Di tengah gempuran tren kuliner modern dan maraknya bisnis makanan kekinian, sejumlah brand kuliner legendaris Indonesia tetap mampu bertahan dan mempertahankan pesonanya.

Dari racikan resep turun-temurun hingga suasana khas yang menggugah nostalgia, brand-brand ini tak hanya menyajikan makanan, tetapi juga menghadirkan warisan budaya yang hidup.

Dan, kali ini Olenka akan membawa Anda menyusuri kisah 12 brand kuliner legendaris Indonesia yang telah melewati lintas dekade bahkan abad, namun tetap eksis dan dicintai hingga kini.

Kesemua brand ini membuktikan bahwa rasa otentik dan dedikasi terhadap kualitas tak pernah lekang oleh waktu.

1. Gudeg Yu Djum

Gudeg Yu Djum adalah ikon kuliner khas Yogyakarta yang telah melegenda sejak pertengahan abad ke-20. Dikenal dengan cita rasa otentik dan proses memasak tradisional, gudeg ini menjadi destinasi wajib bagi para pecinta kuliner yang berkunjung ke Yogyakarta.

Gudeg Yu Djum sendiri didirikan oleh Djuwariyah yang akrab disapa Yu Djum, pada tahun 1951. Berbekal semangat dan ketekunan, Yu Djum memulai usahanya dengan berjualan gudeg menggunakan pikulan dari rumahnya di Karangasem menuju area Keraton Yogyakarta. Seiring waktu, ia membuka lapak sederhana di Kampung Wijilan, yang kemudian berkembang menjadi warung makan permanen pada tahun 1985.

Warung pusat Gudeg Yu Djum berlokasi di Jalan Kaliurang Km 4,5, Karangasem, Sleman, Yogyakarta, dan dikenal sebagai salah satu ikon kuliner legendaris di kota ini.

Gudeg Yu Djum, kuliner legendaris asal Yogyakarta, telah berkembang pesat dengan membuka banyak cabang strategis baik di dalam maupun luar kota. Di Yogyakarta dan sekitarnya, cabangnya tersebar mulai dari pusat di Karangasem hingga Wijilan, Sleman, Gunungkidul, Kulon Progo, dan Gondokusuman, bahkan ada yang buka 24 jam di Tugu Mangkubumi.

Di luar Yogyakarta, Gudeg Yu Djum hadir di Jakarta (Sarinah, fX Sudirman, Kelapa Gading, Cipayung), Tangerang Selatan (BSD), dan Surabaya (Wonokromo), memudahkan para pecinta gudeg menikmati rasa otentik khas Jogja di berbagai kota besar. Dan, selain disajikan langsung, Gudeg Yu Djum juga tersedia dalam kemasan kaleng dan vakum, memudahkan pengiriman ke berbagai daerah.

Gudeg Yu Djum telah meraih sejumlah penghargaan yang mencerminkan dedikasinya terhadap kualitas dan pelayanan, antara lain Juara Partner Go-Food Regional Jawa 2019 untuk kategori Pelayanan Driver Terbaik dari Go-Jek, serta Sertifikat Halal dari MUI (LPPOM MUI No. 12310000670216) sebagai bukti komitmen terhadap kehalalan dan kualitas produk.

2. Es Teler 77

Es Teler 77 adalah jaringan restoran cepat saji khas Indonesia yang dikenal luas dengan menu andalannya, es teler, serta berbagai hidangan tradisional lainnya.

Didirikan pada tahun 1982 oleh pasangan suami istri Sukyatno Nugroho dan Yenny Setia Widjaja, inspirasi usaha ini berawal dari kemenangan ibu mertua mereka, Murniati Widjaja, dalam lomba membuat es teler di Jakarta pada tahun 1981.

Bermodalkan resep juara tersebut, mereka membuka warung tenda sederhana di kawasan Duta Merlin, Jakarta Pusat, yang kemudian berkembang pesat menjadi jaringan restoran waralaba pertama di Indonesia.

Es Teler 77 memulai usahanya dari sebuah kios kecil di halaman pusat perbelanjaan Duta Merlin, Jakarta Pusat. Pada tahun 1987, menantu Murniati, Sukyatno Nugroho, mengembangkan usaha ini dengan menerapkan sistem waralaba, menjadikannya pelopor waralaba makanan cepat saji asli Indonesia.

Gerai-gerai Es Teler 77 kemudian mulai bermunculan di berbagai pusat perbelanjaan, mengikuti tren gaya hidup masyarakat urban yang sering mengunjungi mal. Hingga kini, Es Teler 77 telah memiliki lebih dari 200 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan beberapa negara seperti Singapura, Malaysia, dan Australia.

Dan, berbagai penghargaan bergengsi seperti Enterprise 50 Award (2000), Parama Boga Nugraha (1998), Asean Best Executive (1995–1996), Satya Lencana Pembangunan (1995), Franchise Top of Mind (2014), hingga Juara Lomba Kreasi Rasa (2019) menjadi bukti nyata komitmen Es Teler 77 dalam menjaga kualitas, berinovasi, dan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan industri kuliner Indonesia.

3. Soto Lamongan Cak Har

Soto Ayam Lamongan Cak Har adalah salah satu ikon kuliner khas Jawa Timur yang telah melegenda di Surabaya sejak awal 1990-an. Dikenal dengan cita rasa autentik dan konsistensi kualitas, warung ini menjadi destinasi wajib bagi pecinta soto ayam.

Soto Ayam Lamongan Cak Har didirikan oleh Kahar, yang akrab disapa Cak Har. Lahir di Lamongan pada 4 April 1971, Cak Har hanya menamatkan pendidikan hingga Sekolah Dasar.

Pada tahun 1984, beliau merantau ke Surabaya dan mulai bekerja di bidang kuliner. Setelah beberapa tahun bekerja, pada tahun 1992, Cak Har memulai usaha soto ayamnya sendiri dengan modal pinjaman sebesar Rp200.000. Awalnya, beliau berjualan menggunakan gerobak keliling di sekitar Surabaya.

Sejak berdiri, Soto Ayam Lamongan Cak Har telah berkembang pesat dengan beberapa cabang dan melayani pelanggan setiap hari dari pagi hingga dini hari.

Soto Ayam Lamongan Cak Har sendiri tercatat telah meraih berbagai penghargaan yang menegaskan kualitas dan popularitasnya sebagai salah satu kuliner legendaris di Surabaya, seperti Makassar Most Favourite (MMF) Culinary Award 2019.

Selain penghargaan formal, Soto Ayam Lamongan Cak Har juga mendapatkan pengakuan melalui kunjungan dari tokoh-tokoh terkenal. Beberapa di antaranya adalah Raisa, Kaesang Pangarep, dan Ganjar Pranowo, yang turut menikmati kelezatan soto ayam khas Lamongan di warung ini.

4. Toko Oen

Toko Oen adalah salah satu restoran legendaris di Indonesia yang telah menjadi simbol perpaduan budaya kuliner Belanda, Tionghoa, dan Indonesia sejak awal abad ke-20.

Toko Oen didirikan pada tahun 1910 di Yogyakarta oleh Nyonya Liem Gien Nio, yang akrab disapa Oma Oen. Nama Oen diambil dari nama suaminya, Oen Tjoen Hok.

Dikutip dari Merdekacom, awalnya, Toko Oen merupakan toko kue kering yang kemudian berkembang menjadi kedai es krim dan restoran yang menyajikan hidangan khas Belanda, Tionghoa, dan Indonesia.

Setelah meraih kesuksesan di Yogyakarta, Toko Oen memperluas jangkauannya ke berbagai kota besar. Cabang di Jakarta dibuka pada 1934, namun tutup pada 1973, sementara cabang Malang yang juga dibuka pada tahun yang sama masih bertahan meski sudah berpindah kepemilikan.

Cabang Semarang, yang berdiri sejak 1936 di Jalan Pemuda No. 52, menjadi satu-satunya yang masih dikelola oleh keluarga pendiri. Bahkan, ekspansi Toko Oen sempat menembus Eropa dengan membuka cabang di Delft pada 1997 dan Den Haag pada 2000, sebagaimana dilansir Tirto.

Toko Oen juga telah diakui sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia dan menjadi tujuan wisata kuliner yang populer. Restoran ini sering dimasukkan dalam paket tur wisata, terutama oleh agen perjalanan dari Belanda, karena nilai historis dan kulinernya yang khas.

Baca Juga: Mengenal Sosok Lauw Ping Nio, Sang Tokoh Jamu Legendaris Nyonya Meneer

5. Bakmi GM

Bakmi GM (singkatan dari Bakmi Gajah Mada) adalah salah satu restoran bakmi paling ikonik di Indonesia, yang telah melayani pelanggan sejak tahun 1959. Dengan cita rasa khas dan konsistensi layanan, Bakmi GM telah menjadi bagian dari sejarah kuliner Indonesia.

Bakmi GM didirikan oleh pasangan suami istri, Tjhai Sioe dan Loei Kwai Fong, pada tahun 1959 di Jalan Gajah Mada, Jakarta. Awalnya, restoran ini bernama Bakmi Gajah Mada dan hanya memiliki lima meja. Dengan semangat dan dedikasi, mereka menyajikan bakmi buatan sendiri yang menarik perhatian masyarakat sekitar.

Pada tahun 1971, Bakmi GM membuka cabang pertamanya di Melawai, Jakarta Selatan, yang menandai awal ekspansi bisnisnya. Seiring waktu, restoran ini terus berkembang dan menjadi salah satu jaringan restoran bakmi terbesar di Indonesia. Hingga kini, Bakmi GM telah memiliki lebih dari 50 outlet yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia.

Selain itu, Bakmi GM juga mengoperasikan layanan food truck dan gerai takeout untuk menjangkau lebih banyak pelanggan. Setiap harinya, Bakmi GM melayani lebih dari 30.000 pelanggan dengan dukungan sekitar 1.200 karyawan.

Kunci kesuksesan Bakmi GM terletak pada konsistensi rasa dan inovasi dalam menyajikan menu yang sesuai dengan selera pelanggan. Mereka terus beradaptasi dengan tren kuliner dan kebutuhan konsumen, termasuk menyediakan paket ulang tahun anak dan layanan katering.

Dikutip dari DetikFinanace, Bakmi GM telah menerima berbagai penghargaan, antara lain Top Brand Award (2008–2013), dan Best Food Restaurant oleh majalah NOW. Restoran ini juga dikenal sebagai tempat makan favorit para tokoh nasional, termasuk Presiden Soekarno, B.J. Habibie, Megawati Soekarnoputri, dan Joko Widodo.

Pada Desember 2024, Grup Djarum mengakuisisi 85% saham PT Griya Miesejati, perusahaan induk Bakmi GM, dengan nilai transaksi antara Rp2 triliun hingga Rp2,4 triliun. Akuisisi ini diharapkan dapat memperkuat posisi Bakmi GM di industri kuliner Indonesia dan mendukung ekspansi bisnisnya ke wilayah lain.

6. Ragusa Es Italia

Ragusa Es Italia adalah salah satu kedai es krim tertua dan paling legendaris di Jakarta, yang telah menyajikan cita rasa otentik Italia sejak tahun 1932.Usaha ini didirikan oleh dua bersaudara asal Italia, Luigi Ragusa dan Vincenzo Ragusa, yang tiba di Batavia (sekarang Jakarta) pada awal 1930-an untuk belajar menjahit.

Dikutip dari Detikfood, setelah lulus, mereka pindah ke Bandung dan bertemu dengan seorang wanita Eropa pemilik peternakan sapi. Dari susu sapi segar yang diberikan oleh wanita tersebut, mereka mulai membuat es krim yang kemudian dijual di Pasar Gambir, sebuah pasar malam yang populer di Jakarta pada masa itu.

Melihat antusiasme masyarakat terhadap es krim mereka, pada tahun 1947, Ragusa bersaudara membuka kedai es krim permanen di Jalan Veteran I No. 10, Gambir, Jakarta Pusat, yang masih beroperasi hingga saat ini.

Pada masa kejayaannya, Ragusa Es Italia memiliki beberapa cabang di Jakarta, termasuk di Plaza Indonesia, Pasaraya, Duta Merlin, PRJ, dan Puncak, Jawa Barat. Namun, krisis moneter pada tahun 1998 dan pandemi COVID-19 menyebabkan penutupan semua cabang tersebut. Saat ini, satu-satunya cabang yang masih bertahan adalah yang berada di Jalan Veteran I No. 10, Gambir, Jakarta Pusat.

Dikutip dari Okezone, pada tahun 2023, Ragusa Es Italia masuk dalam daftar 100 Es Krim Paling Ikonik di Dunia versi Taste Atlas, bersama dengan Zangrandi dari Surabaya. Pengakuan ini menegaskan posisi Ragusa sebagai salah satu destinasi kuliner es krim legendaris di Indonesia.

7. Maison Bogerijen

Maison Bogerijen didirikan pada tahun 1918 oleh L. Van Bogerijen, seorang pengusaha Belanda. Nama Maison berasal dari bahasa Perancis yang berarti rumah, sedangkan Bogerijen adalah nama belakang pendirinya.

Awalnya, restoran ini berlokasi di persimpangan Jalan Bragaweg dan Oude Hospitaalweg (kini Jalan Braga dan Jalan Lembong). Pada tahun 1923, restoran ini pindah ke lokasi baru di Jalan Braga No. 58, yang saat ini dikenal sebagai Braga Permai.

Maison Bogerijen dikenal sebagai tempat bersantap elit pada masa kolonial, sering dikunjungi oleh pejabat Belanda dan kalangan atas. Restoran ini mendapatkan lisensi dari Kerajaan Belanda untuk menyajikan kue khas kerajaan seperti Koningin Emma Taart dan Wilhelmina Taart, menjadikannya satu-satunya restoran di luar Belanda yang memiliki izin tersebut.

Saat ini, Maison Bogerijen yang telah berganti nama menjadi Braga Permai berlokasi di Jalan Braga No. 58, Bandung. Restoran ini tetap mempertahankan nuansa klasik dan menjadi destinasi kuliner yang populer di kalangan wisatawan dan warga lokal.

Terdapat informasi mengenai cabang Maison Bogerijen di Jakarta, tepatnya di Jalan Panglima Polim IX No. 15, Kebayoran Baru. Namun, cabang ini telah tutup permanen dan tidak lagi beroperasi.

Maison Bogerijen menawarkan berbagai hidangan khas Eropa dengan sentuhan Indonesia. Beberapa menu andalannya antara lain Koningin Emma Taart dan Wilhelmina Taart, Speculaas Almond, Ananas Geap, Booterstaf, dll.

Restoran ini juga dikenal dengan arsitektur bergaya Indo-Eropa yang khas, dengan interior yang mempertahankan elemen-elemen asli seperti oven tua dan pipa gas dari masa lalu.

Maison Bogerijen, yang kini dikenal sebagai Braga Permai, telah diakui sebagai restoran tertua yang masih beroperasi di Indonesia, menurut Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Restoran ini juga menjadi saksi sejarah penting, termasuk masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, dan telah menjadi bagian dari warisan budaya kota Bandung.

8. Sate Khas Senayan

Sate Khas Senayan adalah restoran legendaris yang menyajikan kuliner khas Jawa dan Bali dengan cita rasa autentik. Sejak berdiri pada tahun 1974, restoran ini telah menjadi bagian penting dari perjalanan kuliner Indonesia.

Didirikan oleh Benny Hadisurjo pada tahun 1974 dengan nama awal Satay House Senayan, restoran ini pertama kali berlokasi di Jalan Pakubuwono IV No. 6, Jakarta. Tujuannya adalah menghadirkan hidangan tradisional Indonesia dalam suasana yang nyaman dan berkelas.

Pada tahun 1982, restoran ini berganti nama menjadi Sate Khas Senayan dan mulai memperluas jangkauannya dengan membuka beberapa cabang di Jakarta, seperti di Kebon Sirih, Menteng, dan Tanah Abang.

Hingga tahun 2024, Sate Khas Senayan telah memiliki lebih dari 70 cabang yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia, termasuk cabang pertama di luar Jakarta dibuka pada tahun 2010 di Jalan Margonda Raya, Depok. Ekspansi terus berlanjut dengan pembukaan gerai ke-70 di Tunjungan Plaza 6, Surabaya, pada Desember 2023.

Selama lebih dari 50 tahun beroperasi, Sate Khas Senayan telah mendapatkan berbagai penghargaan dan pengakuan, termasuk Restoran Indonesia Terbaik oleh beberapa media kuliner nasional, penghargaan dari MURI, serta pengakuan dari tokoh-tokoh nasional, termasuk Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto, yang pernah bersantap di restoran ini.

Baca Juga: 15 Sosok Perempuan Inspiratif di Balik Brand Modest Fashion Lokal

9. Ayam Goreng Suharti

Ayam Goreng Suharti adalah salah satu ikon kuliner Indonesia yang dikenal luas karena ayam goreng kremesnya yang khas dan lezat. Didirikan oleh Nyonya Suharti pada tahun 1972 di Yogyakarta, restoran ini telah berkembang menjadi jaringan rumah makan dengan puluhan cabang di berbagai kota besar di Indonesia.

Kisah Ayam Goreng Suharti dimulai pada tahun 1962, ketika Nyonya Suharti bersama suaminya, Bambang Sachlan Praptohardjo, menjual ayam goreng dari rumah ke rumah di Yogyakarta.

Dengan modal Rp300.000, mereka mendirikan rumah makan pertama bernama "Ayam Goreng Mbok Berek Baru" pada tahun 1969. Pada tahun 1972, restoran ini berganti nama menjadi "Ayam Goreng Ny. Suharti" dan berlokasi di Jalan Laksda Adisucipto 208, Yogyakarta.

Setelah perceraian dengan suaminya, Suharti kehilangan hak atas merek dagang "Ayam Goreng Ny. Suharti". Namun, pada tahun 1991, ia bangkit kembali dengan mendirikan restoran baru bernama "Ayam Goreng Suharti" tanpa embel-embel "Ny." dan dengan logo yang berbeda.

Ayam Goreng Suharti telah memiliki banyak cabang yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, antara lain, Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Semarang, Pekanbaru, dan Kutoarjo.

Ayam Goreng Suharti juga tercatat telah mendapatkan berbagai penghargaan dan pengakuan, baik dari dalam maupun luar negeri. Pada tahun 2023, restoran ini dinobatkan sebagai restoran ayam goreng terbaik di Indonesia oleh Taste Atlas, mengalahkan berbagai pesaing lainnya.

Kelezatan ayam goreng Suharti juga telah menarik perhatian wisatawan asing. Seorang turis asal Kanada bahkan menyebut ayam goreng Suharti sebagai yang terenak di dunia dalam tulisannya.

10. Kopi Es Tak Kie

Kopi Es Tak Kie adalah salah satu kedai kopi legendaris di Jakarta yang telah melayani pelanggan sejak tahun 1927. Dengan mempertahankan cita rasa klasik dan suasana tempo dulu, kedai ini menjadi saksi bisu perkembangan ibu kota selama hampir satu abad.

Usaha ini didirikan oleh Liong Kwie Tjong, seorang perantau dari Tiongkok, pada tahun 1927. Awalnya, kedai ini hanya menjual teh di kawasan Petak Sembilan, Glodok.

Nama Tak Kie berasal dari kata Tak yang berarti bijaksana dan sederhana, serta Kie yang berarti mudah diingat. Seiring waktu, kopi menjadi minuman utama yang disajikan, dan kedai ini mulai menetap di Gang Gloria, yang kini dikenal sebagai Jalan Pintu Besar Selatan III No. 4-6, Glodok, Jakarta Barat.

Saat ini, kedai dikelola oleh generasi ketiga, Latief Yulus atau yang akrab disapa Koh Ayauw. Di bawah kepemimpinannya sejak tahun 1976, Kopi Es Tak Kie tetap mempertahankan resep dan cara penyajian tradisional yang telah diwariskan oleh pendahulunya.

Kopi Es Tak Kie berlokasi di Jalan Pintu Besar Selatan III No. 4-6, Gang Gloria, Glodok, Jakarta Barat. Kedai ini buka setiap hari dari pukul 06.30 hingga 14.00 WIB. Hingga saat ini, Kopi Es Tak Kie hanya memiliki satu cabang utama di lokasi tersebut dan belum membuka cabang di tempat lain.

Kopi Es Tak Kie dikenal dengan kesederhanaannya, baik dalam menu maupun suasana kedai. Selain kopi, kedai ini juga menawarkan berbagai hidangan seperti nasi campur, nasi tim ayam, bakmi ayam, bihun ayam, kwetiau ayam, dan sup pangsit.

Dikutip dari Tempo, keunikan lain dari Kopi Es Tak Kie adalah suasana kedainya yang mempertahankan desain interior klasik tanpa Wi-Fi atau working space, menciptakan suasana yang mendorong interaksi antar pengunjung.

Kopi Es Tak Kie telah menjadi tempat favorit bagi berbagai kalangan, termasuk tokoh-tokoh terkenal seperti Presiden Joko Widodo, mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan artis seperti Luna Maya serta Yosi Project Pop. Foto-foto kunjungan mereka terpajang di dinding kedai sebagai bukti popularitas dan keistimewaan tempat ini.

11. Pisang Goreng Madu Bu Nanik

Pisang Goreng Madu Bu Nanik adalah salah satu merek kuliner legendaris di Jakarta yang dikenal dengan pisang goreng madu khasnya. Usaha ini didirikan oleh Nanik Soelistiowati pada tahun 2007, berawal dari usaha katering yang dimulai pada tahun 1994.

Gerai utama Pisang Goreng Madu Bu Nanik terletak di Jl. Tanjung Duren Raya No. 67, Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Gerai ini buka setiap hari dari pukul 07.00 hingga 21.00 WIB.

Meskipun belum membuka cabang fisik di luar Jakarta, produk Pisang Goreng Madu Bu Nanik telah tersedia di berbagai platform e-commerce dan dapat dikirim ke berbagai kota melalui mitra logistik seperti Paxel.

Pisang Goreng Madu Bu Nanik juga telah meraih berbagai penghargaan, antara lain Juara Mitra Go-Food kategori jajanan sore se-Jabodetabek pada tahun 2017, Merchant Go-Food Terfavorit di Jakarta pada malam juara Go-Food 2017, Mitra Terlaris di platform Go-Food, dengan pesanan yang sering mencapai 30 menit hingga satu jam antrian.

Keunggulan utama Pisang Goreng Madu Bu Nanik terletak pada kualitas bahan dan rasa autentik. Selain menu pisang dan cempedak, tersedia juga berbagai jajanan khas Nusantara seperti rujak Aceh, asinan Bogor, singkong balado, kue lumpia, onde-onde, aneka sambal kemasan, ketan serundeng, dan bakpia.

12. Ayam Goreng Mbok Berek

Ayam Goreng Mbok Berek adalah warisan kuliner legendaris khas Yogyakarta yang telah berkembang menjadi salah satu merek ayam goreng paling terkenal di Indonesia.

Dikenal dengan ayam goreng Kalasan yang empuk, kremesan gurih, dan sambal khas, rumah makan ini telah menjadi destinasi favorit wisata kuliner Yogyakarta bagi pecinta makanan tradisional, termasuk generasi milenial dan Gen Z.

Asal-usul Ayam Goreng Mbok Berek bermula pada awal abad ke-19 di Desa Candisari, Kalasan, Sleman. Pasangan suami istri, Ronodikromo dan Nyi Kiyem, memulai usaha menjual ayam goreng Kalasan secara keliling.

Nama "Mbok Berek" muncul dari julukan yang diberikan oleh masyarakat sekitar karena anak mereka yang sering menangis rewel, atau dalam bahasa Jawa disebut "berek-berek".

Pada tahun 1952, usaha ini mulai dikelola oleh Noor Indarti, salah satu keturunan Ronodikromo, yang mendirikan rumah makan pertama di daerah Kalasan. Rumah makan ini bahkan pernah dikunjungi oleh Presiden Soekarno. Namun, usaha ini mengalami kebangkrutan pada tahun 1960-an.

Semangat untuk meneruskan warisan kuliner ini kembali muncul ketika Ratna Djuwita Umiyatsih (Ny. Umi), putri Noor Indarti, memulai kembali usaha keluarga dari nol. Pada tahun 1972, Ny. Umi mendirikan PT Weling Simbah Wulung dan mematenkan nama "Ayam Goreng Mbok Berek Ny. Umi".

Gerai utama Ayam Goreng Mbok Berek terletak di Jl. Pugeran Timur No. 24, Suryodiningratan, Mantrijeron, Yogyakarta. Gerai ini buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.

Hingga tahun 2024, terdapat lebih dari 30 cabang Ayam Goreng Mbok Berek yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Beberapa cabang juga dikelola melalui sistem waralaba, seperti Ayam Goreng Mbok Berek Ny. Subekti dan Ayam Goreng Mbok Berek Ny. Astuti.

Ayam Goreng Mbok Berek juga tercatat telah meraih berbagai penghargaan, antara lain Kuliner Terbaik Jawa Tengah selama tiga tahun berturut-turut, mengalahkan merek internasional, serta Mitra Terlaris di platform GoFood, dengan penjualan yang mencapai 50% dari total penjualan.

Baca Juga: Deretan Perempuan Ternama di Bisnis Kuliner