Meski ‘Tak Dianggap’, Tahir Tetap Menghormati Keluarga Mertua
Tahir menuturkan, meski keberadaan dirinya ‘tak dianggap’ oleh keluarga Mochtar Riady, namun ia sama sekali tak pernah membenci ipar-iparnya dan mertuanya. Justru ia sangat-sangat menghormatinya. Bagi Tahir sendiri, mertuanya tersebut adalah seorang ahli, superstar, dan seorang maestro yang layak untuk dikagumi dan dihormati.
“Keluarga Mochtar Riady adalah keluarga yang sukses dan luar biasa. Jadi, saya dengan mentalitas anak desa yang kuat, saya akan berjuang untuk menyesuaikan diri dengan mereka. Jujur, perbedaan keluarga ini membuat saya tersandung dalam ujian mental yang berat,” tukas Tahir.
Tahir menuturkan, jika ada yang bertanya kepadanya, bagaimana posisi dia dalam keluarga Riady, maka kata ia akan menjawab bahwa ia merasa diremehkan. Tahir pun kerap merasa tak dianggap serius di keluarga mertuanya itu. Tidak pernah ada keramahan yang menyapa dirinya.
Namun meski begitu, kata Tahir, karena dirinya termasuk pemikir positif dan hidupnya mengajarkan bahwa seburuk apapun perlakuan orang kepada dirinya, itu tidak boleh merusak semangatnya sendiri. Jadi, ia pun bertekad untuk bekerja keras dan baik, dan tidak membiarkan hidupnya diganggu oleh perasaan negatif akibat perlakuan orang lain terhadapnya.
“Saya menjadi terbiasa untuk mematikan perasaan saya. Saya sudah terlatih dengan baik. Saya juga sudah mempersiapkan mental tiap kali diundang kumpul keluarga Riady. Saya selalu mencoba menikmati kata-kata dari pak Mochtar, yang akan saya gunakan untuk menyehatkan perasaan saya,” papar Tahir.
Dikatakan Tahir, ketika suasana berkumpul keluarga dirasa sudah ‘tidak nyaman’, sang ibu mertua Tahir, yakni Suryawati Lidya-lah biasanya yang selalu menyelamatkan keadaan.
Menurut Tahir, ibu mertuanya itu sama percis seperti Rosy, istrinya. Ia wanita yang serba bisa dan sangat cerdas. Sayangnya, kata Tahir, kebaikan hari ibu mertuanya itu tak dapat meredakan ketegangan situasi saat acara kumpul keluarga itu.
“Ibu Mochtar jelas berpendidikan tinggi. Ia selalu berbicara sopan, dengan tata krama yang baik. Saya memuji bagaimana ia menunjukkan kasih sayangnya kepada menantu perempuan dan laki-lakinya. Ia selalu menanyakan kehidupan rumah tangga saya,” ujar Tahir.
Tahir juga bilang, ibu mertuanya itu sangat perhatian kepadanya. Pada tahun 1987, ia pun pernah meminta Tahir untuk mendaftar program Magister. Alasannya, karena ia ingin semua menantunya bergelar Master. Gak cuma itu, kata Tahir, ibu mertuanya itupun menawarkan akan membiayai kuliahnya tersebut.
“Waktu itu saya menuruti permintaannya dan berhasil lulus dengan predikat summa cum laude,” ujar Tahir.
Baca Juga: Mengulik Kisah Dato Sri Tahir saat Memulai Bisnis Impor