PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) sebagai sub holding PLN Group telah lama mencetus Program CSR Desa Berdaya Energi. Diinisiasi di awal 2023, PLN EPI akhirnya mendaulat Kelurahan Gombang dan Karangasem, Gunungkidul, Yogyakarta sebagai lokasi awal memulai pilot projek desa berdaya energi. 

Ini adalah langkah upaya awal PLN EPI untuk ikut menyelamatkan lingkungan dengan mengebut target nol emisi atau Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Baca Juga: Launching Nusantara InnoVision Center, PLN Operasikan Sistem Pembangkit Listrik Terintegrasi secara Digital

Perusahaan pelat merah ini bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk memberdayakan masyarakat setempat membudidayakan berbagai tanaman biomassa sebagai bahan baku alternatif pengganti batu bara secara end to to end. 

Penggunaan bata bara sebagai sumber energi memang membawa dampak buruk terhadap lingkungan, selain memicu kerusakan alam, batu bara juga menjadi sumber polusi udara. 

Berbagai tanaman alternatif pengganti batu bara seperti Kaliandra merah, Gmelina, Gamal dan Indigofera itu tak hanya bermanfaat bagi PLN, tetapi di sisi lain masyarakat juga memanfaatkannya sebagai pakan ternak. 

Untuk itu PLN EPI juga sekaligus memberdayakan masyarakat untuk memelihara kambing perah untuk merespons masalah stunting di kedua kelurahan itu dengan memanfaatkan susu kambing perah sebagai pemenuhan gizi. 

Sekper PLN EPI Mamit Setiawan menyebut, PLN EPI hanya membutuhkan batang dari berbagai tanaman biomassa itu, sementara daun dan tangkai-tangkai muda dapat dimanfaatkan sebagai makanan hewan ternak khususnya kambing perah. 

Dari berbagai jenis tanaman tersebut, yang paling berhasil saat ini adalah indigofera, sementara pembudidayaan jenis tanaman yang  lainnya belum menunjukan progres signifikan lantaran kemarau berkepanjangan yang melanda sejak tahun lalu.

“Kelebihan Indigofera setahu saya, selain bisa menjadi pakan ternak, dia juga bisa menjadi pewarna, pewarna batik. Dan harganya kalau dijadikan ini cukup mahal. Jadi pewarna batik ini. Jika ini sudah besar, batangnya ini sudah tinggi, maka ini yang akan digunakan sebagai produk biomassakata Mamit dilansir Olenka.id Minggu (28/7/2024).

Supaya tak tumpang tindih PLN EPI melibatkan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dalam proyek ini, Bumdes bertugas untuk menampung semua batang-batang tanaman biomassa itu untuk selanjutnya dijual ke PLN terdekat. Bumdes juga digerakan untuk membagi bibit-bibit tanaman kepada masyarakat. 

‘Setelah itu ditebang maka nanti dari bumdes akan mengumpulkan dan kemudian akan dijadikan sodas. Nah ini yang kedepannya akan kita lakukan,” ujar Mamit. 

Pada November 2024 ini, PLN EPI bersama warga di kedua kelurahan bakal menanam 50 ribu pohon biomassa, penanaman dilakukan setelah panen perdana 100 ribu pohon yang sudah ditanam sekitar dua tahun lalu.   Dengan adanya penambahan pembudidayaan 50 ribu pohon baru ini, PLN EPI memproyeksikan bakal menghasilkan 300 ton biomassa setahunnya. 

Baca Juga: Perkuat Sinergi Antar-BUMN, Askrindo Duet Bareng PLN

“Dan ini rencana ini nanti di bulan November kita akan melakukan penanaman sebanyak 50 ribu pohon di Gombang dan juga di Karangasem. Kita saat ini sudah menanam 100 ribu pohon, diharapkan nanti bisa memproduksikan biomassa sebanyak 300 ton per tahunnya,” ucap Mamit. 

Dampak Terhadap Masyarakat

Warga Karangasem menyambut antusias program ini. Sebab program tersebut mampu menggerakan perekonomian dan membawa berbagai manfaat. 

Sebelum benar-benar di libatkan, masyarakat mendapat berbagai pelatihan dari PLN EPI yang meliputi pelatihan pengolahan pakan ternak hingga pembuatan pupuk yang diolah dari kotoran hewan ternak khususnya kambing perah.

Tak hanya itu, PLN EPI juga ikut menggerakan ibu-ibu posyandu dengan membekali mereka dengan pelatihan penanganan  stunting yang tentu saja memanfaatkan susu kambing perah.

“Kemudian yang lain itu selain pengolahan pupuk organik, tadi juga ada kegiatan untuk pelatihan ya pemberian makanan bergizi bagi stunting, jadi khusus Karangasem semua itu ada 11 stunting itu sudah diadakan diberikan tambah gizi dan perkembangannya sudah sudah cukup bagus sampai saat ini,” kata Lurah Karangasem Parimin.

“Kemudian selain itu juga ada pemberdayaan budidaya kambing perah tadi juga sudah sampaikan yaitu susu perah ini sebanyak kurang lebih 20 Kambing kemudian kandangnya sudah sesuai dengan tata kelola yang yang bagus karena kami sudah dilantik juga bersama PLN pi beberapa bulan yang lalu,” tambahnya. 

Tidak hanya itu, program ini juga mampu menggerakan UMKM yang dijalankan kelompok ibu-ibu. Sebab  PLN EPI juga turut menggerakan kelompok ibu-ibu untuk memanfaatkan dedaunan tanaman biomassa sebagai bahan baku pewarnaan batik. 

Baca Juga: Yakin Transisi Pemerintahan Mulus, Fadli Zon: Komunikasi Jokowi dan Prabowo Sangat Baik

Saat ini PLN EPI sudah mendirikan komunitas ekoprint  yakni kelompok ibu-ibu yang membuat motif batik dengan memanfaatkan dedaunan yang ditempelkan pada kain basah sehingga membentuk corak warna alami dengan tekstur yang unik dan menarik.

Saat ini program ecoprint ini sudah berjalan sesuai harapan, hanya saja mereka masih kekurangan rumah produksi. Rumah produksi yang dipakai sekarang ini masih sewa. 

“UMKM juga berjalan itu untuk pembuatan ecoprint juga itu sudah berjalan baik,” ucap Parimin. 

Sementara itu, Lurah Gombang, Supriyanto mengatakan, mayoritas masyarakatnya yang terlibat dalam program PLN EPI menggarap tanah milik sultan. Total luas tanah yang digarap adalah 6 hektare, saat ini masih terdapat sebagian lahan kosong yang segera ditanami bibit tanaman biomassa. 

“Kita punya sekitar 6 hektar, termasuk di sebelah sini (bukit) yang piringan ini masih masuk tanah sultan,” tuturnya. 

Dia mengatakan, program ini disambut baik Sultan Hamengkubuwono X  yang sampai memberi warga menggarap tanahnya, sebab program ini memberi dampak langsung kepada warga. 

“Sultan kan yang penting tanah itu digunakan untuk kepentingan masyarakat diperbolehkan, termasuk untuk menanam indigofera ini,” tutupnya.