Indonesia memposisikan diri di garis depan dalam misi global penggunaan bahan bakar alternatif melalui mandat program B40, campuran bahan bakar biodiesel tertinggi di dunia, yang diimplementasikan mulai pada awal tahun ini.
Partner and Head, Energy & Utilities Practice dari Arthur D Little Southeast Asia, Trung Ghi, mengatakan terobosan kebijakan ini tidak hanya menunjukkan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GHG), tetapi juga merupakan upaya pemerintah dalam memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Trung Ghi menegaskan, inisiatif ini memposisikan Indonesia sebagai pelopor dalam transformasi energi terbarukan.
"Mandat B40 menggarisbawahi komitmen serius Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca global sekaligus menciptakan peluang transformatif. Inisiatif ini secara alami akan menarik para pengembang, peneliti, dan pembeli terbaik ke Indonesia, menciptakan ekosistem yang dinamis, dan membangun modal intelektual untuk generasi mendatang," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (12/2/2025).
Baca Juga: Pastikan Kualitas, Kementerian ESDM Perketat Pengawasan Distribusi Biodiesel B40
Sebagai negara dengan perekonomian terbesar di ASEAN, Trung meyakini implementasi B40 di Indonesia akan dapat memberikan dampak yang luas di kawasan. Ia memprediksi bahwa penerapan program ini akan menghasilkan kebijakan dan teknologi yang lebih terstandardisasi di seluruh kawasan, yang berpotensi menjadikan Asia Tenggara sebagai pusat inovasi energi berkelanjutan.
"Inisiatif ini akan memacu pengembangan ekosistem yang komprehensif, yang mencakup inovasi, keberlanjutan, dan keuangan di Asia," jelasnya.
Ia menambahkan, waktu implementasi program ini juga sangat krusial mengingat fluktuasi pasar energi global saat ini. Trung menekankan bahwa memproduksi bahan bakar berkelanjutan secara lokal akan meningkatkan ketahanan energi di Asia secara signifikan.
"Meningkatnya volatilitas dan ketegangan geopolitik dunia membuat bahan bakar berkelanjutan yang diproduksi secara lokal menjadi kekuatan untuk ketahanan energi Asia, mengurangi ketergantungan impor," ujarnya.
Dalam konteks kerja sama internasional khususnya terkait pelarangan minyak kelapa sawit oleh Uni Eropa, imbuhnya, ada peluang bagi Indonesia untuk ikut andil mengubah perspektif global.
"Dengan memanfaatkan teknologi canggih dan analisis data, Indonesia dapat berpartisipasi lebih proaktif dalam diskusi internasional, termasuk penghematan emisi gas rumah kaca dan manfaat ekonomi yang berpotensi memengaruhi perkembangan industri bahan bakar global," katanya.
Menavigasi Masa Depan
Meski begitu, ia mengingatkan keberhasilan implementasi program ini memerlukan koordinasi yang cermat di antara berbagai pemangku kepentingan, para pembuat kebijakan, BUMN, pemain sektor swasta, dan mitra internasional.
"Komitmen penuh dari pemerintah sangat penting dalam mendukung transisi ini," ungkapnya.
Inisiatif ini juga memiliki beberapa tantangan yang harus diatasi. Trung menekankan pentingnya struktur insentif yang tepat dan pengontrolan kualitas. "Menciptakan struktur insentif yang tepat akan menjadi kunci untuk mendorong produksi yang berkualitas dan mempertahankan standar yang tinggi di pasar biodiesel," tegasnya.
"Kita perlu mengelola penawaran dan permintaan secara efektif sambil memastikan bahwa produk yang lebih rendah tidak memasuki pasar setelah kebijakan ini diberlakukan," ia mengingatkan.