Growthmates, beberapa orang berpendapat, ada orang yang memang terlahir untuk menjadi pebisnis sukses. Bahwa, kemahiran berbisnis merupakan talenta, bukan sesuatu yang bisa dipelajari. 

Dan mungkin mudah bagi kita untuk melihat orang seperti Dato Sri Tahir dan hanya memandangnya sebagai pendiri Mayapada Group yang sukses dan orang terkaya di Indonesia. Namun sebenarnya, pengusaha ternama seperti Tahir pun nyatanya mengalami jatuh bangun untuk mencapai kesuksesannya. 

Sebelum berjaya dan hidup bergelimang harta seperti sekarang, pria yang bernama asli Ang Tjoen Ming itu sudah menjajal terjun ke berbagai lini bisnis dan sudah ‘kenyang’ dengan pasang surut yang harus dihadapi. 

Setelah tahun ‘70-an, Tahir sempat dihadapkan dengan masalah saat menjadi pengusaha importir. Bisnisnya sempat jatuh, namun ia berhasil bangkit kembali.

Tak sampai di situ, di tahun ‘80-an, Tahir juga sempat diuji ketika menjalani bisnis otomotif yang membawanya menjadi pengusaha dealer mobil. Sempat berada di puncak kejayaan, Tahir tak pernah mengira bisnis yang dibangunnya dari bata demi bata akan runtuh begitu saja.

Namun, di kala keterpurukannya itu, Tahir tersadar bahwa selama hidupnya ia selalu mendapat banyak keajaiban dari Tuhan. Keajaiban itu, kata Tahir adalah pandangan-pandangan masuk akal yang ia rumuskan untuk membantunya bangkit dari situasi sulit.

Baca Juga: Pelajaran Dato Sri Tahir Soal Pasang Surut Bisnis: Tak Ada yang Dapat Kalahkan Kekuatan Ilahi

Di antara keajaiban-keajaiban yang berpihak padanya, Tahir pun mengaku dikelilingi ‘malaikat’ yang selalu mendukungnya untuk mencapai kesuksesan. Adapun, ‘malaikat-malaikat’ yang ada dalam hidup Tahir itu antara lain sang ibu, Lina Sindawaty; sang istri, Rosy Riady; dan ayah mertuanya sendiri, yakni pendiri Lippo Group, Mochtar Riady.

Selain ketiga orang tersebut, siapa sangka ada satu lagi ‘malaikat’ yang sangat berjasa dalam keberlanjutan bisnis Tahir. Dia adalah Paian Nainggolan, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri.

Tahir sendiri mengaku, ia mengenal sosok Paian saat menghadiri beberapa pertemuan yang berhubungan dengan bisnis impornya. Selang ia hendak menutup bisnisnya kala itu, Tahir dan Paian bertemu untuk menyelesaikan administrasi impor. Saat itu, Tahir mengaku sangat tidak berdaya menghadapi kenyataan untuk menutup bisnisnya.

“Saya benar-benar kehabisan energi saat itu. Kondisi itu terlalu rumit untuk saya menemukan jalan keluar dan menyelesaikan berbagai hal dalam bisnis saya. Utang saya sangat besar. Namun, Pak Paian Nainggolan seakan membaca beban berat di wajah saya, ia pun saat itu menanyakan kondisi saya,” tutur Tahir, dalam buku biografinya yang bertajuk Living Sacrifice karya Alberthiene Endah, sebagaimana Olenka kutip Kamis (10/10/2024).

Dan saat itu, Tahir pun secara spontan menceritakan kondisi kebangkrutan bisnisnya pada Paian Nainggolan. Dikatakan Tahir, kala itu Paian Nainggolan pun menatap matanya saat ia bercerita.

“Dia juga kadang-kadang berkomentar, tetapi lebih sering dia mendengarkan cerita saya dengan seksama,” ujar Tahir.

Baca Juga: Cerita Dato Sri Tahir tentang Keajaiban Tuhan dan Para Malaikat dalam Hidupnya

Setelah selesai bercerita, lanjut Tahir, Paian Nainggolan pun memberikan nasehat kepadanya. Dan, tak disangka-sangka, saat itu pula Paian Nainggolan menawarkan bantuan kepada Tahir terkait kelanjutan bisnis impornya.

“Pak Paian Nainggolan waktu itu menasehati saya juga agar saya tidak stress menghadapi kondisi bisnis. Dia pun lantas menawarkan bantuan kepada saya. Kebetulan kata dia, dia punya kuota untuk ekspor garmen dan tekstil ke AS. Dia bilang, ‘kenapa gak kamu manfaatkan saja? Semoga ini bisa membantu menyelesaikan masalahmu’,” tutur Tahir, seraya menirukan ucapan Paian Nainggolan kala itu.

Bagi Tahir, rasanya sulit bagi dia mempercayai perkataan Paian Nainggolan kala itu. Pasalnya, Tahir sendiri tak begitu mengenal Paian Nainggolan. Mereka hanya saling kenal secara formal dan tidak pernah ada ikatan kerja sama dalam bentuk apa pun.

“Bayangkan saja, saya bangkrut dan terlilit utang. Siapa coba yang mau berurusan dengan orang gagal seperti saya. Saya pun bertanya kepadanya, ‘Apakah Anda serius?’ Dan dia pun mengangguk dengan cepat seraya mengatakan selagi dia bisa memberi saya bantuan ini, tolong jalankan ekspor garmen ini ke AS, begitu,” beber Tahir.

Melihat keseriusan Paian Nainggolan saat itu, Tahir pun merasa setengah tak percaya, terharu, semua bercampur aduk. Hari itu pula ia langsung pulang dengan perasaan riang gembira.

“Itu adalah mukjizat yang luar biasa. Saya bisa memulai bisnis tanpa modal. Jalannya sudah tersedia. Dan itu membuat saya percaya bahwa malaikat itu ada,” ungkap Tahir.

Dan, berkat bantuan Paian Nainggolan, akhirnya Tahir pun bisa mengekspor pakaian jadi ke AS. Setelah itu, ia pun mengelola pakaian jadi sendiri untuk menambah penghasilannya.

Baca Juga: Mengulik Peran Keluarga Tahir di Pohon Bisnis Mayapada Group

Tahir mengatakan, Paian Nainggolan sendiri sudah memiliki kuota impor sejak tahun 1989. Menurutnya, semua lancar tanpa kendala. Karena Tahir pun sudah terbiasa dengan bisnis impor ini, ia pun mengaku tak menemukan kendala yang berarti dalam menjalankan bisnis impor ini.

“Kuota milik Pak Paian Nainggolan itu besar. Hasil penjualan garmennya cukup memuaskan. AS sendiri merupakan pasar yang sangat bagus saat itu. Kami mengirim garmen berkali-kali dalam jumlah besar,” tutur Tahir.

Lebih lanjut, Tahir pun mengatakan bahwa hanya butuh satu tahun saja dirinya bisa mengantongi pendapatan dari bisnis garmennya itu. Lambat laun, uang mengalir masuk dan ia pun bisa mencicil utangnya serta bisa melunasinya secara bertahap. 

Berkat kebaikan Paian Nainggolan, paru-paru bisnis Tahir pun memiliki banyak oksigen untuk dihirup. Hal itu pun memacu semangatnya dan membuang semua bayang-bayang kesuksesan masa lalunya sebagai pengusaha dealer mobil.

“Tidak apa-apa harus memulai dari awal lagi, karena itu adalah tanda bahwa saya akan kembali. Bukan tidak mungkin bagi saya untuk keluar dari semua masalah. Saya pun akhirnya menghabiskan hari-hari dengan tenggelam bersama pekerjaan baru saya. Saya berjanji saat itu, tidak ada ruang untuk melankolis atas masa lalu,” ujar Tahir.

Seiring waktu, pada tahun 1991 Tahir pun berhasil melunasi sebagian utangnya. Penjualan garmen dan tekstil yang ia jalani berjalan sangat baik. Saat itu, Tahir pun mulai berpikir lebih serius lagi tentang kelanjutan bisnisnya. Ia merasa, tak akan dapat terus menjalankan bisnis garmen dan tekstil selamanya.

“Dukungan dari Pak Paian Nainggolan hanya dapat dinikmati selama beberapa tahun. Fasilitas dan kuota yang diberikannya kepada saya bertahan beberapa waktu. Saya pun harus memikirkan langkah apa lagi yang harus diambil untuk menjamin stabilitas bisnis saya di masa mendatang,” pungkas Tahir.

Baca Juga: Pertolongan Tak Terduga Mochtar Riady Terhadap Dato Sri Tahir