Menyadari rawannya area publik terhadap potensi kekerasan seksual, baik bagi perempuan maupun laki-laki, Gojek selama 6 tahun berturut-turut sejak tahun 2019 telah melakukan rangkaian pelatihan antikekerasan seksual bagi mitra driver Gojek.
Upaya melawan kekerasan seksual tersebut merupakan bagian dari komitmen #AmanBersamaGojek yang telah berjalan sejak tahun 2015. Rangkaian inisiatif #AmanBersamaGojek terdiri dari tiga pilar, yakni Edukasi, Teknologi, dan Proteksi.
"Bagi Gojek, keamanan pelanggan maupun mitra driver adalah prioritas utama. Kami secara konsisten terus berkomitmen menghadirkan rasa aman dan memperkuat langkah #AmanBersamaGojek untuk memastikan risiko keamanan berada di titik minimal," jelas Head of Region Gojek, Gede Manggala, di Jakarta, Jumat (13/12/2024).
Selain dengan edukasi yang dilakukan baik secara daring maupun luring, sejumlah fitur perlindungan juga dihadirkan Gojek. Dari sisi teknologi, Gojek menerapkan verifikasi muka atau facial recognition untuk memastikan pengemudi yang datang sesuai dengan akun yang menerima pesanan.
"Dari sisi driver juga tidak luput dari risiko. Oleh karena itu, kami menghadirkan fitur number masking atau penyamaran nomor telepon. Ini untuk menghindari jangan sampai ada follow up yang mengarah ke teror terhadap pengemudi," terang Gede.
Selanjutnya, ada fitur untuk membagikan perjalanan. Dengan begitu, keluarga di rumah dapat memantau lokasi penumpang Gojek. "Terakhir, kami menyediakan layanan yang disebut tombol darurat. Ada tim 24 jam yang bernama layanan darurat yang akan membantu, baik mitra driver maupun penumpang. Dari sisi proteksi, di setiap perjalanan sudah di-cover oleh asuransi," tegasnya.
Merespons langkah yang telah diambil Gojek, Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dalam Rumah Tangga dan Rentan Kementerian PPPA, Eni Widiyanti, menyatakan dukungannya, "Kami mengapresiasi langkah yang telah diambil Gojek. Bersamaan dengan telah disahkannya UU TPKS, kami berharap upaya kolaboratif ini dapat menjadi satu langkah maju bagi kita mewujudkan Indonesia bebas tindak kekerasan seksual."
Kasubdit Angkutan Perkotaan Kementerian Perhubungan, Muhammad Fahmi, menyampaikan, "Tingkat insiden rendah dalam perjalanan Gojek menunjukkan pentingnya edukasi, teknologi, dan kolaborasi yang kuat telah mampu menghadirkan perjalanan aman. Kontribusi Gojek sebagai operator layanan transportasi daring patut dicontoh, termasuk dalam mendukung ruang publik aman bebas kekerasan berbasis gender sehingga seluruh pihak dapat merasa aman bepergian ke mana-mana."
Gojek juga mempererat kolaborasinya dengan lintas pemangku kepentingan dalam mengembangkan modul dan memberikan pelatihan antikekerasan seksual. Kolaborasi telah berjalan dengan belasan organisasi nirlaba diantaranya Di Jalan Aman Tanpa Pelecehan (DEMAND)-bagian dari Jakarta Feminist dan Koalisi Ruang Publik Aman, Komunitas Samahita Bandung, PKBI Bali, LBH APIK, hingga Kementerian Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
Hari ini, kolaborasi juga dipererat dengan ditandatanganinya Nota Kesepahaman antara Gojek dengan CariLayanan.com untuk memperkuat mekanisme pencegahan dan penanganan tindak kekerasan seksual di dalam ekosistem Gojek, serta memberikan kumpulan informasi layanan terpadu kepada masyarakat luas terkait layanan pendampingan bagi korban kekerasan seksual.
Anindya Restuviani selaku Program Director DEMAND (Di Jalan Aman Tanpa Pelecehan Seksual) mengungkapkan, "Ini merupakan tahun keenam kami berkolaborasi dengan Gojek untuk mengajak para mitra driver berperan aktif dalam mencegah tindak kekerasan seksual di sekitarnya. Konsistensi Gojek yang terus berupaya untuk menjaga keamanan ekosistemnya dari tindak kekerasan seksual patut diapresiasi."
Seluruh upaya ini sejalan dengan momen 16 Hari Aktivisme Anti-Kekerasan Berbasis Gender (16 HAKBG) yang diperingati setiap 25 November hingga 10 Desember di seluruh dunia.