Bangkit Hadapi Tantangan

Ketekunan Aliuyanto merintis kedai Solaria saat berbuah manis. Kedai solaria pun mulai dikenal masyarakat pada 1995. Sejak saat itu, bisnis Solaria semakin membaik dari waktu ke waktu dan beralih menjadi sebuah restoran. 

Bahkan, hanya butuh kurun waktu tiga tahun, Solaria sukses memperluas jaringan outlet-nya. Pada 1998, restoran Solaria berhasil memiliki 10 cabang sejak mulai dikenal oleh banyak orang.

Namun, keterpurukan kembali dirasakan oleh Aliuyanto di tahun yang sama. Saat itu, restoran yang menyediakan menu makanan sehari-hari ini terpaksa tutup. Enam outlet Solaria harus ditutup lantaran terbakar akibat kerusuhan yang terjadi pada 1998.

Dihadapkan dengan banyak tantangan, tak membuat Aliuyanto patah arang atau bahkan merasa trauma. Dengan tekad kuat yang dimilikinya, pria keturunan Tionghoa itu berusaha bangkit dari keterpurukannya. 

Setelah krisis 1998 berakhir, Solaria semakin berkembang pesat. Bahkan, 10 tahun setelah insiden kebakaran, restoran ini berkembang signifikan menjadi 130 gerai yang tersebar di 25 kota yang ada di Indonesia. Dalam artian, Soloria membuka sedikitnya 10 gerai setiap tahunnya.

2013, Kantongi Sertifikat Halal MUI

Kerja keras Aliuyanto terus membuahkan hasil. Restoran Solaria berhasil meraih sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 2013 silam. Pencapaian ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan konsumen Muslim tetapi juga memperluas pangsa pasar Solaria di industri makanan dan minuman di Indonesia. 

Sertifikasi halal dari MUI memastikan bahwa seluruh proses produksi di Solaria memenuhi standar kehalalan, mulai dari bahan baku hingga penyajian, yang sangat penting bagi konsumen yang memperhatikan aspek religius dalam konsumsi makanan mereka.

Baca Juga: Merunut Jejak Kesuksesan Restoran Bebek Kaleyo yang Tak Pernah Sepi Pengunjung

Menukil dari laman Kompas, Solaria sempat mendapat sorotan dari banyak pihak karena belum memiliki sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kondisi ini memunculkan berbagai isu bahwa hidangan dari restoran lokal asli Indonesia ini mengandung zat-zat yang tidak diperbolehkan bagi umat Muslim, seperti ciu atau minyak babi.

Selain itu, Aliuyanto juga mendirikan PT Sinar Solaria untuk menaungi semua gerai restoran yang dimilikinya. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan komitmen dan profesionalisme Aliuyanto dalam mengelola bisnis kuliner yang sukses ini.