“Itu nanti lama-lama dilihat oleh atasan-atasan kita. Gila, kalau gue kasih Andi Noe satu, belum cukup dua, dia nggak marah-marah. Tiga, malah minta lagi. Empat. Dan dikerjakan dengan baik, dengan sempurna,” tutur Andy.

Tak dipungkiri, Andy mengaku kerap dicemooh oleh rekan kerjanya lantaran kinerjanya yang terlampau totalitas terhadap perusahaan, meski mendapatkan gaji yang tak sesuai. Namun, Andy memilih untuk tutup kuping dan tetap mengerjakan tugas yang diberikan.

“Aku pernah di pekerjaan punya tiga jabatan, gajinya cuma satu. Semua orang bilang aku bodoh. Pertama, kerja harusnya pas bandrol aja. ‘Lu gajinya berapa sih?’ Katanya gitu. ‘Lu kerja kayak orang kesetanan gitu. Orang-orang udah pulang, lu masih kerja gitu. Kerja pas bandrol aja, gaji kita segini ya sudah, jam segitu pulang aja’,” cerita Andy.

Baca Juga: Kisah Andy F. Noya Bertahan Hidup Semasa Kuliah: Aku Memilih Menahan Lapar

Kata Andy, rekan-rekannya yang beranggapan demikian, tak melihat dari perspektifnya saat itu. Di mana, Andy justru melihat bahwa semua penugasan yang diberikan kepadanya adalah sebuah pembelajaran.

Alih-alih meminta untuk menaikkan gaji atau intensifnya saat itu, Andy justru bersyukur dan berterima kasih telah diberikan kepercayaan oleh atasannya untuk merangkap berbagai divisi kala itu. 

“Aku sedang belajar bidang yang bukan bidangku ini. Jadi, aku melengkapi diriku dengan senjata untuk bisa bersaing, berkompetisi dengan siapapun juga,” ucap Andy.