Dunia kini sibuk mencari sumber energi baru terbarukan (EBT) karena sumber energi yang berasal dari fosil, seperti batu bara dan minyak bumi, mulai menipis. Di Indonesia, menurut perkiraan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022 lalu, stok minyak bumi Indonesia hanya bisa diekstraksi hingga 18 tahun lagi, sedangkan gas bumi 29 tahun, dan batu bara 62 tahun.

Berkaca pada kenyataan tersebut, dunia perlu segera mencari alternatif sumber energi baru. Beruntungnya, Indonesia memiliki kelapa sawit yang berlimpah karena limbah kelapa sawit diketahui dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi baru. Limbah yang dimaksud adalah limbah cair sawit atau palm oil mill effluent (POME).

Baca Juga: Kata BRIN: Minyak Sawit yang Paling Memungkinkan Disulap Jadi Energi

Dengan teknologi yang disebut anaerobik, POME dapat diubah menjadi limbah yang ramah lingkungan dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia. POME dapat diubah menjadi energi biogas dan dimanfaatkan untuk sumber energi terbarukan, baik listrik maupun non-listrik. Tidak hanya itu, POME juga berperan dalam mitigasi gas rumah kaca dengan potensi reduksi emisi mencapai 42.6 juta ton CO2 per tahun.

Salah satu langkah serius pemerintah dalam memanfaatkan kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan adalah dengan menerapkan kebijakan campuran Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis biodiesel ke dalam minyak Solar sebesar 30% (B30). Diketahui, kebijakan tersebut mampu menghemat devisa hingga Rp122 triliun pada tahun 2023 lalu dan juga berdampak pada penurunan volume impor. Bahkan, pemerintah sudah merilis program B35 pada 1 Februari 2023 dengan alokasi mencapai 13,15 juta kilo liter (KL) dengan meningkatkan kandungan FAME dari 30% di B30 menjadi 35%.

Mengutip penjelasan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, penerapan B35 akan menjadi angin segar bagi kemandirian sektor energi Tanah Air. Tidak hanya itu, kebijakan tersebut diperkirakan akan menghemat devisa sebesar US$10,75 miliar atau sekitar Rp161 triliun pada 2023. Program B35 juga dapat meningkatkan nilai tambah di industri hilir sawit sebesar Rp16,76 triliun, serta mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 34,9 juta ton CO2.

Dengan segala keunggulan tersebut, pemerintah hanya perlu mempertahankan komitmen yang tinggi dan konsisten terhadap industri sawit dan bekerja keras agar industri ini bisa dikembangkan. Apalagi, pemerintah menargetkan bauran EBT nasional sebesar 19,49% pada tahun 2024 dan optimis mampu mencapai 23% pada tahun 2025.

Berdasarkan catatan Dewan Energi Nasional (DEN), persentase bauran energi tertinggi di Indonesia pada tahun 2023 masih dipegang oleh batu bara sebesar 40,46%, minyak bumi (30,18%), gas bumi (16,28%), dan EBT (13,09%). Realisasi EBT tersebut masih di bawah target yang ditetapkan sebesar 17,87%.