Jauh sebelum nama Rumah Makan (RM) Garuda dikenal sebagai salah satu restoran Padang legendaris di Indonesia, bahkan Asia, ada sosok sederhana di baliknya, yakni almarhum H. Bakhtar, seorang saudagar asal Bukittinggi yang memulai segalanya dari nol.
Di tengah krisis bisnis tekstil yang menimpa dirinya pada awal 1970-an, Bakhtar membuat keputusan untuk meninggalkan dunia perdagangan kain dan terjun ke dunia kuliner. Tanpa pengalaman dan bekal sebagai pebisnis kuliner, Bakhtar nekat "banting stir".
Baca Juga: Mengenal Sosok Azwardi Rivai, Perintis Rumah Makan Padang Legendaris Sari Bundo
Dengan keberanian dan intuisi tajam, ia memilih membuka rumah makan yang menyajikan masakan Minang dan Melayu, makanan yang dekat dengan akar budayanya sebagai perantau asal Sumatera Barat.
Langkah awalnya tidak mudah. Bakhtar menyewa sebuah ruko sederhana di Jalan Pemuda No. 20, Medan, dan membuka rumah makan pertamanya bersama sang istri, Yulinar, yang turut membantu di dapur.
Selain itu, ia juga sempat berguru ke Palembang, belajar dari sang adik yang lebih dulu sukses menjalankan rumah makan. Pengalaman itulah yang menguatkan keyakinannya untuk mendirikan RM Garuda, nama yang dipilih karena menggambarkan semangat nasionalisme dan mudah diingat publik.
Baca Juga: Berkenalan dengan Inna Rossaria Auwines, Sosok di Balik Suksesnya Resto Padang Sari Ratu
Meski usaha awalnya sempat sepi pengunjung hingga kesulitan finansial yang membuat sebagian hartanya disita bank, Bakhtar pantang menyerah. Ia berpegang pada prinsip bahwa kualitas rasa dan kejujuran dalam bisnis akan membuahkan hasil.
Ia bekerja keras membangun sistem, mengelola produksi, dan terus memperbaiki pelayanan. Bahkan, untuk mempercepat perkembangan bisnis, ia sempat bekerja sama dengan adiknya sebelum akhirnya berdiri mandiri sejak 1990.
Seiring waktu, kerja keras itu mulai membuahkan hasil. RM Garuda mulai dikenal luas karena kelezatan makanannya dan konsistensi pelayanannya. Cabang pertama di luar Medan dibuka di Tebing Tinggi pada 1978, disusul berbagai kota besar lainnya. Sayangnya, Bakhtar tidak sempat menyaksikan puncak kesuksesan usahanya, karena ia wafat pada tahun 1995.
Baca Juga: Sepak Terjang Bustaman, Sosok Bersahaja di Balik Rumah Makan Padang Sederhana
Sepeninggalnya, tongkat estafet diteruskan oleh anaknya, Zulhelfi, SE, yang telah belajar langsung di lapangan sejak 1988. Di bawah kepemimpinannya, RM Garuda berkembang pesat dan kini memiliki lebih dari 20 cabang, termasuk di kota-kota besar seperti Jakarta, Lampung, Pekanbaru, Batam, dan bahkan Singapura.
Strategi ekspansi bisnis Garuda tak lepas dari warisan pemikiran Bakhtar, yakni mengutamakan riset pasar, memahami karakter konsumen, dan membangun sistem produksi yang efisien.
Zulhelfi meneruskan semangat itu dengan pendekatan manajerial modern. Ia membentuk pusat dapur produksi di Medan, membangun sistem distribusi harian, dan menjaga kualitas rasa lewat tim penguji menu harian sebelum disebar ke cabang.
Baca Juga: Dari yang Legendaris Hingga Milik Artis, Ini Daftar 15 Restoran Padang Ternama di Indonesia
Kini, RM Garuda bukan hanya dikenal sebagai tempat makan favorit para pecinta kuliner Minang, tetapi juga sebagai brand kuliner Indonesia yang membanggakan. Pada 2013, restoran ini bahkan masuk dalam daftar 101 restoran terbaik di Asia versi The Daily Meal, sebuah pengakuan yang menegaskan kiprah internasionalnya.