Rencana pembangunan trem di Kota Bogor kembali mengemuka. Pemerintah daerah secara terbuka mengajak investor swasta dan badan usaha milik negara (BUMN) untuk terlibat dalam proyek transportasi massal berbasis rel tersebut.
Trem tidak lagi diposisikan sebagai sekadar wacana simbolik, melainkan sebagai solusi jangka panjang untuk mengurai kemacetan, menata sistem transportasi publik, serta mengurangi ketergantungan warga terhadap kendaraan pribadi di pusat kota.
Sebagai kota penyangga Jakarta, Bogor menghadapi tekanan lalu lintas yang kian kompleks. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat menunjukkan jumlah kendaraan bermotor di wilayah ini terus meningkat setiap tahun, sementara kapasitas jalan relatif stagnan. Titik-titik kemacetan kerap muncul di kawasan Stasiun Bogor, Jalan Pajajaran, Baranangsiang, hingga sekitar Kebun Raya Bogor.
Di sisi lain, sistem angkutan umum masih didominasi angkot dengan rute tumpang tindih dan jadwal yang tidak teratur. Meski Pemerintah Kota Bogor telah menghadirkan layanan Biskita Trans Pakuan berbasis skema buy the service, jangkauan layanan tersebut dinilai belum mampu menjawab kebutuhan mobilitas di seluruh kawasan strategis kota. Kondisi ini memperkuat urgensi pengembangan transportasi massal yang lebih terstruktur.
Gagasan Lama yang Kembali Dimatangkan
Proyek trem Bogor sejatinya bukan gagasan baru. Pemerintah kota telah mengkaji rencana ini sejak beberapa tahun lalu dan memformalkannya dalam dokumen investasi yang dirilis melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Barat. Proyek tersebut dikenal sebagai Bogor Tramway Project atau Tram Pakuan.
Dalam dokumen itu, trem diproyeksikan menjadi tulang punggung transportasi perkotaan yang menghubungkan pusat pemerintahan, kawasan wisata, pusat ekonomi, serta simpul transportasi regional. Skema kerja sama jangka panjang pun ditawarkan kepada investor sebagai upaya mempercepat realisasi tanpa membebani keuangan daerah secara berlebihan.
Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pemkot Jambi Resmikan Transportasi Umum Listrik dengan Skema BTS
Target Pengurangan Kemacetan dan Emisi
Pemerintah Kota Bogor merumuskan sejumlah tujuan utama dari pembangunan trem. Selain mengurangi kemacetan di pusat kota, trem juga diharapkan menekan emisi kendaraan bermotor karena menggunakan tenaga listrik. Moda ini sekaligus didesain untuk mendorong peralihan masyarakat dari kendaraan pribadi ke transportasi publik yang lebih ramah lingkungan.
Aspek penataan kota turut menjadi perhatian. Jalur trem dirancang selaras dengan konsep kota ramah pejalan kaki dan pariwisata perkotaan, khususnya di kawasan Kebun Raya Bogor dan sekitarnya yang memiliki nilai historis dan ekologis tinggi.
Rute, Kapasitas, dan Teknologi
Dalam rencana awal, Koridor I Tram Pakuan memiliki panjang sekitar 8 kilometer dengan 18 stasiun. Jalur ini melingkari pusat Kota Bogor dan melewati sejumlah titik strategis, mulai dari Stasiun Bogor, Alun-Alun Bogor, Kebun Raya Bogor, hingga Baranangsiang.
Setiap rangkaian trem dirancang mampu mengangkut lebih dari 200 penumpang. Proyeksi awal menunjukkan potensi penumpang harian mencapai sekitar 17.000 orang pada fase awal operasional, dengan peluang peningkatan seiring pertumbuhan kota dan integrasi antarmoda.
Dari sisi teknologi, sistem listrik menjadi pilihan utama, dengan opsi penggunaan baterai di segmen tertentu. Skema ini dinilai penting untuk menjaga estetika kota dan kawasan sensitif seperti sekitar Istana Bogor, karena tidak memerlukan jaringan kabel listrik di atas jalur.