Ekonom senior Indef Bustanul Arifin meminta pemerintah menyiapkan langkah-langkah untuk meminimalkan risiko kesenjangan bahan baku biofuel dan bahan baku Pangan. Menurutnya, ketersedian bahan baku pangan terancam tergerus di tengah meroketnya permintaan biofuel. 

Perlu diketahui Biodiesel B40 yang menggunakan bahan baku minyak nabati, seperti minyak kelapa sawit dan sejenisnya dianggap berhasil di Indonesia dan di pasar global, permintaan pasar terus merangkak naik, sejumlah negara mulai teriak lantaran sudah tak kebagian jatah suplay dari Indonesia yang saat ini memilih memprioritaskan pemakaian dalam negeri. 

Baca Juga: Kampanyekan Sawit Baik, Politeknik LPP-BPDP Gelar Kegiatan Pencarian Duta UKMK Sawit

“Nah dari situ sangat mungkin kalau bahan baku untuk biofuel makin tinggi, bahan baku untuk pangan makin berkurang. Bahan baku pangan berkurang itu yang menurut saya menjadikan harga menjadi mahal,” kata Bustanul kepada Olenka.id ditulis Selasa (17/2/2025). 

Supaya adanya keseimbangan bahan baku biouel dan pangan, pemerintah kata  Bustanul mesti mampu mengerek produktivitas keduanya, hasilnya tak boleh timpang terlampau jauh. Apabila pemerintah gagal mengantisipasi hal tersebut, maka taruhannya sangat besar ke depannya.

“Oleh karena itu, tadi tantangan peningkatan produktivitas nyaris wajib menurut saya. Dan itu kita tidak bisa dianggap enteng. Karena kalau kita tidak mampu catch up seperti itu justru saya khawatir gitu,” ujarnya.

Bustanul menegaskan, kegagalan menjaga keseimbangan bahan biofuel dan pangan, bakal berimbas pada kenaikan harga pangan yang bisa saja menjadi sukar terkendali karena permintaan pasar akan kebutuhan biofuel terus meroket. 

Baca Juga: IKN Bukan Janji Kampanye Jokowi 

“Kita harus antisipasi dengan kenaikan harga. Bahkan bisa  menjadi apa ya, kontraintuitif gitu,” tuntasnya.