Menanggapi kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan oleh Pemerintah Amerika Serikat, Indonesia bergerak cepat dengan mengirimkan proposal kerja sama yang bersifat komprehensif dan adil. Langkah ini disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam forum diskusi “Investor Daily Roundtable: Trump’s Trade Trap?” di Jakarta, Jumat (02/05/2025).

“Indonesia merespons cepat. Kita berkirim surat kepada Pemerintah Amerika, baik itu ke USTR, ke US Commerce, bahkan terakhir kepada US Treasury,” ujar Menko Airlangga.

Ia menyebut bahwa langkah diplomatik tersebut mendapat respons positif, menjadikan Indonesia salah satu negara pertama yang dijadwalkan melakukan pembicaraan bilateral dengan AS.

Baca Juga: Negosiasi Kebijakan Tarif Donald Trump, Ini Poin yang Disepakati Pemerintah RI dan AS

Dalam pernyataannya, Airlangga menekankan bahwa Indonesia hadir sebagai “early mover” dengan membawa usulan menyeluruh, termasuk revitalisasi perjanjian dagang bilateral seperti TIFA (Trade and Investment Framework Agreement).

“Kita juga punya request kepada Amerika, sehingga sifatnya tidak satu arah tetapi dua arah,” katanya.

Indonesia juga tengah mempercepat diversifikasi pasar ekspor, dengan Eropa menjadi target utama melalui penyelesaian IEU-CEPA. Di sisi domestik, pembentukan dua satuan tugas khusus dilakukan untuk mendukung aksesi ke OECD dan CPTPP serta penyederhanaan regulasi lintas sektor.

Baca Juga: Trump Naikkan Tarif Impor, Bahlil: Jangan Ditanggapi Serius Seperti Dunia Mau Berakhir

Airlangga menyimpulkan bahwa seluruh langkah ini sejalan dengan arahan Presiden untuk menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi tangguh di tengah ketidakpastian global. “Kita berharap bahwa ke depan perekonomian bisa kita dorong melalui pendekatan Indonesia incorporated,” pungkasnya.