Banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat pada akhir November lalu tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga memutus akses warga terhadap kebutuhan dasar. Dalam situasi darurat tersebut, dukungan lintas sektor menjadi faktor penting untuk mempercepat pemulihan masyarakat terdampak.

Menjawab kebutuhan itu, RedDoorz menyalurkan bantuan esensial berupa paket sembako dan obat-obatan ke beberapa titik terdampak di Pulau Sumatra. Program ini menjadi bagian dari komitmen perusahaan dalam berkontribusi pada aksi kemanusiaan, khususnya di wilayah yang juga menjadi bagian dari jaringan operasional RedDoorz.

Baca Juga: Mengukur Efektivitas Komunikasi BNPB dalam Penanganan Bencana Sumatra

Agar distribusi berjalan efektif, RedDoorz menggandeng Kementerian Ekonomi dan Kreatif (Ekraf) serta Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Kolaborasi tersebut memanfaatkan jejaring lapangan dan pengalaman kedua lembaga dalam penanganan bencana, terutama di daerah dengan tingkat kerusakan yang cukup parah seperti Aceh dan Sumatra Utara.

Head of Government Relations RedDoorz, Gusti Raganata, mengatakan perusahaan memilih menyalurkan bantuan esensial karena dampaknya yang dapat dirasakan secara langsung oleh warga.

“Keputusan konversi donasi menjadi paket sembako, makanan, dan obat-obatan didasari pertimbangan bahwa kebutuhan dasar harus segera terpenuhi agar masyarakat bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari,” ujarnya.

Penyaluran bantuan bersama Ekraf dilakukan secara simbolis di tenda pengungsian Kota Bireuen, Aceh, pada 9 Desember 2025. Kegiatan tersebut turut dihadiri Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya. Staf Khusus Menteri Ekonomi Kreatif Bidang Isu Strategis dan Antar Lembaga, Rian Firmansyah, menilai kolaborasi ini sebagai respons awal yang konkret dalam situasi darurat. Menurutnya, sinergi ini juga memperkuat peran sektor ekonomi kreatif dan pariwisata dalam mendukung pemulihan masyarakat.

Baca Juga: Warga Aceh Tamiang Menyambung Harapan di Rig Pertamina

Sementara itu, kerja sama dengan BAZNAS berlangsung pada 10–23 Desember 2025. Dana yang terkumpul diprioritaskan untuk warga terdampak di Sumatra Utara, termasuk wilayah rawan banjir dan longsor seperti Tapanuli Tengah. Relawan BAZNAS turun langsung ke lapangan untuk memastikan bantuan tersalurkan secara merata.

Pimpinan BAZNAS RI Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Saidah Sakwan, menyambut baik kolaborasi tersebut. Ia menekankan pentingnya sinergi antara sektor filantropi dan dunia usaha agar penyaluran bantuan bisa tepat sasaran, cepat, dan sesuai kebutuhan lapangan.

Banjir bandang juga berdampak pada sejumlah properti RedDoorz di Banda Aceh, Bireuen, Medan, Sibolga, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan. Merespons hal itu, perusahaan menggalang donasi internal dengan melibatkan karyawan dan mitra properti, serta membuka partisipasi publik. Donasi yang terkumpul kemudian dikonversi menjadi bantuan dapur umum dan obat-obatan, termasuk bagi staf properti yang terdampak langsung.

Baca Juga: Banjir Sumatra, Bencana Alam atau Bencana Ekologis?

Memasuki pekan keempat pascabencana, jumlah korban meninggal dilaporkan telah melampaui 1.000 jiwa dan ratusan orang masih dinyatakan hilang. Kondisi ini menunjukkan bahwa proses pemulihan membutuhkan dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak.

Melalui kolaborasi dengan Ekraf dan BAZNAS, RedDoorz berharap bantuan yang disalurkan dapat membantu mempercepat pemulihan di wilayah terdampak.

“Kami ingin menunjukkan bahwa RedDoorz tidak hanya hadir sebagai penyedia layanan akomodasi, tetapi juga sebagai bagian dari masyarakat yang siap bergotong royong di masa sulit,” tutup Gusti.