Karier Politik Luhut
Karier Luhut mulai bersinar setelah ditunjuk menjadi Duta Besar RI Berkuasa Penuh untuk Singapura pada pemerintahan Presiden B.J Habibie. Ketika kepemimpinan nasional berganti, Luhut tetap dipercaya dengan mengemban tugas sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan di era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Pada tanggal 26 April 2000, pengganti Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menunjuk Luhut sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian, posisi yang dipegangnya sampai Wahid dipaksa keluar dari jabatannya pada bulan Juli 2001. Pengganti Gus Dur, yakni Megawati Sukarnoputri, pun menawarkan posisi yang sama kepada Luhut, tapi dia menolaknya, kemudian menjelaskan bahwa dia merasakan tanggung jawab moral kepada Gus Dur.
Berada di luar pemerintahan selama masa kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Luhut memilih untuk fokus mengembangkan bisnisnya.
Setelah masa jabatan pertamanya sebagai menteri, Luhut memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia pada tahun 2003 tetapi kalah dari sesama purnawirawan jenderal Agum Gumelar.
Luhut kemudian bergabung dengan Partai Golkar dan menjadi wakil ketua umum pada 2008-2014. Pada Pilpres 2014, Luhut mengundurkan diri dari Golkar karena mendukung capres Joko Widodo (Jokowi). Sementara, Golkar mendukung pasangan Prabowo-Hatta.
Pada tahun 2014, Luhut memimpin unit relawan Bravo 5 yang mendukung pencalonan Presiden Jokowi. Setelah terpilih, Jokowi pun akhirnya mengganjar Luhut dengan jabatan baru dan sebagai orang yang pertama kali yang menjabatnya, yakni sebagai Kepala Staf Kepresidenan RI untuk periode 2014-2019. Ia menjadi orang penting di lingkaran Istana Presiden. Namun, belum lama berjalan, 12 Agustus 2015, Jokowi kemudian mengangkat dan melantik Luhut menjadi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) menggantikan Tedjo Edhy Purdijatno.
Ketika Jokowi menjalani masa jabatan keduanya sebagai presiden di tahun 2019, Luhut kembali dipercaya menjadi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi di kabinet terbarunya.
Di masa-masa inilah warganet pun berinisiatif memanggil Luhut dengan sebutan “Lord Luhut”, “Opung”, dan “Si Serba Bisa”. Image ini muncul lantaran Luhut merupakan orang kepercayaan Jokowi, sehingga ia diberikan banyak tanggung jawab baru di luar tugasnya sebagai Menteri. Lalu, pada bulan Oktober 2019, setelah terpilihnya kembali Jokowi, portofolio menteri Luhut diperluas hingga mencakup investasi.
Baca Juga: Luhut Sebut Anggaran Makan Siang Gratis Digelontorkan Bertahap: Dimulai dari Rp20 Triliun
Miliki Kedekatan Khusus dengan Presiden Jokowi
Banyak yang beranggapan, jabatan yang diborong Luhut tak lepas dari rasa kepercayaan Jokowi yang besar pada sosok purnawirawan Kopassus TNI AD ini. Namun ternyata, kedekatan antara Luhut dengan Jokowi bukan baru-baru saja terjalin. Keduanya telah mengenal sejak 16 tahun silam.
Peneliti Lowy Institute, Aaron L Connelly, dalam jurnalnya yang berjudul Indonesia Foreign Policy Under President Jokowi membeberkan, Luhut dan Jokowi telah saling mengenal pada tahun 2008. Bisa dibilang, chemistry antara Jokowi dengan Luhut sudah terbangun sejak lama, jauh sebelum menjadi RI-1.
Kala itu, Luhut tengah mencari pihak yang dapat mengubah kayu mentah dari konsesi hutan miliknya di Kalimantan menjadi produk jadi.
Luhut lantas diperkenalkan dengan Jokowi, eksportir furniture yang saat itu baru saja terpilih menjadi Wali Kota Solo. Mulai saat itulah, kerja sama bisnis antara keduanya terjalin. Sosok Luhut akhirnya dekat dengan Jokowi. Luhut yang kala itu telah menjadi petinggi Partai Golkar bahkan disebut-sebut menjadi penasihat politik Jokowi.
Baca Juga: Pujian Luhut: Kita Beruntung Pernah Dipimpin Jokowi