Pengusaha kawakan Ciputra kerap berpindah tempat tinggal sebelum meraih kesuksesan seperti sekarang ini. Di masa lampau, Ciputra beberapa kali berpindah dari satu daerah ke daerah lain karena berbagai alasan.
Gorontalo adalah salah satu tempat persinggahannya, di tempat ini, Ciputra belajar banyak hal ia menempah diri yang kelak membentuk karakternya hingga menjadi seorang pebisnis hebat.
Seperti di tempat lain, di Gorontalo Ciputra memulai kehidupan dengan penuh gairah dan semangat, tekad Ciputra hanya satu yakni belajar berbagai hal untuk meluaskan cakrawala pengetahuannya, Ciputra hanya ingin lebih maju dari kehidupan sebelumnya.
Baca Juga: Suka Duka Ciputra Menjadi Petani Hingga Belajar Kepemimpinan dari Pengalaman Berburu
“Hidup baru dimulai. Penuh energi. Penuh motivasi. Ya, saya telah memasuki lembar kebangkitan. Dan saya tak akan mau mundur,” kata Ciputra dilansir Olenka.id Selasa (10/6/2025),
Di Gorontalo, Ciputra juga memulai kebiasan-kebiasaan baru, kini ia sudah mulai terbiasa memulai dan menutup hari dengan berdoa setelah mempercayai agama. Dengan begitu ia merasa hidupnya jauh lebih baik dari sebelumnya.
“Sejak hari pertama berada di Gorontalo, saya telah membiasakan diri berdoa setiap malam. Memohon perlindungan dan kekuatan. Lalu setiap pagi saya selalu bangun diiringi dorongan kuat untuk bangkit,” ujarnya.
Kehidupan di Gorontalo seperti cambuk bagi Ciputra yang membuat ia tumbuh menjadi lebih kuat, Gorontalo adalah titik awal Ciputra tumbuh hebat.
“Seperti ada energi yang menyemangati saya. Seperti ada yang mencambuk saya. Semangat kebangkitan! Gorontalo adalah batu loncatan saya untuk maju. Seterusnya saya harus bisa terbang tinggi. Harus jadi orang sukses,” ucapnya.
Energi Ajaib
Di Gorontalo Ciputra benar-benar merasakan perubahan pesat, ada energi positif yang tumbuh dan menyelimuti dirinya, bagi Ciputra ini adalah energi ajaib yang entah dari mana ia berasal. Perubahan lain yang dirasakan Ciputra adalah sprit besar setiap ia memulai hari baru.
“Saya melewati hari dengan energi yang begitu ajaib membakar semangat saya. Entah datang dari mana. Tak ada yang menasihati saya. Tak ada yang dengan sengaja melecut semangat saya. Tapi setiap pagi saya seperti dibangunkan oleh tantangan yang memanggil-manggil,” ucapnya.
“Saya selalu memulai hari dengan spirit yang besar. Seolah-olah dari dalam diri saya ada bos yang memimpin saya,” tambahnya.
Meski begitu, Ciputra merasa kehidupan di Gorontalo jauh lebih mudah ketimbang di Popaya, Bumbulan, di tempat baru ini, Ciputra tak lagi bekerja keras menjadi petani dan pemburu, namun justru hal ini yang membuatnya rindu dan ingin kembali ke Bumbulan.
“Tapi saya kehilangan sesuatu yang ternyata sudah kadung mengakar dalam diri saya. Berburu bersama anjing-anjing saya. Betapa rindunya saya berlari menerobos hutan, menebas semak belukar dengan kaki telanjang dan merasakan kerikil serta duri perdu menusuk-nusuk telapak kaki saya. Ternyata sensasi berjuang di hutan menjadi sesuatu yang membuat rindu,” ujarnya.
Kerja keras yang telah menjadi kebiasaan membuat Ciputra merasa menjadi laki-laki lemah ketika menjalani kehidupan di Gorontalo yang menurutnya jauh lebih santai. Aktivitasnya di Gorontalo yang 100 persen hanya untuk bersekolah membuatnya takut tumbuh menjadi pria lembek yang ogah bekerja keras.
“Sering kali ketika melihat pemandangan orang-orang bekerja keras, para pedagang memikul barang-barang jualan mereka, atau orang-orang yang sedang membangun rumah, tangan saya pun mengepal-ngepal seperti ingin bekerja. Pada dasarnya saya tak bisa berdiam diri. Kehidupan saya terlalu tenang di sini.” ucapnya.
Ketakutan yang kemudian memaksa Ciputra untuk melecut diri dengan keras, ia tak mau kembali menjadi pria lembek setelah ditimpa berbagai cobaan hidup
“Saya takut sekali diri saya kembali lembek dan manja. Tidak. Itu tidak boleh terjadi,” tambahnya.
Jago Lari
Ciputra selalu diliputi energi positif yang besar, namun energi itu tak tersalurkan, ini yang membuat Ciputra terus-terusan dihampiri kecemasan, ia khawatir tak bisa menjadi laki-laki kuat dan hebat lagi.
Kecemasan itu yang membuat Ciputra memutuskan mencari kesibukan baru sekadar untuk menyalurkan energi dalam dirinya.
“Sampai suatu ketika saya melihat segerombolan anak muda berlari di sisi jalan. Mereka sedang berolahraga. Riang betul mereka. Keringat membanjir dan tampaknya mereka sedang berlomba. Hati saya terketuk. Berlari! Ya, kenapa saya tidak berlari. Energi saya harus keluar. Berlari menjadi pilihan saya untuk membunuh waktu dan menempa diri. Menaklukkan diri sendiri,” ujarnya.