Nama Sarinah sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, terutama di Jakarta. Mal pertama dan tertua di Indonesia ini merupakan gagasan dari Bapak Proklamator Indonesia Soekarno.
Awalnya, Bung Karno mendirikan Mal Sarinah sebagai wadah kegiatan perdagangan produk dalam negeri serta mendorong pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Misi besar tersebut pun akhirnya terwujud dan Sarinah diresmikan pada 15 Agustus 1966.
Terkait asal-usul nama Sarinah, rupanya Bung Karno terinspirasi dari nama salah satu pengasuhnya di masa kecil. Ada kesan mendalam tentang kebesaran jiwa sang pengasuh yang akhirnya menginspirasi penyematan nama tersebut.
Baca Juga: Direktur Utama Sarinah Bicara soal Kekuatan Customer Experience Bagi Para Retail
Mengemban amanat Bung Karno, Sarinah harus menjadi pusat perdagangan dan promosi barang-barang produksi dalam negeri, terutama hasil pertanian dan perindustrian rakyat, hingga saat ini Sarinah terus menjunjung tinggi komitmennya untuk mendukung kemajuan produk-produk usaha kecil, menengah, dan koperasi.
Perjalanan Sarinah dari Tahun ke Tahun
Setelah resmi beroperasi sejak tahun 1960-an, Sarinah mewujudkan komitmen terhadap misi mendukung dan mendorong pembangunan ekonomi Indonesia lewat berbagai upaya untuk mempromosikan produk kerajinan lokal, seperti batik.
Kepemilikan Sarinah 100 persen dikuasai oleh Negara Republik Indonesia dengan modal sebesar Rp100 miliar serta modal ditempatkan dan disetor sebanyak Rp46,85 miliar.
Kemudian, pada 10 April 1979 secara resmi berganti nama menjadi PT Sarinah (Persero), yang sebelumnya adalah PT Departemen Store Indonesia. Lalu, di tahun 1980-an, datangnya perolehan dana yang cukup besar dan Sarinah berekspansi melalui pembukaan cabang di Semarang, Jawa Tengah.
Pembukaan cabang tersebut dibarengi dengan peluncuran sejumlah program baru yang bertujuan untuk mempromosikan produk UMKM kepada konsumen. Berbagai langkah tersebut merupakan bagian dari upaya Sarinah untuk memperkuat eksistensinya di tanah air.
Pada tahun 1990-an, Sarinah merenovasi gedung pertamanya di Jl. M.H. Thamrin, Jakarta, sebagai upaya untuk menarik tenant baru yang akan memperkuat reputasi Sarinah sebagai pusat perbelanjaan terkemuka di Indonesia.
Dengan mengikuti perkembangan zaman, Sarinah terus melakukan upaya untuk pencapaian visi dan misi. Di tahun 2019, selain mengembangkan usaha di bidang ritel, Sarinah juga melebarkan sayapnya di bidang bisnis trading dengan mengekspor produk Sarinah Home ke beberapa negara dan mengimpor beberapa komoditi.
Setelah hampir 60 tahun berdiri, Sarinah melakukan transformasi di tahun 2020. Sejalan dengan visi perusahaan, Menumbuhkembangkan Keunggulan UMKM Nasional, Sarinah terus menggaet pada pegiat UMKM, jenama lokal, dan seniman Indonesia, untuk berkarya di Panggung Karya Indonesia.
Keberhasilan transformasi Sarinah tidak lepas dari sosok Direktur Utama, Fetty Kwartati. Kepemimpinan Fetty membawa Sarinah terus melangkah membawa produk unggulan Indonesia ke mancanegara.
"Konsep yang diusung Sarinah adalah community mall. Ini mal yang unik karena mengandalkan komunitas neighbourhood dan public engagement," kata Fetty.
Kini, Sarinah sudah tersebar luas di 6 kota di Indonesia, yakni Jakarta, Tangerang, Bandung, Malang, Kalimantan, dan Bali.
Nah, itulah kisah perjalanan Sarinah sebagai Mal Tertua di Indonesia. Kamu sudah pernah berkunjung ke Sarinah atau belum?