Dua tokoh bangsa Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri merupakan sepasang politisi kawakan yang telah lama berkawan. Keduanya menjalin hubungan persahabatan sejak lama.
Perjalanan pertemanan keduanya acap kali diwarnai dengan perbedaan pandangan politik, tensinya kadang naik turun. Di luar panggung politik, hubungan Prabowo dan Megawati sangat karib, tetapi di dalam gelanggang politik keduanya juga tak jarang berbeda jalan.
Tetapi sahabat tetaplah sahabat, keduanya segera baikan setelah hubungan pertemanan mereka diwarnai beragam dinamika.
Perbedaan jalan politik keduanya acap kali terjadi, di berbagai kontestasi politik kedua sahabat ini berdiri berseberangan sebagai lawan, misalnya saja pada Pemilu 2014 dan 2019 lalu.
Pada kontestasi Pemilu 2014, hubungan Prabowo dan Megawati memanas lantaran Megawati lebih memilih Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden, jelas Prabowo berang lantaran ia dan Megawati punya ikrar yang dikenal sebagai perjanjian batu tulis, inti dari perjanjian itu adalah Megawati mencapreskan Prabowo di Pilpres 2014. Megawati dianggap ingkar janji.
Kemudian pada Pilpres 2019 Prabowo dan Megawati lagi-lagi berbagi jalan, tensi hubungan keduanya kembali memanas tetapi kemudian segera mereda setelah Megawati mengundang Prabowo ke rumahnya.
Baca Juga: Puan Benarkan Rencana Pertemuan Megawati dan Prabowo Sebelum Pelantikan
Pertemuan keduanya kelak dikenang sebagai ‘politik nasi goreng’ yang mencairkan suasana tegang antara keduanya. Istilah politik nasi goreng merujuk pada hidangan yang ditawarkan Megawati kepada Prabowo pada pertemuan tersebut, dimana nasi goreng itu dibikin sendiri oleh Megawati yang disaksikan langsung oleh Prabowo.
Singkatnya, pada Pilpres 2019 Prabowo yang berpasangan dengan Sandiaga Uno kembali keok dilibas pasangan Joko Widodo (Jokowi) - Ma’ruf Amin yang diusung PDI Perjuangan dan sejumlah partai lainnya.
Pasca kekalahan itu, hubungan Prabowo-Megawati tetap baik-baik saja, pertemanan mereka berjalan sebagaimana mestinya, semuanya normal. Prabowo yang waktu itu kalah juga tak sungkan datang ke Rakernas PDI Perjuangan yang diselenggarakan di Bali.
Setelah mengalami kekalahan beruntun dari Jokowi, Prabowo kemudian masuk di kabinet Jokowi sebagai Menteri Pertahanan, hal ini jelas terkorelasi dengan hubungan baiknya bersama Megawati, andai kata hubungan mereka tak baik-baik saja, Megawati bisa saja tak merestui pengangkatan Prabowo sebagai Menhan.
Lalu pada Pilpres 2024, Prabowo dan Megawati lagi-lagi berdiri sebagai lawan, bedanya Prabowo berdiri bersama Jokowi untuk melawan Ketua Umum PDI Perjuangan itu. Jokowi yang sudah mengalahkannya dua kali kini bersamanya melawan Megawati bersama partainya PDI Perjuangan.
Hasilnya Prabowo yang berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka keluar sebagai pemenang mengalahkan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang diusung PDI Perjuangan.
Setelah kekalahan di Pilpres 2024, Prabowo dan Megawati tak pernah lagi duduk semeja, namun kedua belah pihak mengeklaim hubungan mereka tetap baik-baik saja.
Maju Bareng di Pilpres 2009
Jauh sebelum Prabowo dan Megawati berdiri berhadapan sebagai rival, keduanya sempat mencari peruntungan bersama di Pilpres 2009. Ketika itu kedua sahabat ini maju sebagai calon presiden dan calon wakil presiden. Megawati kebagian jatah capres, sedangkan Prabowo sebagai cawapres.
Pada pertarungan itu, Pasangan Megawati-Prabowo yang familiar dikenal dengan sebutan Mega-Pro itu melawan kandidat kuat lainnya yakni incumbent Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berpasangan Boediono, serta Jusuf Kalla-Wiranto. Pertarungan itu dimenangkan SBY-Boediono. Mega-Pro mengakhiri Pilpres 2009 dengan raihan 26,79 persen suara.
Memulangkan Prabowo yang Terlantar
Jauh sebelum persahabatan mereka terjalin erat, Megawati menjadi salah satu orang yang berjasa memulangkan Prabowo Subianto ke Tanah Air. Prabowo ketika itu sedang terlantar tanpa status kewarganegaraan yang jelas, ia tinggal di luar negeri dengan batasan waktu tertentu.
Baca Juga: Solid Dukung Ridwan Kamil, PKS Pastikan Sudah Move On dari Anies Baswedan
Megawati dalam berbagai kesempatan mengaku dirinya yang paling berjasah memulang eks Danjen Kopassus itu ke Tanah Air serta memulihkan kewarganegaraannya.
Pihak Gerindra juga telah membenarkan cerita tersebut, namun belum lama ini muncul lagi cerita tersebut dengan versi yang berbeda, dimana disebutkan, orang paling berjasa atas kembalinya Prabowo ke Indonesia adalah Luhut Binsar Pandjaitan yang sudah dekat dengan Prabowo ketika keduanya masih menjadi militer aktif.