Didirikan pada tanggal 5 Juli 1994 oleh Jeff Bezos di Bellevue, Washington, Amazon kini menjelma perusahaan besar hingga disebut The Everything Store. Perusahaan yang dianggap sebagai Big Five bersama perusahaan teknologi Amerika lainnya: Alphabet (perusahaan induk Google), Apple, Meta (perusahaan induk Facebook), dan Microsoft, ini awalnya didirikan sebagai online marketplace untuk buku.
Namun, seiring perkembangannya, Amazon melebarkan sayapnya di bidang e-commerce, cloud computing, online advertising, digital streaming, dan artificial intelligence. Pertumbuhan eksponensial Amazon tersebut memikat salah satu trah Djarum Group, yakni Armand Hartono, yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Tbk.
Baca Juga: Nostalgia Armand Hartono Dengarkan Lagu melalui Kaset, Siapa yang Relate?
"Revenue generation Amazon sama besarnya dengan penurunannya industri yang lain," ujar Armand dalam sebuah kesempatan, dikutip Senin (25/11/2024).
Menurut putra Robert Budi Hartono ini, banyak perusahaan lama yang tidak mampu berkembang karena berpikir linier. Hal itu jauh berbeda dengan yang ditunjukkan oleh Amazon. Salah satu cirinya adalah bagaimana Amazon mau dan mampu bersaing di industri yang masih baru saat itu, yakni teknologi.
"Kalau mendengar interview para pemimpin perusahaan-perusahaan besar yang dulu, yang kuno-kuno, semuanya berisi penyesalan. Regret. Kenapa ya, 10 tahun lalu nggak begini? Kenapa ya kita lambat ya. Nggak nyalahin juga, karena mereka hidup di dunia linier," ucapnya.
Orang-orang yang berpikir linier, ujar Armand, cenderung merendahkan pencapaian suatu perusahaan yang berjalan lambat. Padahal, banyak perusahaan yang tumbuh eksponensial, tumbuh dengan cara yang tidak biasa dan luar biasa, bermula dengan pertumbuhan yang tidak meyakinkan.
Belajar dari Amazon, Armand ikut membesarkan BCA menjadi bank swasta terbaik di Indonesia saat ini.