Industri sawit juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, di mana turut meningkat kesejahteraan masyarakat. Terdapat lebih dari 16 juta tenaga kerja yang terlibat dalam industri ini, termasuk 4,2 juta tenaga kerja langsung, dengan 2,5 juta keluarga yang menjadi petani sawit. 

Dampaknya tidak hanya sebatas penyediaan pekerjaan, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di wilayah-wilayah penghasil sawit. Selain itu, industri ini membantu menurunkan angka kemiskinan di daerah sentra sawit dengan memberikan peluang ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat setempat

“Selain manfaat ekonomi, industri sawit juga berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Hampir semua makanan olahan seperti biskuit, coklat, dan es krim mengandung minyak sawit, sehingga Indonesia tidak perlu mengimpor lemak dari luar negeri. Minyak sawit juga digunakan dalam bauran energi terbarukan, yang membantu menurunkan emisi gas rumah kaca di Indonesia,” papar dr. Jenny.

Rantai Pasokan Industri Sawit (Hulu ke Hilir)

Selain berperan dalam perekonomian dan penciptaan lapangan kerja, industri kelapa sawit juga memiliki rantai pasokan yang luas dan kompleks, mencakup berbagai tahapan dari hulu ke hilir yang mendukung keberlanjutan sektor ini.

Dalam paparannya dr. Jenny menjelaskan bagaimana rantai pasok industri kelapa sawit bekerja, mulai dari tahap produksi hingga distribusi ke pasar global. Perkebunan sawit—baik milik perusahaan swasta, BUMN seperti PTPN, maupun petani rakyat—menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) yang kemudian dikirim ke pabrik kelapa sawit untuk diproses menjadi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit. 

Setelah itu, minyak ini melewati pabrik pengolahan lebih lanjut, seperti crushing kernel dan refinery, sebelum diolah menjadi berbagai produk hilir.

"Dari refinery ke produk hilir banyak tahapan yang mesti dilalui oleh si minyak sawit untuk sampai ke tangan konsumen. Baik dalam produk pangan, home care, kosmetik, dan biofuel,” jelas dr. Jenny.

Rantai pasok industri sawit juga melibatkan berbagai pihak, mulai dari agen, pengumpul TBS, pabrik, refinery, trader, logistik, dan transportasi yang memastikan distribusi produk sawit ke pasar global. 

Baca Juga: Pemprov Papua Dorong Pengembangan Sawit

Target Industri Sawit 2045

Produksi minyak sawit ditargetkan sebesar 78,35 juta ton pada 2045 mendatang, sebagaimana yang tertuang dalam peta jalan industri sawit menuju Indonesia Emas 2045. 

Jenny memaparkan, produksi minyak sawit saaat ini masih berada di kisaran 51-52 juta ton. Sehingga, perlu adanya peningkatan sekitar 26 juta ton untuk mencapai target sesuai yang diharapkan. 

Namun, untuk mencapai target tersebut tidaklah mudah. Bahkan, pada tahun 2023-2024, tercatat adanya kecenderungan penurunan produksi minyak sawit.

“Untuk memenuhi ini apakah mudah? Sebenarnya sulit. Bahkan, di tahun 2023 ke 2024, sepertinya ada kecenderungan penurunan produksi minyak sawit yang kalau tidak diberi perhatian dan diteliti, maka target 78,35 ton ini kita akan pesimis untuk bisa mencapainya,” tutur dr. Jenny.