony tak menjawabnya secara terperinci.
Pun demikian ketika disinggung Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang kemungkinan besar bakal digunakan melunasi utang Whoosh Dony lagi-lagi tak memberi jawaban lugas, intinya kata dia, Danantara dan pemerintah bakal menyodorkan banyak opsi dalam negosiasi nanti.
"Sebetulnya kita akan mencari opsi terbaik yang belum tentu pake itu. Dan kami mengikuti saja arahan pemerintah. Toh Danantara sebetulnya yang paling penting bagaimana beroperasi dengan baik," imbuhnya.
Ia juga menekankan Danantara berfokus pada urusan korporasi. Dony berjanji pihaknya bakal menyampaikan opsi-opsi terbaik yang bisa dipilih pemerintah.
Apalagi, Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) ia klaim positif. Dony menyebut hal itu bisa menjadi modal untuk menyelesaikan negosiasi utang yang diharapkan rampung di 2025.
"EBITDA-nya juga positif KCIC itu. Tinggal masalah utang pembangunan masa yang lalu. Yang ini tentu ada opsi, beberapa opsi, dan kita pastikan tentu ini opsi yang terbaik," janji Dony.
"Harus selesai (opsi pelunasan utang di 2025) dan kami pastikan selesai. Itu kan masalah yang menurut saya gak terlalu sulit sebetulnya secara korporasi. Karena secara korporasi kan perusahaannya, EBITDA-nya positif, tinggal masalah cicilannya mau di mana, kan itu saja. Jadi, gak rumit dan pasti akan kita selesaikan," tuturnya.
Kemenkeu Ogah Terlibat
Kementerian Keuangan sudah jauh-jauh hari menegaskan untuk tidak terlibat dalam proses pelunasan utang Whoosh. Bahkan di beberapa kesempatan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan tak bakal menganggarakan pelunasan utang tersebut dari APBN.
Baca Juga: Rencana Purbaya Utak-atik Pajak Emas
Baca Juga: Makna Anggrek Merah Putih Megawati untuk Prabowo
Ketika mendengar proses negosiasi yang bakal dilakukan Danantara, Purbaya langsung kasih jempol, namun ia kembali menegaskan bahwa pihaknya tidak bakal terlibat dalam hal ini.
"Bagus (Danantara ke China negosiasi utang). Saya nggak ikut kan. Top!" kata Purbaya
Ketika meminta penegasan apakah ikut ke China karena Dony sempat mengatakan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bakal mewakili unsur pemerintah, Purbaya menegaskan tidak ikut.