Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memaparkan soal ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kemakmuran suatu negara.

Diketahui, kemakmuran suatu negara sendiri dapat dilihat dari pendapatan nasional di setiap negara tersebut. Pendapatan nasional tersebut berasal dari rata-rata pendapatan tiap penduduk suatu negara.

Namun, menurut pandangan Sri Mulyani, sebuah negara bisa disebut makmur secara ekonomi dilihat dari berapa banyak negara tersebut bisa memanfaatkan sumber daya dan kekayaan alam untuk kesejahteraan warganya.

“Ukuran sebuah negara disebut makmur secara ekonomi adalah bisa memanfaatkan sumber daya atau kekayaan alam untuk kesejahteraan warganya. How much you can just good and services tadi,” tutur Sri Mulyana, dalam sebuah video, dikutip Olenka, Jumat (18/10/2024

“Jadi percuma kalau negara itu disebut ‘oh negaranya makmur, kaya, kaya, tapi kok rakyatnya miskin, there’s must be something wrong’,” sambung Sri Mulyani.

Baca Juga: Ketika Sri Mulyani Bicara Dasar Ilmu Ekonomi: Antara Keinginan dan Sumber Daya

Lebih lanjut, Sri Mulyani pun menceritakan jika beberapa waktu ia pernah membaca soal penemuan berlian terbesar di dunia. Adapun, berlian tersebut ditemukan di Botswana, Gaborone, Afrika bagian selatan.

Sri Mulyani bilang, sebenarnya di Afrika sendiri kekayaan alamnya sangat melimpah, tapi sayangnya, negara tersebut belum bisa dikatakan makmur.

Afrika terkenal punya cadangan minyak berlimpah, namun kekayaan alam ini tidak ternyata tidak bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan warganya, bahkan masih banyak orang yang kelaparan.

“Di Afrika its sebenarnya banyak natural resources, tapi mereka negaranya not necessarily juga makmur. Nah produksi barang dan jasa itu ditentukan market tapi kemudian combine with some government regulation,” tuturnya.

Dikatakan Sri Mulyani, semua negara yang bisa menghasilkan produce good and services yang membuat negara tersebut makmur.

Negara pun, kata dia, harus mengkombinasikan produce good and services dari resources yang baik, plus apa yang disebut teknologi.

“Itu makanya mereka menyebutnya produktivitas. Ibaratnya, kita punya sama-sama punya tanah, tanahnya yang satu dibiarkan saja enggak produktif. Another tanah satu jengkal di Margonda dijadiin ruko menjadi warung bakso. Dia menghasilkan (uang) setiap harinya,” beber Sri Mulyani.

So you can see, sama-sama resources, yang satu wasted, yang satu dia menghasilkan,” tandasnya.

Baca Juga: Sri Mulyani: Indonesia Bisa Bertahan Menjaga Pertumbuhan Ekonomi Dalam 8 Kuartal Berturut-turut