Perusahaan rokok terkemuka PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menginisiasi pembangunan Bandara Dhoho, Kediri, Jawa Timur. Lapangan terbang itu dibangunn lewat anak usaha PT Gudang Garam Tbk yakni PT Surya Dhoho Investama (SDHI).
Pembangunan mulai dikebut setelah PT Surya Dhoho Investama bersama Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menandatangani perjanjian kerjasama antara pemerintah dan badan usaha (KPBU) pada 7 September 2022 lalu.
Baca Juga: Kabinet Merah Putih, Zaken Kabinet atau Kabinet Akomodatif?
Adapun bandara itu memiliki landasan pacu atau runway dibuat sepanjang 3.300 meter dan mampu didarati oleh berbagai macam jenis pesawat termasuk Boeing 777. Lapangan terbang ini berstatus bandara internasional yang dioperatori oleh PT Angkasa Pura I (Persero).
Bandara Pertama Tanpa APBN
Pembangunan Bandara Dhoho murni menggunakan anggaran PT Gudang Garam Tbk, tidak ada anggaran negara yang diambil untuk proyek tersebut. Bahkan perusahaan ini sudah mulai mengeluarkan dana segar sejak dilakukan pembebasan lahan.
Hal ini yang menjadikan bandara ini menjadi yang pertama di Indonesia yang dibangun tanpa Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sekaligus menjadi proyek percontohan pertama di Indonesia lewat skema kerjasama antara pemerintah dan badan usaha (KPBU), dimana inisiatif proyek datang dari pihak swasta dan didukung oleh pemerintah.
Skema pendanaan proyek ini digelontorkan dalam beberapa tahap yang jika diakumulasikan maka nilai investasinya tembus Rp13 Triliun. Nilai ini lebih besar dari perkiraan awal yang ditaksir hanya mencapai Rp10 triliun.
Tantangan Pembangunan Bandara Dhoho
Meski didukung penuh oleh pemerintah, namun pembangunan bandar udara ini menemui berbagai tantangan yang merintangi. Hal ini diakui Direktur PT Surya Dhoho Investama (SDHI) Maksin Arisandi.
Tantangan paling berat langsung muncul di awal pembangunan proyek tersebut yakni pada tahap pembebasan lahan, pada fase ini pemilik proyek mesti berjibaku melawan gerombolan mafia tanah yang mengincar keuntungan dari proyek tersebut.
Hal ini yang membuat proses pembebasan lahan sempat berjalan alot. Namun dengan bantuan Pemerintah Kota (Pemkot) setempat upaya pembebasan lahan akhirnya berjalan mulus. Adapun pembebasan lahan sudah mulai dilakukan sejak 2018 hingga 2020.
"Dukungan dari Pemkot (Kediri) luar biasa. Tanpa dukungan pemkot, tidak akan bisa selesai (pembebasan lahan) dalam waktu yang cepat," kata Maksin Arisandi dalam sebuah kesempatan.
Tujuan Pembangunan Bandara Dhoho
Pembangunan Bandara Dhoho sempat bikin publik kebingungan, pasalnya bandara itu dibangun oleh sebuah perusahaan produsen rokok yang sebetulnya tak punya kaitan secara langsung terkait fasilitas dan infrastruktur transportasi.
Dalam sebuah kesempatan, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Gudang Garam, Heru Budiman mengungkap alasan yang melatarbelakangi pembangunan bandara tersebut.
Dia mengakui pihaknya memang mengharapkan profit dari pembangunan bandara tersebut, tetapi lebih dari itu mereka ingin menghadirkan layanan transportasi yang memadai bagi masyarakat sekitar.
Baca Juga: Jadi Kementerian Baru di Kabinet Merah Putih, Ini Target Kementerian Pelindungan Pekerja Migran
“Bandara itu punya tujuan. Tentu kita harapkan profit, tapi lebih banyak tujuannya itu menyediakan airport di Kediri. Sehingga penduduk atau semua yang di sekitar bisa dapatkan manfaat jangka panjang, dan GGRM juga akan nikmati. Yang jelas, airport itu tidak ada hubungannya dengan industri rokok ini,” kata Heru.