Tidak hanya itu, program ini juga mampu menggerakan UMKM yang dijalankan kelompok ibu-ibu. Sebab PLN EPI juga turut menggerakan kelompok ibu-ibu untuk memanfaatkan dedaunan tanaman biomassa sebagai bahan baku pewarnaan batik.
Baca Juga: Yakin Transisi Pemerintahan Mulus, Fadli Zon: Komunikasi Jokowi dan Prabowo Sangat Baik
Saat ini PLN EPI sudah mendirikan komunitas ekoprint yakni kelompok ibu-ibu yang membuat motif batik dengan memanfaatkan dedaunan yang ditempelkan pada kain basah sehingga membentuk corak warna alami dengan tekstur yang unik dan menarik.
Saat ini program ecoprint ini sudah berjalan sesuai harapan, hanya saja mereka masih kekurangan rumah produksi. Rumah produksi yang dipakai sekarang ini masih sewa.
“UMKM juga berjalan itu untuk pembuatan ecoprint juga itu sudah berjalan baik,” ucap Parimin.
Sementara itu, Lurah Gombang, Supriyanto mengatakan, mayoritas masyarakatnya yang terlibat dalam program PLN EPI menggarap tanah milik sultan. Total luas tanah yang digarap adalah 6 hektare, saat ini masih terdapat sebagian lahan kosong yang segera ditanami bibit tanaman biomassa.
“Kita punya sekitar 6 hektar, termasuk di sebelah sini (bukit) yang piringan ini masih masuk tanah sultan,” tuturnya.
Dia mengatakan, program ini disambut baik Sultan Hamengkubuwono X yang sampai memberi warga menggarap tanahnya, sebab program ini memberi dampak langsung kepada warga.
“Sultan kan yang penting tanah itu digunakan untuk kepentingan masyarakat diperbolehkan, termasuk untuk menanam indigofera ini,” tutupnya.