LEGO, perusahaan produksi mainan konstruksi asal Denmark yang berkantor pusat di Denmark, dikenal dengan mainan saling bertautannya. Perusahaan ini telah bekerja sama dengan beberapa merek terbesar di industri ini, mulai dari Star Wars hingga Harry Potter.

Namun, tahukah Anda bahwa pada tahun 2003, LEGO pernah terlilit utang hingga $800 juta, merugi $1 juta setiap hari dan hampir bangkrut hanya dalam hitungan minggu?

Bagaimana perusahaan ini dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan, pada saat yang sama, mencapai tingkat yang tak terbayangkan? Mari kita cari tahu!

DIkutip dari Times of India, Selasa (8/4/2025), didirikan pada tahun 1932 oleh Ole Kirk Christiansen, LEGO merupakan mainan 'IT' di tahun 90-an, dengan setiap anak menginginkan satu set LEGO dan terobsesi untuk menciptakan sesuatu dengan balok-balok mainan yang terkenal itu. Jadi, seperti merek lainnya, LEGO memperluas wilayahnya ke pakaian, jam tangan, acara TV, taman hiburan, dan sebagainya.

Namun dengan begitu banyak hal yang harus dilakukan, perusahaan ini tidak unggul dalam satu tugas. Penjualan mainan menurun, dan di balik layar, perusahaan ini berjuang dengan keuangan. Perusahaan itu menghadapi utang sebesar $800 juta dan berada di ambang kehancuran.

Baca Juga: The LEGO Group Cetak Kenaikan Pendapatan di Tahun 2023

Kemudian datanglah ksatria berbaju zirah berkilau, CEO baru, Jorgen Vig Knudstorp, seorang pengusaha Denmark yang menggantikan Kjeld Kirk Kristiansen sebagai presiden dan CEO perusahaan pada bulan Oktober 2004. Ia mengajukan pertanyaan unik: "Bagaimana jika masalahnya...adalah LEGO itu sendiri?

Salah satu langkah pertamanya adalah memangkas lini produk hingga 30% dan memberhentikan sekitar 1.000 orang.

Kemudian, penelitian yang lebih mendalam mengungkapkan kepadanya bahwa perusahaan tersebut membuat 7.000+ bagian unik, yang membuat proses produksi lebih lambat dan mahal. Dengan demikian, ia dan timnya menyederhanakan jenis batu bata tertentu dan berfokus pada set yang populer di pasaran.

Selain itu, LEGO mulai berfokus pada apa yang sebenarnya diinginkan para penggemar dan pembeli. Mereka bermitra dengan merek-merek besar seperti Star Wars dan Harry Potter untuk mengembangkan set dengan alur cerita.

Hasilnya langsung dan cukup terlihat, dengan set Star Wars saja meningkatkan pendapatan perusahaan hingga 35%. Pelajaran yang mereka dapatkan dari penjualan ini adalah bahwa setiap kreasi memiliki cerita dan untuk menciptakannya.

Pada tahun 2015, LEGO melampaui Mattel dan menjadi perusahaan mainan terbesar di dunia dengan penjualan sebesar $2,03 miliar pada paruh pertama tahun 2014.

Baca Juga: the LEGO Group Rayakan Ramadan Lewat Kampanye Main Bareng Bangun Silaturahmi