Merek wadah penyimpanan makanan, asal Amerika Serikat, Tupperware resmi mengajukan kebangrutan ke Pengadilan Kepailitan AS untuk Distrik Delaware, AS pada Selasa (17/9/2024).
Produsen wadah makanan dan minuman yang paling digemari ibu-ibu itu terpaksa angkat bendera putih setelah tak sanggup lagi menghadapi berbagai masalah dalam beberapa waktu belakangan ini. Tupperware kini sedang berkemas untuk segera pamit.
Meski gulung tikar setelah dihantam badai, namun Tupperware bukanlah sebuah perusahaan kemarin sore. Ia sudah ada di Massachusetts, AS sejak 1940-an.
Sebuah perjalanan panjang telah dilalui perusahaan ini, meski berakhir dengan cara menyakitkan di penghujung 2024 ini.
Baca Juga: Pramono Resmi Mundur dari Kabinet Jokowi, Seskab Digantikan Pratikno
Tupperware pertama kali diperkenalkan orang seorang ahli kimia bernama Earl S. Tupper. Wadah ini diciptakan setelah sebuah riset panjang.
Di mana dalam riset itu Earl S. Tupper menemukan cara memurnikan ampas biji hitam polyethylene (bahan dasar pembuat plastik) menjadi plastik yang fleksibel, kuat, tidak berminyak, bening, aman, ringan, dan tidak berbau.
Dua tahun pasca penemuan itu, Earl S. Tupper mematenkan produknya tersebut dengan nama Poly-T di bawah naungan Earl S Tupper Company, sebuah perusahaan plastik yang juga didirikan Earl S. Tupper ketika itu.
Peluncuran Produk Pertama
Kendati sudah ditemukan sejak 1940-an namun Tupperware baru diluncurkan ke publik pada 1946. Adapun produk pertama yang diperkenalkan adalah Wonderlier Bowl dan Bell Tumbler.
Dalam rentang waktu dari 1940 - 1946 Tupperware hanya digunakan oleh keluarga Earl S. Tupper untuk menghemat makanan, maklum saja ketika itu kondisi sedang tak bersahabat, dunia sedang berada di fase Depresi Besar (1929-1939) karena perang.
Singkat cerita kedatangan Tupperware disambut baik masyarakat, wadah itu menjadi incaran karena dianggap praktis juga cukup membantu masyarakat untuk menyimpan bekal ketika sedang berada di luar rumah.
Hal lain yang bikin tupperware langsung membetot perhatian masyarakat karena strategi dan trik marketing yang terbilang unik yakni menggelar pesta di rumah-rumah penduduk. Saat berpesta, peralatan yang digunakan dan dipamerkan berasal dari Tupperware.
Namun, pada 1950-an, Tupper lalu menjual perusahaan itu kepada Rexall Drugs Corporation, yang sekarang menjadi Dart Industries. Dart Industries adalah perusahaan asal Amerika Serikat yang memiliki banyak bisnis.
Perusahaan ini terlibat dalam pengelolaan data dan perangkat lunak, wadah kemasan, busa, serta layanan helikopter dan pesawat.
Tupperware tergabung di cabang perusahaan Dart Industries Inc. Perusahaan ini berdiri pada 1902.
Masuk Pasar Eropa dan Asia
Kemasyuran Tupperware tak hanya terjadi di tempat asalnya di Amerika Serikat, 14 tahun setelah peluncuran pertama pada 1946, Tupperware mulai merangsak masuk ke pasar-pasar di luar Amerika Serikat. Produk ini mulai dijual ke Amerika Selatan, Amerika Tengah, Eropa hingga Asia.
Di setiap tempat produk ini selalu menjadi primadona, ia menjadi rebutan masyarakat yang membuat Tupperware kembali mendulang sukses besar di luar Amerika Serikat.
Tetapi harus diakui, sejak dilempar dari pasar Amerika Serikat, Tupperware memang jarang berinovasi, paling-paling mereka hanya melakukan perubahan kecil-kecilan macam perubahan ukuran yang dibikin lebih bervariasi sehingga bentuk dan desainnya saja.
Terus Merugi
Setelah hampir 80 tahun berada dipuncak kesuksesan, Tupperware akhirnya tiba pada titik terendah mereka.
Dalam beberapa tahun terakhir ini perusahaan tersebut terus merugi. Itu disebabkan karena lesunya permintaan pasar. Grafik penjualan Tupperware terus menurun dari waktu ke waktu.
Kepala Eksekutif Tupperware, Laurie Goldman telah mengonfirmasi hal itu. Selain permintaan pasar yang anjlok drastis, hal lain yang memaksa Tupperware angkat kaki adalah lonjakan biaya tenaga kerja, pengiriman, dan bahan baku.
Baca Juga: Solid Dukung Ridwan Kamil, PKS Pastikan Sudah Move On dari Anies Baswedan
Pihak perusahaan sudah sekuat tenaga berusaha mengakali kondisi ini, mereka terus berupaya merebut kembali kejayaan Tupperware, namun semua itu nihil.
“Selama beberapa tahun terakhir, posisi keuangan perusahaan telah sangat terpengaruh oleh lingkungan ekonomi makro yang menantang," ungkap Goldman.