Rutinitas itu, lanjut dia, berlangsung Senin sampai Sabtu, dan bahkan hari Minggu pun ia habiskan untuk turun ke lapangan.

Bagi Adrianto, memahami bisnis tidak bisa hanya dari balik meja. Ia pun lantas menceritakan kebiasaannya berkeliling mengecek pangkalan taksi.

“Kalau hari Minggu biasanya family day sambil keliling-keliling lapangan ngecek pangkalan. Kalau sekarang kan pangkalan Pacific Place saya cek, masih ada antrean taksi apa enggak, banyak enggak antreannya,” tuturnya.

Meski telah menjabat sebagai Direktur Utama, lulusan Bentley College, Massachusetts, Amerika Serikat itu mengakui bahwa pengawasan dari pendiri dan generasi sebelumnya masih sangat kuat. Ia bahkan kerap menerima pesan-pesan pengingat lewat WhatsApp.

“Founder itu tetap akan nge-grip. Sampai sekarang pun saya dapat WA-WA cantik di WA saya setiap hari. Hampir setiap hari,” ujarnya sambil tersenyum.

“Coba perhatikan ini, coba perhatikan itu, lakukan ini lebih baik, lakukan itu lebih baik,” lanjutnya.

Namun menurutnya, hal itu bukan bentuk kontrol yang berlebihan, melainkan wujud kepedulian dan perhatian generasi sebelumnya terhadap keberlanjutan perusahaan.

“I think that shows how compassionate our founders, our previous generations about us doing the new role,” tandas Adrianto.

Baca Juga: Peran Trah Djokosoetono dalam Bisnis Bluebird Group