Lewat tangan dingin Lim Hariyanto Wijaya Sarwono, Harita Group kini berkembang sebagai bisnis konglomerasi Indonesia yang bergerak di sektor sumber daya alam (SDA), mulai dari bisnis pertambangan nikel, bauksit, batu bara, perkebunan sawit, hingga perkapalan dan perkayuan. Kesuksesan bisnis Harita Group mampu mengantarkan Lim ke posisi 15 dalam daftar 50 Orang Terkaya Indonesia pada tahun 2024 dengan kekayaan ditaksir mencapai US$4 miliar, versi majalah Forbes.

Mengutip The Econopost, perusahaan induk dari konglomerasi Harita Group adalah PT Harita Guna Dharma Bhakti. Sementara itu, perusahaan induk dari PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel ialah PT Harita Jayaraya. Selain itu, keluarga Lim juga memegang saham mayoritas di perusahaan minyak sawit bernama Bumitama Agri yang terdaftar di bursa Singapura.

Baca Juga: Pohon Keluarga Lim dalam Bisnis Harita Group

Secara lebih rinci, berikut perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Harita Group:

1. Bumitama Agri

Perusahaan ini beroperasi di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Riau dengan kantor di Jakarta dan Singapura. Bumitama Agri mengelola hampir 190 ribu ha perkebunan sawit dengan hampir 30%-nya didekasikan untuk perkebunan kecil. Mengoperasikan total 15 pabrik, Bumitama Agri mampu memproduksi sekitar 6,4 juta metrik ton (MT) setiap tahunnya. Berdiri pada tahun 1996, berikut 15 pabrik Bumitama Agri yang terdaftar di bursa efek Singapura pada 2012 ini:

  • Pundu Nabatindo (Kalimantan Tengah)
  • Katari Agro (Kalimantan Tengah)
  • Gunung Makmur (Kalimantan Tengah)
  • Bukit Makmur (Kalimantan Tengah)
  • Sungai Cempaga (Kalimantan Tengah)
  • Selucing (Kalimantan Tengah)
  • Kotawaringin (Kalimantan Tengah)
  • Lamandau (Kalimantan Tengah)
  • Tonam Raya (Kalimantan Tengah)
  • Kendawangan (Kalimantan Barat)
  • Pembangunan Raya (Kalimantan Barat)
  • Sungai Rasau (Kalimantan Barat)
  • Bukit Tunggal Jaya (Kalimantan Barat)
  • Bukit Belaban (Kalimantan Barat)
  • Suka Damai (Riau).

2. PT Trimegah Bangun Persada (TBP)

Didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 3 tanggal 6 September 2004, TBP menjadi induk dari perusahaan-perusahaan yang memiliki kemampuan teknologi dalam meningkatkan nilai tambah nikel. Dibagi ke dalam empat subbisnis, anak usaha TBP terdiri dari 11 perusahaan, yakni:

  • PT Gane Permai Sentosa (pertambangan)
  • PT Gane Tambang Sentosa (pertambangan)
  • PT Jikodolong Megah Pertiwi (pertambangan)
  • PT Obi Anugerah Mineral (pertambangan)
  • PT Karya Tambang Sentosa (pertambangan)
  • PT Megah Surya Pertiwi (smelter)
  • PT Halmahera Jaya Feronikel (smelter)
  • PT Karunia Permai Sentosa (smelter)
  • PT Halmahera Persada Lygend (refinery)
  • PT Obi Nickel Cobalt (refinery)
  • PT Dharma Cipta Mulia (kawasan industri)

3. PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA)

PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) merupakan perusahaan yang bergerak di bisnis pertambangan bauksit. Selain itu, melalui Entitas Asosiasinya, yakni PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW), CITA juga menjadi produsen Smelter Grade Alumina (SGA) di Indonesia. WHW merupakan Smelter Grade Alumina (SGA) refinery pertama di Indonesia dengan kapasitas produksi mencapai 2 (dua) juta ton sejak tahun 2022, dari sebelumnya hanya 1 (satu) juta ton.

Pabrik PT WHW yang berlokasi di Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat didukung sejumlah fasilitas penunjang berupa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), terminal khusus kegiatan bongkar muat berstandar internasional, dan komplek hunian karyawan berkapasitas ribuan orang.