Kisah sukses pendiri Mayapada Group, Dato Sri Tahir, selalu menarik untuk dibahas. Pria yang memiliki nama asli Ang Tjoen Ming yang lahir di Surabaya, 26 Maret 1952 ini menjadi salah satu pengusaha yang masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia. 

Terbaru, berdasarkan data Forbes per September 2024 ini, total kekayaan yang dikantongi keluarga Tahir pun mencapai $5,4 miliar (Rp83,4 triliun).

Perjuangan hidup Tahir sampai di titik kesuksesan ini tentulah tidak mudah. Mengingat, ia bukan berasal dari keluarga berada. Selain karena bakat kerja keras yang dimilikinya, kesuksesan karier Tahir tak lepas dari dukungan sang istri, yakni Rosy Riady. Sebagaimana diketahui, Rosy Riady merupakan anak dari seorang konglomerat Mochtar Riady. Ya, Tahir dan Rosy Riady menikah pada 1974.

Dan, terkait pernikahan keduanya, nyatanya ada sebuah fakta menarik yang tak banyak orang ketahui. Saat menempuh pendidikan tinggi di Universitas Nanyang Singapore, rupanya tanpa disadari, Tahir telah diselidiki oleh ‘mata-mata’, yakni orang suruhan dari Mu’min Ali Gunawan, ipar dari Mochtar Riady yang merupakan taipan dari group Lippo. Adapun, tujuan dari pendiri Panin Bank itu adalah mencarikan suami bagi putri tertua dari sang ipar. 

Cerita tentang perjodohan Tahir dan Rosy Riady yang diinisiasi Mu’min Ali Gunawan pun tertuang di buku karya Alberthiene Endah yang bertajuk Living Sacrifice. Dalam buku tersebut, diceritakan secara gamblang bagaimana awal pertemuan Tahir dan Mu’min Ali yang tanpa diduga menjadi ‘mak comblang’ dirinya dan Rosy Riady.

Lantas, bagaimana kisah perjodohan Dato Sri Tahir tersebut? Berikut Olenka ulas selengkapnya.

Baca Juga: Mengulik Kisah Dato Sri Tahir saat Kuliah di Singapura

Dimata-matai Orang Suruhan Mu’min Ali

Seperti diketahui, Tahir menimba ilmu sebagai mahasiswa bisnis di Nanyang Technological University (NTU) Singapura. Meski bangga bisa berkuliah di kampus bergengsi di negeri Singa, siapa sangka ternyata Tahir kerap merasa tertekan akibat budaya kompetitif di kampusnya. Tahir bilang, persaingan tampak besar di seluruh kampus.

Di kala dirinya menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di Singapura, suatu waktu Tahir merasa ada seseorang yang kerap mengawasinya setiap saat. Tak diduga, orang tersebut ternyata orang suruhan  Mu’min Ali Gunawan, Direktur Bank Panin saat itu.

Tahir bercerita, satu waktu ia bertemu dengan seseorang yang memberitahukannya bahwa ada seorang pria yang ingin bertemu dengannya. Orang itu mengatakan kepada Tahir, bahwa sosok pria yang ingin menemuinya itu adalah Mu’min Ali. Tahir lantas diminta untuk membuat janji untuk pergi ke Jakarta dan menemui Mu’min Ali di Jakarta.

“Jujur, saya tercengang waktu itu. Bertemu dengan direktur bank terkemuka? Saya berpikir, apakah saya melalaikan kewajiban atau utang? Apakah orang tua saya bermasalah dengan bank sehingga mengharuskan saya sebagai anak tertua harus bertanggung jawab? Gak mungkin, toh orang tua saya sama sekali tidak pernah berhutang,” ujar Tahir kala itu.

Di sela kebingungannya, orang yang mengantarkan kabar ke Tahir itu mengatakan bahwa pertemuan tersebut nantinya akan jadi sesuatu yang mengasyikan. Menurut pria tersebut, Mu’min Ali sangat ingin bertemu dengan Tahir. Namun, karena jadwalnya yang sangat padat, ia pun akhirnya meminta Tahir untuk menemuinya sendiri di Jakarta.

“Mendengar itu saya makin tercengang. Saya pun membalas permintaan orang itu dengan mengangguk tanda setuju. Bagi saya, tak ada salahnya menerima ajakan itu, meskipun rasa penasaran yang besar terus membara di dada saya kala itu,” papar Tahir.

Tahir lantas mengatakan, rencana pertemuannya dengan Mu’min Ali sangat membuatnya gelisah sepanjang malam. Di kamar asramanya, ia berpikir keras. Apa gerangan yang membuat seorang petinggi bank terkemuka di Jakarta ingin menemuinya. Dan, selang beberapa hari kemudian, Tahir pun lantas memesan tiket pesawat ke Jakarta dan berangkat ke alamat kantor pusat Bank Panin untuk menemui Mu’min Ali.

“(Bertemu dengan Mu’min Ali) itu adalah awal perubahan besar bagi saya. Titik balik utama dalam hidup saya. Saya tidak dapat menahan diri untuk tidak gemetar setiap kali ingat momen itu,” tutur Tahir.

Tahir juga menganggap, pertemuannya dengan Mu’min Ali merupakan keajaiban yang tidak dapat dipahami oleh akal sehatnya. Seperti halnya dongeng, kata dia, kepercayaan dan akal sehat harus dikesampingkan untuk tetap mempertahankan kenikmatan cerita tersebut.

Sesampainya di Jakarta, Tahir pun akhirnya bertemu dengan Mu’min Ali. Ia pun terkesima dengan sosok petinggi Bank Panin yang saat itu berpakaian rapi dengan penampilan khas pria sukses. Terlebih saat itu, Mu’min Ali pun menyambut Tahir dengan hangat dan dengan nada yang menyenangkan.

“Wajahnya bersih dan berseri-seri. Ia menyambut saya dengan hangat. Kantornya juga sangat luas dan elegan. Cerminan kewibawaan direktur terpancar di diri Mu’min Ali kala itu,” ujar Tahir.

Baca Juga: Kisah Dato Sri Tahir Masuk Keluarga Konglomerat Mochtar Riady