Presiden Prabowo Subianto telah membentuk Kabinet Merah Putih di pemerintahannya setelah dirinya dilantik pada 20 Oktober 2024 lalu. Kabinet berisi 109 anggota itu dilantik beberapa jam setelah Prabowo-Gibran dilantik. 

Pembentukan kabinet jumbo itu ramai disorot publik, sebagian orang sepakat karena beranggapan kabinet besar itu efektif mengebut semua program yang telah dijanjikan Prabowo-Gibran.

Tetapi ada pula yang berpendapat sebaliknya. Kabinet Merah Putih dianggap sebagai kabinet akomodatif dan hanya sekedar bagi-bagi jabatan saja, itu  tak selaras dengan apa yang digembar-gemborkan Prabowo selama ini, dimana dia mengatakan dirinya bakal membentuk zaken kabinet yang berisi tokoh profesional yang pakar di bidangnya masing-masing. 

Baca Juga: Pandangan Uni Lubis terkait Nasib Demokrasi dan Kebebasan Pers di Era Prabowo Subianto

“Saya sebut ini sebagai kabinet stabilitas, karena susunan kabinetnya sangat akomodatif, tidak hanya mengakomodasi semua unsur tetapi juga semua kelompok partai kecuali yang tidak diinginkan pak Jokowi,” kata Ekonom Senior INDEF Nawir Messi dalam sebuah diskusi daring Selasa (22/10/2024).

Menurutnya susunan Kabinet Merah Putih  sekarang berisiko mengalami perlambatan akselerasi, dia bahkan mengkhawatirkan ini tak mampu merespons isu-isu besar di negeri ini terutama isu yang berkaitan dengan masalah ekonomi, pasalnya sejumlah menteri yang duduk di dalam kabinet adalah orang-orang lama yang sudah menjabat di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang disebutnya tak mampu menuntaskan berbagai masalah di negara ini. 

“Kita tidak bisa berharap banyak akan ada akselerasi yang lebih cepat dari periode sebelumnya,” tegasnya. 

Sementara itu Ekonom Senior INDEF lainnya Fadhil Hasan yang juga hadir pada diskusi itu secara tegas mengatakan Kabinet Merah Putih telah melenceng dari janji Prabowo kabinet yang sekarang tidak pas disebut sebagai zaken kabinet, sebaliknya kabinet ini justru kental aroma bagi-bagi jabatan. 

“Seharusnya  warna dominan daripada kabinet itu adalah seperti yang dijanjikan oleh Pak Prabowo yaitu zaken kabinet, nah tapi kalau misalnya kita lihat sekarang ini justru itu adalah lebih banyak akomodasi politiknya dibandingkan dengan warna daripada zeken kabinetnya itu,” ujarnya. 

“Jadi saya kira terlepas daripada pertimbangan-pertimbangan dibalik itu ya ini kan juga  tidak tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh Pak Prabowo sendiri,” tambahnya. 

Tantangan Kabinet Merah Putih

Kabinet Merah Putih besutan Prabowo Subianto dinilai bakal menghadapi  berbagai tantangan besar yang mana tantangan itu bakal memperlambat gerak kabinet ini jika tak buru-buru dicari jalan keluarnya. 

Menurut Hasan, tantangan paling utama dan yang paling sukar dituntaskan adalah masalah koordinasi lintas kementerian, dengan posturnya yang super jumbo, kementerian di dalam Kabinet Merah Putih sulit diselaraskan. 

Baca Juga: Kabinet Prabowo-Gibran Bakal Dipelototi PDIP

“Dengan pembentukan kabinet yang super gemuk ini plus ditambah dengan pembentukan berbagai menteri koordinator yang baru, kemudian kepala badan dan seterusnya ini, saya nggak bisa membayangkan bagaimana koordinasi itu dilakukan. Siapa misalnya yang bertanggung jawab dalam melakukan koordinasi di bidang-bidang tertentu tersebut,” ujarnya. 

Tak hanya itu ego sektoral antar kementerian juga menjadi tantangan besar lainnya, menurut Hasan kementerian dalam kabinet Merah Putih bakal ribut karena mempersoalkan kewenangan mereka karena banyaknya kementerian baru yang belum jelas tugas dan fungsinya. 

“Jadi masalah koordinasi ini akan menjadi persoalan ke depan. Karena selain masalah koordinasi, itu masalah yang timbul dari kabinet super gemuk dengan pembentukan berbagai menteri koordinator yang baru dan menteri-menteri yang baru ini dan berbagai badan itu adalah masalah kewenangan,” ujarnya. 

“Dan kita tahu, biasanya orang itu tidak ingin kewenangannya itu dikurangi. Jadi akan timbul persoalan terkait dengan pembagian kewenangan antara menteri-menteri ini,” tambahnya.